Renjana sedang menonton acara yang ada di televisi ketika dia mendengar suara bel berbunyi.
Hari ini, di rumah dua lantai tersebut Renjana hanya berdua dengan Hadi yang tidak memiliki jadwal kuliah tetapi akan bekerja di toko sembako milik Zena nanti setelah salah satu dari mereka ada yang pulang.
Di lantai satu memang hanya ada Renjana karena Hadi berada di lantai atas sedang menjemur handuknya yang ia cuci.
Renjana masih duduk di sofa dengan pandangan matanya mengarah ke pintu. Dia sedang menunggu suara bel yang kedua. Tetapi, tidak ada lagi suara bel yang terdengar setelah Renjana menunggu.
"Kayaknya aku salah denger, deh" gumam Renjana lalu dia kembali fokus menonton acara di televisi, sesekali anak itu tertawa jika ia melihat adegan yang lucu.
Tiba-tiba saja Renjana teringat dengan percakapan yang terjadi bersama seluruh kelima temannya.
Iya, malam itu, mereka semua berkumpul di ruang keluarga kecuali Jiro. Mereka sampai meminta bantuan Zena untuk membawa Jiro pergi jalan-jalan selama mereka membicarakan masalah Jamal, John, dan Farhan.
Nanda malam itu mengumpulkan teman-temannya (kecuali Jiro) untuk menceritakan sejauh mana dia berhasil menyelesaikan masalah dengan Jamal ini.
"Bokap Jamal udah ngasih lampu ijo. Kemungkinan besar, besok dia bakalan ditangkap. Dan kemungkinan juga Farhan sama John langsung diadili bersama dengan Jamal."
Nanda menjelaskan bagaimana dia membuat Jeffry tidak berkutik setelah dia bertemu dengan pak tua itu. Nanda juga mengatakan apa yang pernah Nanda katakan kepada Renjana di malam ketika mereka berdua sama-sama tidak bisa tidur.
Lebih tepatnya obrolan di ruang keluarga di pukul 1 dinihari.
"Jiro gimana? Apa dia nggak usah nonton sidang kakaknya besok?"
Itu adalah pertanyaan dari Hadi yang hatinya terenyuh karena Jiro harus merasakan hal menyakitkan ini.
Jiro adalah anak yang baik, mereka semua tidak tega melihat Jiro harus menyaksikan sang hakim mengetuk palu dan memutuskan sebuah hukuman yang sangat berat kepada Farhan.
"Itu terserah sama Jironya."
Dan itu lah tanggapan Mada setelah laki-laki tersebut mendengar ucapan Hadi.
Mereka semua membicarakan masalah tersebut dengan sangat serius. Tidak ada sedikit pun canda tawa di antara mereka karena ini lah detik-detik Jamal akan merasakan kehancuran yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.
Nanda sudah merencanakan semuanya dengan tim hukum milik keluarganya. Anak itu hanya berpesan kalau Jamal masih bisa berkeliaran sebelum ditangkap.
Ada kemungkinan Jamal kembali mendatangi mereka atau memberikan masalah ke mereka meskipun saat ini Nanda sedang berdiskusi dengan Pak Hasan beserta tim kepolisian untuk meringkus Jamal setelah memberikan barang bukti.
"Tapi, apa Bang Jamal bakalan dapat hukuman yang setimpal kalo alasan dia ditangkap karena penyerangan terhadap Jiro?" gumam Renjana yang ingat dengan ucapan Nanda semalam.
Jamal akan ditangkap karena tuduhan penyerangan terhadap Jiro sehingga Jiro mendapatkan luka tusuk di perutnya. Tetapi, setahu Renjana, hukuman yang didapat karena melakukan penyerangan tidaklah terlalu berat.
Suara bel kembali berbunyi, Renjana mengerjapkan matanya lalu dia kembali menoleh ke arah pintu. Anak itu mengarahkan pandangannya ke lantai atas dan sepertinya Hadi belum selesai juga menjemur pakaian.
Dengan malas, Renjana berjalan menuju pintu untuk mencaritahu siapa yang berkunjung ke rumah dua lantai ini.
Renjana sudah memegang handle pintu tetapi, anak itu terdiam ketika dia kembali mengingat hal mengerikan apa yang terjadi di pintu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...