Chapter 01

3.7K 151 8
                                    

Bisa dikatakan, dia adalah calon kandidat yang paling berani dari beberapa calon kandidat lain yang mengikuti interview kerja hari ini.

Ketika tiga calon kandidat lain duduk dengan tegap, mengenakan pakaian yang rapi, tersenyum ramah pada penanya, dan menggunakan nada suara yang tegas namun kalimatnya tertata serta sopan, hanya dia sendiri yang justru datang melakukan sesi interview dengan sikap kebalikan dari tiga calon kandidat itu.

Cara dia duduk seperti sedang duduk di warung kopi (untung saja dia tidak mengangkat satu kakinya ke atas kursi), pakaiannya rapi, hanya saja, dia mengenakan celana jeans serta sandal jepit milik teman kosnya (kalau kata dia sih, tragedi ini terjadi karena ketidaksengajaan), jangan harap sebuah senyum ramah hadir di wajah tampannya, justru dia tidak tersenyum sama sekali, nada suaranya, jelas sekali menunjukkan kalau dia tidak sudi ikut interview hari itu.

Sebenarnya, tim penanya yang tertimpa sial karena mendapatkan calon kandidat seperti ini, sudah sangat ingin mengusir si calon kandidat bergaya preman pasar itu. Tetapi, karena jawabannya sangat bagus dan membuat mereka semua terkagum-kagum membuat mereka memilih "membetahkan" diri untuk mengulik lebih jauh, seberapa lama si calon kandidat ajaib ini bertahan dengan sikap kurang ajarnya.

"Baiklah, untuk yang lain, sesi interviewnya cukup sampai di sini, dan untuk kamu, tinggal" ucap salah satu HRD yang berkepala botak serta berkumis tebal, dia lah yang paling gemas melihat tingkah si calon kandidat yang saat ini dengan santai meniup ujung kukunya, tidak keberatan kalau dia masih lama di sini.

Setelah semua calon kandidat tadi pergi, mereka pun mulai mengajukan pertanyaan.

"Dari mana saudara tahu kalau di perusahaan ada lowongan pekerjaan?"

"Ada yang ngasih tahu" jawabnya sekenanya.

Salah satu dari tim penanya itu mengelus dada sambil bergumam sabar.

"Lalu, kenapa anda memilih melamar di perusahaan ini?"

Laki-laki itu menghela nafas lelah, "Karena ayah saya yang nyuruh, katanya, saya harus kerja sama orang lain dulu baru boleh megang perusahaan dia. Banyak gaya sekali kan ayah saya?"

Semua tim penanya itu saling berpandangan.

Si bapak botak berdehem, "Sebelum kita bahas ke masalah gaji, ada yang ingin saudara tanyakan?"

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya, "Nggak ada. Dan nggak usah bahas gaji, terserah kalian mau gaji saya berapa yang penting kerjaan saya nggak berat kayak teman saya, dia lembur terus" ucapnya sambil mengibaskan tangannya tidak peduli.

Mereka semua melongo mendengar jawaban dari si calon kandidat unik ini.

"Nanda Graciano, kalau boleh tahu, siapa ayah kamu?"

Si penanya itu terkena sikutan dari temannya tetapi dia tidak peduli. Baginya, gaya anak ini terlalu sombong membuatnya bertanya-tanya siapa sosok ayah yang dibahas oleh si calon kandidat ajaib ini.

"Masa bapak nggak tahu? Nama saya aja Graciano. Nah, bapak pernah denger perusahaan gede di bidang teknologi yang namanya Graciano nggak? Kalau pernah, pasti bapak tahu siapa nama pemiliknya. Naaah, pemiliknya itu ayah saya!"

***

"Mudah banget ya dapet kerja, kayaknya gue beruntung banget deh."

Mada mendelik pada Nanda ketika mendengar ucapan laki-laki itu.

Mereka berdua sedang menikmati makan siang di sebuah kafe tidak jauh dari tempat kerja Mada.

Mada yang tahu kalau Nanda ada sesi interview di anak perusahaan milik ayahnya Nanda dan tempatnya tidak jauh dari tempat kerja Mada, membuat dia berinisiatif mengajak Nanda makan siang bersamanya yang ternyata Nanda menerima ajakan Mada itu.

[FF NCT DREAM] TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang