Chapter 45

667 103 23
                                    

Renjana tidak banyak berbicara walaupun saat ini di dalam ruang rawat Jiro sudah ada beberapa orang saling bercuap-cuap satu sama lain. Pandangan matanya ia arahkan ke jendela mengingat tempat tidurnya ini cukup dekat dengan jendela.

Aneh sekali.

Kenapa Renjana merasa ada sosok orang tuanya sedang melambaikan tangan mereka di luar jendela?

Bukan kah, ruang rawat Jiro ini ada di lantai dua?

Orang tua aku kan, sudah meninggal?

Renjana mengucek kedua matanya, dia sampai memicingkan matanya hanya untuk memastikan kalau dia tidak salah lihat.

"Renja?"

Renjana mengerjapkan matanya dan sosok orang tuanya itu menghilang, dia menoleh ke asal suara dan sudah ada Hadi di belakangnya menahan lengan Renjana.

Pemuda itu baru sadar kalau dia sudah turun dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela membuat infusnya kembali tertarik, beruntung Hadi cepat menahan lengannya.

"Lo kalo mau lihat pemandangan di luar jendela, tiang infusnya juga di bawa dong, gimana sih?" omel Hadi, dia pun mendorong tiang infus Renjana lalu membantu temannya itu berjalan menuju jendela.

Renjana kembali mengerjapkan matanya.

"Ah, itu..., tadi aku ngelihat orang tua aku di luar..."

Hadi terdiam, dia menatap Renjana yang sepertinya mengucapkan kalimat tersebut tanpa sadar.

Hadi menolehkan kepalanya ke luar jendela lalu dia kembali menatap Renjana.

"Mereka nggak ada di luar sana, Ren. Salah lihat kali lu" ucap Hadi yang sekarang menutup jendela tersebut lalu menarik gordennya.

Hadi berusaha mengatur emosi yang akan terpampang jelas di wajahnya. Dia tidak mau Renjana melihat wajah khawatir Hadi setelah mendengar ucapan anak itu barusan. Hadi tidak mengerti kenapa tiba-tiba Renjana membahas orang tua nya yang sudah meninggal setelah sekian lama anak itu tidak pernah membahasnya. Terlebih, Renjana mengatakan dia melihat sosok orang tua nya di luar jendela.

Tiba-tiba Hadi merasa takut.

Dia takut sekali akan terjadi sesuatu dengan temannya.

Hadi berbalik lalu tersenyum manis ke Renjana yang terlihat linglung.

"Lo mau makan apa nanti? Janu yang traktir" ucap Hadi sambil menuntun Renjana kembali ke tempat tidurnya.

Hadi melirik Jiro yang terlelap setelah menangisi kakaknya karena tidak kunjung kembali ke ruang rawat Jiro.

Anak itu ketakutan, dia berpikir kalau Jamal berbuat sesuatu kepada kakaknya sehingga anak itu menangis dan Zena berusaha keras menenangkan Jiro yang pikirannya sudah ke mana mana.

"Nggak lapar, Di.."

Hadi yang mendengarnya mendengus.

"Oke, kalo gitu nanti gue suruh Nanda aja yang nanyain lo" ucap Hadi yang tahu kalau Nanda paling bisa membuat Renjana tidak berkutik.

"Hadiiiii, jangan gituuu."

"Nah, makanya, jawab pertanyaan gue, lo mau makan apa nanti? Gue tahu ya dari Janu kalo lo makannya nggak habis, nggak mungkin kalo lo nggak lapar!"

Janu geleng-geleng kepala melihat perdebatan Hadi dengan Renjana.

Dia lega ketika melihat Renjana masih bisa bertingkah seperti biasanya walaupun tadi Jamal telah menyakitinya.

Janu melirik Zena yang duduk di sofa sambil mengetik sesuatu di ponselnya. Laki-laki itu memutuskan untuk berada di sini sampai Farhan kembali. Sedangkan Leo, dia pergi dengan alasan ada urusan. Menurut Janu, pasti ada kaitannya dengan Jamal.

[FF NCT DREAM] TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang