Janu menghela nafas lelah sembari berjalan menuju ruang rawat inapnya Renjana. Dia masih memikirkan cerita yang ia dapatkan dari Pak Arka dan Dewi mengenai masalah yang pernah orang tua Renjana lakukan kepada seseorang. Namun, kalau kata Pak Arka, masalah itu sudah selesai tepat setelah pesta pernikahan orang tua Renjana.
Keadaan di rumah sakit malam itu begitu sepi, hanya ada beberapa orang berada di lorong panjang itu dan kebanyakan adalah perawat.
Langkah kaki Janu memelan ketika ia melihat sosok Nanda berbelok ke arah kanan. Di lorong panjang ini terdapat persimpangan dan Janu melihat Nanda belok ke arah kanan. Dari papan penunjuk arah yang ada di lorong, ada ruangan khusus merokok di sebelah kanan.
Dia pun memutuskan untuk menyusul Nanda. Janu yakin Nanda pasti pergi merokok.
Dan tebakan Janu benar.
Janu melihat hanya ada Nanda seorang diri di ruangan tersebut dengan sebatang rokok terselip disela jari-jarinya.
"Galau bener kayaknya lu" ucap Janu sedikit mengejutkan Nanda yang memang sedang melamun.
Nanda mendengus, "Cicilan gue banyak nih, karena kebanyakan pake paylater."
"Nggak usah nyindir kaum susah lu!" gerutu Janu sambil duduk di samping Nanda.
Nanda terkekeh pelan, dia menawarkan bungkus rokok miliknya ke Janu yang tentu diterima oleh Janu. Rokok Nanda itu mahal, kalau Nanda menawarkan rokoknya, ada baiknya menerima tawaran itu.
"Gue baru pulang dari rumah bos gue" ucap Janu, dia menyesap asap rokoknya lalu menghembuskannya dengan khidmat.
"Terus?" tanya Nanda terdengar tidak tertarik.
"Bos gue itu temennya orang tua Renja."
Nanda tidak jadi menyesap asap rokoknya. Dia menoleh menatap Janu dengan penasaran.
"Orang tua Renja pernah ada masalah sama temennya. Tapi, kalau kata Pak Arka, masalah itu udah selesai bahkan sebelum Renja lahir" jelas Janu yang tanpa sadar membuat Nanda memutar otaknya.
"Jadi, maksud lo, orang itu masih ada dendam gitu sama orang tua Renja? Tapi, karena orang tua Renja udah nggak ada, mereka balasnya ke Renja?"
Janu menganggukkan kepalanya.
Nanda berdecih, "Apa-apaan mereka.."
***
Cakra sebenarnya ingin pulang ke kos. Tapi, mengingat pesan Mada kalau mereka tidak boleh di kos sendirian, membuat Cakra memutuskan untuk menginap saja di kosnya Julian.
Cakra segan menginap di rumah Satria karena ada orang tuanya. Belum lagi ibunya Satria itu cerewet membuat Cakra jadi serba salah setiap melakukan sesuatu di rumah Satria.
Cakra juga tidak ingin bermalam di rumah sakit karena dia kurang suka dengan suasana malam di rumah sakit. Belum lagi lorong panjangnya yang sepi dan terkesan menyeramkan.
"Nih, martabak pesanan lo" ucap Cakra setibanya ia di kos Julian, dia menyodorkan satu kantung kresek berisikan martabak pesanan Julian ketika Cakra meminta izin menginap di kos Julian.
Julian tersenyum sumringah, "Weeeh, makasih ya bro! Nih, duitnya" ucap Julian sambil memberikan satu lembar uang 50 ribu rupiah ke Cakra.
"Udaah, nggak usah! Ini traktiran dari gue" ucap Cakra menolak pemberian uang dari Julian yang justru memaksa Cakra untuk menerima uangnya.
"Jangan gitu, Cak, kan gue awalnya nitip martabak doang, bukan minta ditraktir" ucap Julian yang merasa tidak enak pada Cakra karena sudah mentraktirnya martabak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...