Chapter 15

800 99 15
                                    

Pintu restoran itu terbuka membuat Hadi reflek menolehkan kepalanya ke arah pintu. Dia tersenyum manis setelah melihat Hana yang ternyata berkunjung ke restoran tempat Hadi bekerja. Hana tidak pergi sendirian, kali ini dia pergi dengan seorang perempuan yang tidak pernah Hadi lihat sebelumnya.

Hadi tahu siapa saja teman-teman Hana. Itu karena Hana suka sekali datang ke restoran bersama teman-temannya dan selalu mengenalkan teman-temannya ke Hadi dengan wajah sumringah.

"Tumben nggak sama dua temen berisik kamu itu?" tanya Hadi pada Hana yang duduk di bangku kosong bersama si perempuan yang hanya memberikan senyumannya kepada Hadi.

Hadi mengerjapkan matanya setelah melihat senyuman perempuan itu.

"Bosan pergi sama mereka terus, sesekali aku mau pergi sama temen kos aku" jawab Hana sambil memberikan cengiran kudanya pada Hadi. Tentu saja, kalimat tadi hanya bercanda. Hana mana mungkin merasa bosan dengan dua sahabatnya yang memang ada kegiatan masing-masing hari itu.

Hadi menatap si perempuan yang mengulurkan tangannya ke Hadi.

"Melati, teman kosnya Hana" ucap perempuan yang sekali lagi memberikan senyuman yang malah membuat Hadi merasa aneh dengan dirinya sendiri.

Hadi menerima uluran tangan dari teman kos Hana yang bernama Melati itu.

"Hadi, abangnya Hana" ucap Hadi yang malah merasa kikuk ketika berusaha membalas senyuman dari Melati.

"Pasti Hana banyak ngerepotin lo ya, Mel?" ucap Hadi sambil tersenyum usil ke Hana.

"Ih! Mana ada aku nyusahin Kak Melati!" seru Hana sambil menatap kesal kakaknya itu. Bibirnya mengerucut membuat Hadi gemas dan mencubit bibir adiknya itu.

Melati tertawa pelan mendengar ucapan Hadi, "Hana nggak nyusahin, kok. Malah dia selalu bantuin gue. Dia anaknya juga rajin dan pekerja keras. Lo punya adik yang hebat, Hadi" ucap Melati yang terdengar tulus dan berhasil membuat Hadi serta Hana terenyuh.

"Hana memang hebat" ucap Hadi sambil tersenyum hangat ke arah Hana.

"Oke, kalian mau pesan apa?" Hadi segera nengalihkan pembicaraan dari pada nanti dia semakin hanyut dengan percakapan mereka bertiga. Yang ada nanti Hadi malah ikut bergosip bersama dua perempuan itu.

Setelah Hana dan Melati menyebutkan pesanan mereka. Hadi pun pergi menuju dapur untuk memberikan pesanan sang adik dengan Melati.

Hadi melirik Jiro yang duduk termenung di kursi. Anak itu memang sedang beristirahat setelah sibuk di kasir bersama  Fajar, yang memang tugasnya ada di kasir.

"Lo ngapain bengong begitu?" tanya Hadi sambil menepuk keras pundak Jiro sehingga anak itu terlonjak kaget.

Jiro mengusap dadanya lalu mendelik kesal pada Hadi yang hanya cengengesan karena berhasil membuat Jiro terkejut.

"Mikirin tagihan listrik!" gerutu Jiro yang malah membuat Hadi tertawa.

"Bilang aja lo mikirin cewek!" ucap Hadi dengan nada menggoda kepada Jiro.

"Mana ada!" sahut Jiro lalu dia menghembuskan nafas dengan kuat.

Hadi yang melihat hal itu pun, mengernyitkan alisnya lalu ikut duduk di samping Jiro. Lebih tepatnya dia berjongkok di samping Jiro karena di sana hanya ada satu kursi dan Jiro lah yang menduduki kursi itu.

"Kenapa, Ji?" tanya Hadi dengan suara lembutnya dan menatap Jiro lekat.

Jiro melirik Hadi sebentar lalu kembali menatap kosong ke depan dan hal itu membuat Hadi menjadi cemas karena keadaan Jiro yang tidak seperti biasanya.

[FF NCT DREAM] TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang