Chapter 74

664 110 8
                                    

Semuanya sudah selesai.

Mungkin, tidak ada salahnya jika tujuh pemuda ini ingin bersenang-senang sejenak sebelum melanjutkan kembali aktifitas masing-masing.

Tepat setelah palu diketuk, ketujuh pemuda tersebut mulai melakukan kegiatan pindah-pindah rumah.

Berkat bantuan dari ayahnya Nanda (dia menggunakan jasa pengangkut barang untuk membawa barang-barang tujuh pemuda itu ke rumah baru), kegiatan pindahan tujuh pemuda tersebut menjadi lebih ringan dan menjadi lebih cepat selesai.

Awalnya, terjadi percecokan "sedikit" antara mereka bertujuh karena masalah pembagian kamar.

Dua kamar di lantai satu, salah satu dari kamar tersebut merupakan kamar utama, sehingga, kamar tersebut lebih luas dari pada kamar yang lain. Di dalam kamar juga ada kamar mandi.

Yang membuat kamar tersebut menjadi primadona dan diperebutkan oleh tujuh bujang ini (tidak, sebenarnya hanya tiga pemuda) dikarenakan kamar mandi di kamar utama mempunyai bathtub.

Perdebatan mengenai kamar utama tentu saja diawali oleh tuan muda kita yang bernama Nanda Graciano.

Pemuda itu yang pertama kali melihat kamar mandi dan langsung jatuh cinta dengan kamar mandi di kamar utama. Dia langsung mengatakan kepada teman-temannya kalau dia ingin menghuni kamar utama.

Hal itu cukup membuat Janu dan Hadi curiga. Mereka berdua bergegas masuk ke kamar utama karena Nanda berkata demikian setelah Nanda keluar dari kamar. Alhasil, setelah Hadi dan Janu melihat sebuah "harta karun" di kamar utama, perebutan "tahta" itu pun dimulai.

Terjadi cekcok yang lumayan sengit antara Nanda dan Hadi membuat empat manusia yang tidak peduli mau tidur di kamar mana (anggap saja Mada, Renjana, Cakra, dan Jiro) hanya menonton perdebatan tiga manusia konyol yang bertengkar hanya karena kamar mandi.

Pada akhirnya, perdebatan panjang itu berakhir setelah Mada mengusulkan suit sebagai solusi dari perebutan kamar utama ini. Tapi, pada akhirnya pendapat Renjana yang dipakai.

Anak itu tanpa menunggu persetujuan teman-temannya, langsung menyobek kertas di buku jurnalnya, lalu menyobeknya lagi menjadi kecil. Renjana menuliskan nama teman-temannya dan juga namanya sendiri di tujuh kertas kecil yang sudah ia sobek. Renjana menggulung kertas tersebut lalu menangkup tujuh gulungan kertas itu di kedua tangannya, Renjana mengocok gulungan kertas itu sehingga keluar dua gulungan kertas.

"Move on, Nan, masih kesel aja lu karena nggak dapat kamar utama" sindir Janu yang saat ini sedang memasukkan beberapa helai bajunya ke dalam tas.

Nanda yang duduk di sofa hanya menggerutu. Dia masih tidak terima karena namanya tidak keluar setelah diundi.

Padahal, Nanda percaya, selain menjadi manusia paling ganteng, manusia paling kaya, dia juga manusia paling beruntung sejagat raya. Tapi, kenapa namanya tidak keluar ketika diundi oleh Renjana?

Justru nama yang keluar adalah dua manusia yang tidak mengharapkan apa-apa. Bagi mereka, bisa tidur di ruang tengah saja mereka sudah bersyukur.

Iya, dua nama itu adalah Jiro dan Renjana.

Kalau kata Janu "duo manusia kebal".

Kebal dalam artian mereka berdua berhasil selamat dari serangan Jamal.

"Lu ada dendam ya Ren sama gue? Lu pasti berdoa di dalam hati kan? Lu berdoa semoga gue nggak dapat kamar utama, kan?" tuduh Nanda ke Renjana yang saat ini sedang melipat baju milik Nanda.

Iya, benar, baju milik Nanda.

Itu Renjana lakukan karena dia tidak enak hati melihat Nanda "ngambek" karena Nanda gagal tidur di kamar utama. Padahal, Renjana sudah menawarkan untuk tukaran, tapi Hadi langsung melarang. Katanya, biar adil.

[FF NCT DREAM] TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang