Walaupun Renjana menyuruh Nanda pulang, tetapi sebenarnya Nanda menunggu Renjana di kafe tepat di seberang gedung tempat praktik nya Sheline.
Dia duduk di bagian outdoor kafe sambil menghembuskan asap rokok lalu membuang abu rokoknya ke dalam asbak. Dia mengabaikan tatapan kagum dari rombongan anak SMA yang duduk tidak jauh dari tempat Nanda duduk.
Nanda abaikan dedek-dedek gemesh itu karena saat ini hati Nanda sudah diisi oleh Hana.
"Ck, kangen pacar gue, besok kencan sama Hana, aah" ucap Nanda, sengaja mengucapkannya dengan suara keras supaya rombongan anak SMA itu tahu kalau dia sudah ada yang punya.
Nanda menengadahkan kepalanya dan melihat langit mulai mendung, menandakan kalau sebentar lagi akan hujan. Nanda melirik jam rolex yang ada di pergelangan tangannya.
"Perasaan ini udah lebih dari satu jam, deh. Kenapa Renja belum selesai juga?" ucap Nanda yang mulai resah karena dia sudah sepakat dengan Sheline kalau di hari pertama ini, sesi bersama Renjana maksimal hanya satu jam.
Tapi, sekarang sudah 1 jam lebih 15 menit.
"Woi, Nan!"
Nanda menoleh dan mendapati sudah ada lima temannya berjalan mendekatinya. Nanda sampai mengerjapkan mata kebingungan karena melihat lima temannya ada di sini.
"Lah? Kok bisa kalian tahu gue sama Renja di sini?" tanya Nanda, membiarkan teman-temannya itu duduk di kursi yang kosong.
"Pake google lah! Kita cuma ketik tempat praktik Dokter Sheline dan langsung keluar alamatnya" ucap Hadi yang membanggakan kepintarannya.
Nanda mendengus, tapi tidak masalah temannya ada di sini, setidaknya dia tidak merasa bosan karena menunggu Renjana tidak kunjung keluar dari tempat praktiknya Sheline.
"Belum selesai juga, Nan?" tanya Mada ke Nanda yang mematikan rokoknya dengan menekannya ke asbak.
"Belum, udah lewat satu jam ini, tapi Renja belum keluar juga" jawab Nanda.
"Biasanya orang yang pergi ke psikiater ngapain aja selama satu jam, bang?" tanya Cakra sambil menatap abang-abangnya itu dengan penasaran.
"Karoke, Cak, kadang sambil dipijit juga terus ngopi-ngopi cantik" jawab Janu dan membuat Cakra memberengut kesal.
"Jawab serius, abang!"
"Serius!" sahut Hadi dan setelahnya dia tertawa ngakak bersama Janu.
"Abaaaang" adu Cakra ke Mada.
"Hadi, Janu, jangan usil ke Cakra, kalau adiknya nanya itu dijawab yang bener" ucap Mada dan Cakra memeletkan lidahnya ke Janu dan Hadi yang mencibir.
Jiro mengulum senyum melihat Cakra dijahili oleh Janu dan Hadi. Pandangan matanya ia tujukan ke tempat di mana kakaknya itu berada.
Tiba-tiba saja Jiro meminta yang lain untuk menyusul Renjana dan Nanda. Entahlah, Jiro hanya merasa kalau Renjana akan lebih nyaman jika melihat mereka ada di sini setelah ia keluar dari tempat praktiknya Sheline.
Sebenarnya Zena dan Leo ingin ikut, tapi pada akhirnya mereka tidak bisa karena Leo ada janji dengan temannya dan juga Zena ada rapat dengan karyawannya.
"Hujan" gumam Jiro sambil menengadahkan telapak tangannya, ia menampung air hujan yang semakin lama semakin deras saja.
Mereka berenam pun berteduh di dekat kafe bersama dengan beberapa pejalan kaki yang tidak membawa payung.
Beberapa pengunjung kafe yang tadi duduk di bagian outdoor ramai-ramai masuk ke dalam kafe, kecuali enam pemuda yang malah berteduh di luar kafe.
Kebetulan sekali ada mamang tukang bakso lewat, mereka berenam membeli bakso dan tentunya ditraktir oleh Nanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...