Hadi berlari sekuat tenaga menuju ruangan yang disebutkan oleh Nanda tadi di pesan grup.
Hadi yang baru saja selesai kelas, mendapatkan sebuah pesan dari Nanda yang berhasil membuat jantungnya terjatuh dari tempatnya.
Tanpa berpikir dua kali, Hadi langsung keluar dari area kampus, mengabaikan panggilan dari Fei karena saat ini keadaan temannya lebih penting.
Dari kejauhan, Hadi melihat Nanda, Jamal, Leo, Renjana, dan Farhan berada di dekat lorong rumah sakit.
Pandangan mata Hadi tertuju pada Renjana yang duduk di kursi dengan telapak tangannya dibalut perban, ada jejak air mata di pipinya, serta lebam yang cukup besar di kening anak itu.
Hadi langsung terduduk di kursi karena lemas melihat keadaan temannya itu.
"Kenapa gue selalu nemuin keadaan lo kayak gini sih, Ren? Apa perlu lo ikut gue aja, nggak usah sendirian di rumah?" ucap Hadi yang sudah kepalang stress karena dia selalu melihat keadaan temannya seperti ini setiap ditinggal sendirian.
"Hadi, Jiro..." ucap Renjana dengan suara tercekat.
Hadi pun menatap Nanda yang hanya diam dengan wajah dinginnya. Lalu, dia baru tersadar kalau ada kakaknya Jiro di sana yang menandakan kalau keadaan Jiro lebih buruk dari pada Renjana.
Wajah Farhan sangat kusut. Rambutnya acak-acakan dan kedua matanya merah serta bengkak. Dasi yang dikenakan Farhan pun sudah longgar bahkan akan terlepas dari tempatnya.
"Jiro nggak pa pa, dia kena luka tusuk di perutnya, tapi nggak terlalu dalam berkat Renjana. Tenang Hadi, Jiro lagi istirahat di dalam. Dia bakalan baik-baik aja" jelas Jamal sambil tersenyum menenangkan ke Hadi.
Tapi, sayangnya, Hadi tidak bisa tenang.
Apa lagi setelah dia mendengar kalimat "luka tusuk".
Apa yang membuat Jiro mendapatkan luka seperti itu?
Leo yang melihat kebingungan Hadi pun membuka mulutnya.
"Orang aneh itu masuk ke dalam rumah. Dia bawa senjata tajam" jelas Leo yang tentu saja belum bisa dimengerti oleh Hadi.
Apakah orang aneh itu perampok?
"Ini salah saya" suara bergetar itu membuat Hadi menoleh ke asal suara.
Farhan kembali menitikkan air matanya. Dia menutup wajahnya itu dengan kedua tangannya, sayup-sayup Hadi mendengar suara isakan lirih dari Farhan.
"Gue nggak ngerti..., Nanda, sebenarnya ini kenapa?" tanya Hadi.
Nanda tidak menjawab, pandangan matanya ia arahkan ke Renjana yang hanya duduk melamun di kursinya.
Sejak awal Nanda menemukan Renjana di rumah sakit ini, anak itu hanya diam dan terlihat melamun. Dia bahkan tidak menjawab pertanyaan dari Nanda atau pun Jamal.
Dan hal itu cukup membuat Nanda khawatir.
"Renja, lo pulang sama Hadi ya? Lo denger kan apa kata dokter tadi? Banyak istirahat."
Hadi menatap lekat Nanda. Tidak biasanya dia melihat Nanda seserius ini.
"T-tapi, Jiro?"
"Nggak pa pa, dek. Kan ada Farhan sama abang di sini. Kamu pulang aja, kamu itu masih dalam pemulihan loh, belum lagi kamu ada luka baru di tangan, lebam di kening" jelas Jamal dan sekali lagi dia memberikan senyumannya kepada anak-anak yang tidak bersalah ini.
"Gue yang antar mereka pulang, kebetulan Zena udah ada di rumah" ucap Leo dan Jamal menganggukkan kepalanya.
Hadi pun membantu Renjana berjalan menuju parkiran, dia mengikuti langkah Leo yang berjalan di depan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Фанфик*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...