"Kenapa lo ada di sini, Di?"
Hadi menoleh dan mendapati sudah ada Mada serta Janu berjalan mendekatinya. Melihat kehadiran Mada membuat Hadi abai dengan pertanyaan dari Janu, dia langsung heboh dan memeluk temannya itu yang hanya bisa terkekeh pelan karena kehebohan Hadi.
"Ya ampun abaaang, akhirnya lo balik juga! Padahal gue tahu lo udah pulang tapi tetep aja gue heboh begini ngelihat lo, bang!" ucap Hadi dengan hebohnya, mengabaikan tatapan sinis dari Janu karena Hadi tidak menjawab pertanyaannya.
Mada tertawa kecil mendengar ucapan Hadi, dia pun menepuk pelan pundak laki-laki itu.
"Lo kenapa ada di sini? Janu nanyain itu tadi ke lo" ucap Mada ke Hadi yang seketika teringat alasan kenapa dia bisa ada di sini.
"Tadi ada ibu-ibu datang ke gue, bang. Dia lupa ruang rawatnya di mana. Jadinya gue bantuin dia nyariin ruangan dn beruntung gue sama ibu itu dibantu sama perawat di sini tadi" jelas Hadi.
Mada dan Janu menganggukkan kepala mereka. Sedangkan Hadi, dia celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang.
"Mana Cakra? Bukannya tadi lo bilang kalo lo bareng sama Cakra, bang? Kenapa tiba-tiba abang perginya sama beruang hutan?"
Hadi langsung berlindung di belakang Mada ketika dia merasa ada aura mengancam dari Janu. Pemuda itu bergidik ketakutan sambil mengintip Janu dari pundaknya Mada.
Hiii, lihatlah pelototan tajam milik Janu! Sungguh menyeramkan!
"Cakra pergi sama Om Darma" ucap Janu dengan nada ketus.
"Oh iya, Renja gimana, Di? Gue udah denger semuanya dari Cakra" ucap Mada lalu setelahnya dia berdecak sambil berkacak pinggang.
"Anak bandel! Renja makin bandel! Aduuh, pusing gue lama-lama karena Renja susah banget diomongin" ucap Mada yang langsung memegang belakang lehernya yang terasa pegal ketika dia mengingat kembali semua penjelasan Cakra tadi.
"Kan anak didik Janu, bang" bisik Hadi tetapi Janu tentu mendengar bisikan itu dengan sangat jelas.
"Sini lo, Di! Gue geprek juga lu lama-lama!" ucap Janu sambil menyingkap lengan kemejanya ke atas, dia sudah siap baku hantam dengan Hadi yang masih berlindung di belakang Mada.
"Udah, udah! Ini kenapa kalian malah berantem? Hadi, jangan pancing Janu, lo mau jadi pasien di sini?"
Hadi menggelengkan kepalanya.
"Ya udah, sekarang lo jelasin gimana keadaan Renja!" gerutu Mada karena tidak kunjung mendapatkan jawaban akibat perdebatan Hadi dan Janu.
"Kata dokternya, Renja mau di rontgen nanti" jawab Hadi akhirnya.
Mada mengernyitkan alisnya, "Kenapa harus di rontgen? Hadi, ini Renja beneran nggak pa-pa?"
"Nah, itu bang, dokternya nggak jelas, dia cuma bilang kayak gitu ke gue tanpa ngasih tahu kenapa Renja harus di rontgen" ucap Hadi, namun ketika dia melihat wajah Mada yang pias, anak itu pun menepuk pundak Mada beberapa kali, berusaha menenangkan temannya itu.
"Renja pasti baik-baik aja, kok bang. Paling yang di rontgen itu karena si dokter mau lihat keadaan tulang Renja yang patah waktu itu" ucap Hadi.
"Semoga emang kayak gitu, abang takut kalau ternyata ada apa-apa sama Renja. Aduh, jangan sampe Ya Tuhan. Pokoknya jangan ada hal buruk yang terjadi sama kalian, gue beneran nggak mau ngerasain kayak gini lagi" ucap Mada yang terdengar takut dan cemas.
Janu yang mendengar ucapan Mada itu juga merasakan hal yang sama. Dia tidak ingin terjadi apa-apa lagi terhadap mereka bertujuh. Sudah cukup masalah yang ini dan Janu sangat berharap Tuhan memberikan sedikit keringanan untuk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...