Dia rindu tetapi rasa sakit di hati membuat dia enggan untuk bertemu.
Itulah yang Jiro lakukan selama ini terhadap Farhan, sang kakak.
Sampai detik ini, tidak sekali pun Jiro menghubungi kakaknya setelah Jiro mengirim pesan pada kakaknya kalau dia butuh waktu untuk memulihkan diri. Tapi, sepertinya, rasa sakit Jiro terlalu besar dan perlahan berubah menjadi dendam.
Jiro tidak sadar, bahwa cara dia saat ini, seperti dia sedang membalas perbuatan kakaknya ketika sang kakak tidak pernah mengabari Jiro atau pun membalas pesan Jiro setiap Jiro menanyakan keadaannya.
Jiro tidak pernah menyentuh uang yang dikirim Farhan setiap bulan. Jiro hanya menggunakan uang gaji part time nya di restoran tempat ia bekerja untuk keperluan sehari-hari. Setiap Jiro ingin membayar uang sewa ke Jamal, pasti Jamal menjawab uang sewanya sudah dibayar oleh kakaknya. Begitu pun dengan uang kuliah, membuat Jiro berambisi mencari beasiswa supaya kakaknya tidak ikut campur dalam masalah hidup Jiro.
Saat ini pun, Jiro sibuk mencari lowongan part time yang lain karena dia sudah bertekad hidup mandiri tanpa ada campur tangan kakaknya lagi.
Bagi Jiro, sudah saatnya dia terbiasa hidup tanpa kakaknya jika dia tidak ingin merasakan perasaan seperti itu lagi.
Perasaan sakit karena diabaikan.
"Kamu lagi nyari kerjaan baru lagi ya, Jiro?" tanya Sekar yang kebetulan lewat di dekat ruang karyawan dan tidak sengaja melihat Jiro sibuk mencari lowongan part time di sebuah website.
Jiro tersenyum kikuk, dia merasa tertangkap basah karena ketahuan sedang mencari pekerjaan. Padahal, Hadi sudah memperingati Jiro kalau dia tidak perlu mencari pekerjaan lagi karena Bang John sudah memberikan gaji yang cukup untuk Jiro. Selain itu, Hadi hanya tidak mau Jiro jadi sibuk bekerja dan melupakan kewajibannya sebagai mahasiswa.
"Iya nih, Sekar" jawab Jiro.
"Kamu mau berhenti kerja di sini?" tanya Sekar lagi dan Jiro menggelengkan kepalanya.
"Aku cuma mau nyari kerjaan lain aja, buat biaya sewa kos" jelas Jiro, dia benar-benar memutuskan untuk tidak mau terlibat lebih jauh dengan kakaknya lagi.
Sekar mengerjapkan matanya, "Kamu benar-benar butuh bayar uang sewa kos? Mau pinjem uang aku dulu?"
"Nggak usah Sekar, untuk bulan ini udah bayar, cuma buat bulan depan aja" jelas Jiro lagi dan Sekar menganggukkan kepalanya mengerti.
"Kamu..., mau kerja di toko sembako gitu nggak Ji? Kerjanya dari sore sampai malam, cuma jagain toko aja sama ngelayanin pembeli, masalah gaji, kamu bisa tanyain ke pemilik tokonya, kebetulan toko itu punya kakaknya temen aku dan dia lagi nyari karyawan buat jagain toko dari sore sampai malam" jelas Sekar dan tentu saja Jiro menerima tawaran itu.
***
Hadi tersenyum pada Hana yang keluar dari gerbang kosnya.
Hadi memang berencana mengajak adiknya itu makan malam bersama di luar. Dia juga sudah lama tidak mengajak Hana jalan-jalan karena kesibukan mereka berdua sebagai mahasiswa.
Hadi tidak henti merasa bangga dengan adiknya karena bekerja keras mendapatkan beasiswa. Walaupun Hana harus bekerja disela-sela waktu belajarnya, namun tidak membuat semangat Hana luntur. Adik perempuan Hadi itu ingin sekali menjalani kuliah bersama kakaknya dan mereka akan wisuda bersama-sama.
"Kamu sama Nanda beneran serius?"
Pertanyaan pembuka dari Hadi itu cukup membuat jantung Hana berdetak tidak karuan. Adik perempuan Hadi itu tersenyum malu hingga dua pipinya merona merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...