Bangunan ini sudah lama berdiri tetapi tidak digunakan sehingga keadaannya dipenuhi oleh ilalang yang tinggi. Letak bangunannya pun juga jauh sekali dari jalan. Entah bagaimana bisa bangunan sebesar ini malah dibangun jauh dari keramaian. Mungkin, ini salah satu alasan mengapa proyek pembangunannya dihentikan.
Walaupun bangunan tersebut bentuknya memprihatinkan dan dipenuhi oleh ilalang yang tinggi. Tetap saja ada manusia yang mau ke sana.
Di dalam bangunan yang keadaan di sana dipenuhi oleh debu serta genangan air bekas hujan semalam, terdapat seorang pria berusia 26 tahun tergeletak di lantai berdebu itu.
Tangannya memegang perutnya sambil mengerang kesakitan. Dia memuntahkan darah dari mulutnya karena luka yang ia dapatkan dari orang-orang bertubuh besar ini.
"Oop! Tahan pak! Saya mau mukul bagian sana, jangan bapak ambil jatah saya!"
Kelima orang berbadan besar dan kekar itu berhenti melakukan aksi mereka ketika mendengar suara bos muda mereka.
Salah satu dari mereka berlima yang hendak menendang kepala pria tersebut, memilih menurunkan kakinya, lalu membiarkan bos mereka berjalan mendekati pria yang saat ini hanya bisa mengerang kesakitan sambil memegang perutnya.
Nanda menatap dingin sosok John yang terbaring tidak berdaya di tanah berdebu itu. Dia pun menendang John sehingga John kembali merasakan sakit di tubuhnya.
"Gue kira kalian semua itu baik. Ternyata kalian sangat busuk!"
Walaupun dia telah dipukul habis-habisan, John masih bisa tertawa setelah mendengar ucapan Nanda.
"Gue emang baik! Gue sama Jammy selama ini baik ke kalian! Ada Jammy nyakitin kalian? Dia cuma nyakitin adik Farhan!"
Yang dikatakan John itu memang benar.
Jamal tidak pernah jahat kepada mereka. Dan, selama mereka bertemu, Jamal tidak pernah memperlihatkan rasa bencinya ke Jiro.
Dia justru baik pada anak itu.
Tidak ada tanda-tanda kalau Jamal akan menyakiti salah satu dari mereka.
Lalu, apa yang salah?
Kenapa Jamal semudah itu membuang kebaikan hatinya lalu menyakiti salah satu dari mereka?
"Gimana keadaan cewek itu?"
Nanda tertegun setelah mendengar pertanyaan John.
Emosinya semakin naik karena mendengar suara tawa John yang terdengar mengejeknya.
"Rencananya, cewek itu cuma diancam aja. Tapi, dia melawan. Jadi, mereka hajar aja cewek itu" kikik John lalu dia mengerang kesakitan karena Nanda menendang perutnya dengan keras.
John tertawa disela batuk kesakitannya. Dia menatap Nanda sambil tersenyum geli.
"Kebetulan banget, cewek itu lagi berurusan sama rentenir, kekekekek, sekalian aja kan gue suruh mereka buat hajar tuh cewek?"
"DIEM LO!"
"Padahal, Jammy nggak bakalan macam-macam kalau kalian memilih diam!" seru John dengan kedua matanya melotot marah ke Nanda.
Seolah mengatakan bahwa dia dan Jamal melakukan semua ini karena mereka tidak memilih mencaritahu dari pada diam.
Nafas Nanda terdengar memburu.
John menatap Nanda dengan prihatin.
Nanda bahkan sampai mengernyit jijik karena John memasang ekspresi di wajahnya seolah-olah dia lah yang paling terluka di masalah ini.
"Sayang sekali, padahal gue seneng banget sama Hadi. Tapi, karena dia tahu kejahatan Jammy, terpaksa gue kasih dia pelajaran kan?"
John tersenyum lebar, "Renjana..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...