Chapter 42

694 102 54
                                    

Sayup-sayup, Renjana mendengar suara dua orang yang sedang mengobrol satu sama lain.

Dia mengerjapkan matanya dan berusaha mengumpulkan kesadarannya setelah sekian lama dia tertidur.

Ketika Renjana hendak mengucek matanya, dia merasakan tangannya digenggam oleh seseorang. Dia pun mencaritahu siapa yang menggenggam tangannya itu.

Seketika Renjana tersadar sepenuhnya.

Dia tanpa sadar menepis tangan Jamal yang menggenggam tangannya.

Karena pergerakannya yang tiba-tiba itu, Renjana tidak sengaja membuat infusnya tertarik sehingga tangannya itu terasa nyeri.

Renjana meringis lalu menatap takut Jamal yang justru cemas karena mendengar ringisan Renjana.

"Kamu nggak pa-pa, dek?" tanya Jamal pada Renjana yang tidak mampu membuka mulutnya karena saat ini di depan matanya adalah Jamal.

Renjana mencengkram erat selimut yang ia kenakan dengan pandangan matanya begitu waspada mengarah ke Jamal.

Dia benar-benar tidak habis pikir dengan Jamal yang masih mempunyai muka untuk menemui mereka.

Jamal terlihat tidak merasa bersalah dan seolah-olah dia tidak melakukan hal mengerikan kepada Jiro yang saat ini tertidur di samping Renjana karena efek samping dari obat yang ia minum.

Farhan yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya itu, menolehkan kepalanya ke arah tempat tidur Jiro. Namun, yang ia dapatkan adalah Renjana yang sudah terbangun. Farhan pun, meletakkan laptop yang ia pangku di atas meja lalu meraih ponsel serta dompetnya.

"Renjana, kamu pasti lapar kan? Abang keluar sebentar, mau beliin makanan buat kamu."

Kedua mata Renjana membulat setelah dia mendengar ucapan Farhan.

"Aku belum lapar, kak!" seru Renjana sambil melirik Jamal yang sedari tadi terus menatapnya.

Renjana sampai mengeluarkan keringat dingin karena dia tidak nyaman dengan tatapan Jamal.

Kenapa dia tidak menyadari bahwa Jamal selalu menatapnya dengan tatapan menyeramkan seperti itu?

"Masa? Kamu dari semalam nggak makan loh. Abang beliin, kamu tunggu aja di sini sama Jammy. Abang nggak lama kok."

Farhan pun menatap Jamal.

"Tolong jaga mereka ya, Jammy"  ucap Farhan yang berjalan keluar dari ruang rawat Jiro sambil menenteng dompet dan ponselnya.

Renjana semakin takut ketika ia melihat Farhan benar-benar berjalan keluar dari ruang rawat Jiro.

Dia tidak mau ditinggal bersama Jamal di ruangan ini tanpa ada seseorang yang bisa ia percaya.

Dia takut Jamal akan berbuat macam-macam pada Jiro yang saat ini terlelap.

Renjana masih belum bisa mengumpulkan tenaganya untuk menghalangi Jamal jika pria itu nekat melakukan sesuatu kepada Jiro.

"Bang Far-"

"Ssst..., diam dek. Kamu mau bikin Jiro bangun?" ucap Jamal pada Renjana yang mengatupkan bibirnya.

Jamal tersenyum manis ketika ia melihat Renjana diam dan menurutinya.

"Jadi, John nggak macam-macam sama kamu kan?" tanya Jamal dia duduk dengan nyaman di kursinya.

Renjana tidak menjawab. Dia memilih menundukkan kepala sambil memainkan jarinya dengan gugup. Renjana menarik kulit di sekitar kukunya karena dia sangat tidak nyaman dengan situasi saat ini.

Jamal celingak-celinguk mencari sesuatu.

"Selimut yang abang kasih mana, dek? Kamu simpan?"

Renjana mendongakkan kepalanya, dia menatap Jamal dengan tatapan kosongnya.

[FF NCT DREAM] TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang