Chapter 34

644 97 12
                                    

Mada masuk ke dalam ruang rawat Jiro sambil membawa dua kantung plastik berisikan cemilan. Jiro yang melihat itu pun langsung tersenyum sumringah.

Dia yang bosan karena hanya berdua dengan Farhan di ruang rawat ini dan tidak bisa memakan apa pun selain makanan rumah sakit, langsung merasa bahagia dan dia melambaikan tangannya menyuruh Mada untuk cepat masuk ke dalam ruang rawatnya karena Jiro tidak sabar ingin mencicipi jajanan yang dibelikan Mada.

Mada celingak-celinguk mencari keberadaan Farhan atau pun Renjana dan Hadi yang setahu dia kalau mereka berdua menjenguk Jiro.

"Kak Farhan lagi di ruangan dokter, kak. Kalau Kak Renja ikut sama Kak Hadi ke tempat kerja dia" jelas Jiro yang menyadari kalau Mada mencari keberadaan orang lain di dalam ruang rawat Jiro.

"Duh, kenapa Renja harus ikut sama Hadi? Dia tuh harusnya istirahat" gerutu Mada karena mengetahui Renjana malah keluyuran dari pada tinggal di ruang rawat Jiro ini untuk memulihkan diri.

"Kayaknya, Renja satu-satunya pasien patah tulang yang malah kelayapan dari pada istirahat di rumah. Minta diomelin nih Renja, dia mulai nakal sama kayak Janu."

Jiro terkekeh pelan mendengar omelan Mada itu. Dia tahu kalau Mada seperti itu karena khawatir dengan keadaan temannya.

"Gue nggak nakal ya, bang" protes Janu yang baru saja tiba malah dijadikan bahan gosip oleh Mada dan Jiro.

"Nggak nakal? Siapa yang dulu jarang pulang ke kost? Yang suka dugem sampai mabok? Suka balapan liar? Main sama cewek? Suka nonjok sana sini?"

Janu hanya diam dan sibuk meniru Mada yang sedang membeberkan masa kelamnya itu dengan mulut dimaju-majukan.

"Nyenyenyenye" ucap Janu yang kesal kebobrokannya di zaman dulu terus diungkit oleh Mada.

"Nanda juga nakal, bang! Dia juga suka dugem sampai mabuk dan lo malah jarang jadiin Nanda sebagai icon anak nakal!"

Mada mendengus, "Tapi, dia suka pulang ke rumah dan masih mikir-mikir kalo mau nonjok anak orang."

Janu menggerutu, dia pun meletakkan kantung plastik yang berisikan cemilan itu ke atas meja.

"Ketawa lo?!" kesal Janu pada Jiro yang malah tertawa semakin keras walaupun Janu sedang memelototinya saat ini.

"Mana Renja sama Hadi? Kakak lo juga ke mana?" tanya Janu sambil duduk di sofa, dia pun mengernyitkan alisnya.

"Buset, Renja kalo make parfum berapa botol dah? Baunya sampe nempel di sofa" gerutu Janu.

"Untung baunya harum, bukan kayak kemenyan."

"Kak Renja sama Kak Hadi pergi ke restoran. Kalo Kak Farhan, dia lagi di ruangan dokter" jelas Jiro.

Mada pun ikut duduk di samping Janu dan sedang menelepon Renjana. Dia yakin, pasti Renjana bosan hanya duduk di restoran sambil melihat Hadi bekerja. Kan tidak ada faedahnya.

"Janu.."

"Hm?"

"Renja nggak angkat telepon  dari gue."

Janu menoleh ke Mada yang wajahnya sudah pucat dengan sorot mata menunjukkan betapa takut dan cemasnya dia saat ini.

Mada merasa deja vu.

"Renja nggak jawab panggilan gue, Nu! Gimana ini, Janu?!" panik Mada membuat Janu juga merasakan apa yang Mada rasakan.

Janu juga jadi ikut panik. Namun, dia harus tenang supaya bisa menangakan Mada yang sepertinya sudah trauma dengan perkara panggilan tidak dijawab ini.

Jiro yang mendengar ucapan Mada pun hanya bisa terdiam dan berusaha berpikir positif. Karena, Renjana bersama Hadi, jadi ia pikir, kalau Renjana sulit dihubungi, kan bisa menghubungi Hadi?

[FF NCT DREAM] TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang