15 - Anything

40.8K 2.6K 111
                                    

aloo, selamat hari jum'at untuk kalian yang maniez amat ╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aloo, selamat hari jum'at untuk kalian yang maniez amat ╰( ͡° ͜ʖ ͡° )つ──☆*:

enjoy~

***

Mobil mewah itu melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan dengan paksa. Hendrick yang duduk di kursi belakang sedang memikirkan siapa dalang yang saat ini mengincar bungsunya. Isi kepala pria itu mengabsen satu per satu, nama orang-orang yang termasuk ke dalam daftar musuh Dominic. Kemungkinan terbesar mengarah pada 2 keluarga lain yang menjadi pesaing bisnis mereka.

Dominic tidak pernah menggunakan cara kotor dalam berbisnis, semua berjalan apa adanya dan sebagaimana mestinya, membuat mereka menduduki posisi tertinggi, meraih julukan raja bisnis. Musuh Dominic sendiri pada dasarnya lahir karena kecemburuan sosial, merasa kalah dan tak mampu melengserkan Dominic sebagai si nomor satu, sehingga sering kali menggunakan cara kotor agar keinginan mereka tercapai. Sampah.

.

.

Ruang makan yang tadinya hanya terdiri dari 2 orang, sekarang menjadi 5 orang. Tristan, Sinta dan Karina ikut bergabung bersama Ziel dan Fariz untuk menikmati brownies.

"Uwaaaaah, browniesnya enak banget bun!" Teriak Ziel dengan lantang, merasa bangga akan hasil jerih payahnya.

"Enak bun, siapa yang bikin?" Ucap Karina, perempuan itu baru bangun tidur karena semalam begadang mengerjakan jahitan. Selain membantu sang ibunda yang berjualan kue, Karina sendiri membuka jasa jahit menjahit dan menjual outfit berbahan dasar benang wol yang digemari oleh anak-anak remaja, outfit kekinian.

"El! Ziel dong yang bikin!" Ucap Ziel sombong sembari membusungkan dan menepuk dadanya.

"Boong banget, jangan percaya kak, bunda yang bikin," Sahut Fariz.

"Enak aja! Gue nih yang bikin, lo tau apa? Tadi aja lo dateng pas browniesnya udah jadi, wlek!"

"Ga mungkin brownies seenak ini lo yang bikin kak, kan biasanya lo tukang ngabisin makanan doang." Balas Fariz nyolot.

"Sstt sudah jangan ribut, benar El yang bikin browniesnya, tadi Bunta cuma nemenin aja sekalian ngasih instruksi sesuai buku resep."

"Tuh denger! Dah salah nyolot pula!" Ziel menatap Fariz jengkel, ingin mengkrauk muka adik yang dekat dengannya itu.

"Mwehehe maaf kak, gue cuma iseng doang, sumpah. Udah lama ga ribut gini, gue kan kangen sama ocehan lo kak," Ucap Fariz cengengesan.

Mendengar kalimat itu Ziel pun terdiam, baru menyadari jika yang dikatakan oleh Fariz adalah benar. Semenjak kedatangan Tristan dan calon keluarganya, interaksi keduanya menjadi terbatas, bahkan kadang tidak bertegur sapa. Seketika Ziel merasa bersalah, adiknya itu pasti merasa kesepian.

Ziel Alexander Dominic [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang