Chapter 59

652 112 25
                                    

Tidak banyak hal yang Nanda lakukan selama dia berada di balik jeruji besi ini.

Dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur dan juga berpikir. Dia hanya berbaring dengan tenang di lantai yang dingin ini sambil menggoyangkan kaki kanannya yang ia tumpukan di kaki kirinya.

"Hmm, iya, bagusnya Jamal anjing itu dimasukin aja ke rumah sakit jiwa. Kasihan kalau dia masuk penjara, gue lebih kasihan sama narapidana di sini karena harus satu sel sama orang gila" gumam Nanda dan dia menganggukkan kepalanya beberapa kali.

Nanda sudah sangat yakin kalau pembalasan yang akan ia lakukan kepada Jamal adalah membuat laki-laki itu masuk rumah sakit jiwa dan membuat Jamal merasa tidak ada siapa pun yang bisa membantunya sehingga kesombongan Jamal akan tergerus sampai habis.

"Duh, jadi nggak sabar deh!" kekeh Nanda, dia bersiul senang, mengabaikan tatapan aneh dari beberapa narapidana yang satu sel dengan Nanda.

Tidak ada yang berani berbicara ke Nanda karena anak itu lebih banyak diam ketika ditanya dan akan memukul mereka kalau mereka mengusiknya. Bahkan, ada salah satu dari narapidana itu ingin pindah sel tahanan, dia sudah tidak tahan satu sel dengan Nanda yang terkadang suka tertawa sendiri dan juga tiba-tiba memberikan pertanyaan random.

Contohnya.

"Kenapa bumi itu berputar? Apa bumi nggak pusing putar-putar terus kayak gasing?"

Kalau tidak ada yang menanggapi Nanda, siap-siap saja menjadi samsak tinju.

"Kira-kira yang lain gimana ya kabarnya?" gumam Nanda, dia jadi rindu dengan teman-temannya yang pasti shock sekali melihat Nanda diseret seperti itu oleh polisi.

Wajah Nanda mengeras ketika dia kembali teringat dengan Jamal yang menemui Renjana.

Dia tahu kalau Jamal menemui Renjana tidak akan pernah berakhir dengan baik. Entah itu Renjana yang disakiti atau Renjana yang termakan omongan Jamal.

"Semoga aja Renjana nggak termakan omongan kotor dari Jamal. Dan semoga aja Jamal nggak ngapa-ngapain Renjana dan seluruh teman-teman gue. Kalo iya, bakalan gue bikin Jamal menderita sampe dia nangis-nangis kayak anak bayi" ucap Nanda yang geram sekali setiap mengingat wajah tengil Jamal.

Nanda menoleh dengan malas ketika ia mendengar namanya dipanggil.

Salah seorang sipir mengatakan ada yang ingin bertemu dengannya. Tetapi, Nanda sedang tidak ingin ditemui oleh siapa pun berkat Jamal yang membuat suasana hatinya semakin buruk. Membayangkan wajah Jamal saja sudah membuat Nanda muak.

"Suruh aja dia pulang, pak, lagi nggak mood ketemu manusia" ucap Nanda malas membuat sipir itu menggerutu di dalam hatinya.

Jadi, selama ini, saya bukan manusia di mata dia?

"Tapi, katanya, kalau kamu menolak ditemui, kamu bakalan menyesal seumur hidup."

Nanda berdecak malas, dia memicingkan matanya dengan kesal ke arah sipir yang jadi takut sendiri karena melihat tatapan mata Nanda.

Rumor kalau Nanda itu gila dan suka memukul orang sudah tersebar sehingga beberapa sipir saling mengingatkan untuk tidak membuat Nanda emosi.

"Ck, sok penting banget orang ini. Memang siapa yang mau nemuin saya?" tanya Nanda yang sudah bangun dari acara berbaringnya dan sekarang dia berjalan mendekati jeruji besi itu membuat sipir tadi reflek mundur, takut dipukul.

Sipir itu pun keluar dan sepertinya sedang berbicara dengan seseorang yang ingin menemui Nanda. Setelahnya, sipir itu datang bersama dengan seseorang yang ingin menemui Nanda itu.

Nanda berdecak kesal.

"Bapak ke mana aja, sih?! Kenapa baru muncul sesudah saya masuk penjara? Sengaja ya?!" seru Nanda ke sosok yang saat ini menghela nafas lelah karena Nanda berteriak seperti itu kepadanya.

[FF NCT DREAM] TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang