Hari pertama bekerja di toko sembako dan Hadi telah menemui beberapa pembeli yang memiliki berbagai macam karakter. Dan menurut Hadi, pembeli di toko sembako ternyata memerlukan kesabaran ekstra dari pada pembeli yang datang ke restoran. Walaupun begitu, kesabaran Hadi sudah terasah dengan baik karena dia memiliki enam teman ajaib.
Dan tentu saja, yang membuat kesabaran Hadi semakin luas seperti samudera karena hidup tentramnya direcoki oleh manusia bernama Jamal.
Hadi yang sedang melihat stock barang di rak, menolehkan kepalanya ke arah pintu masuk dan mendapati Zena ada di dalam toko bersama Leo.
"Bang Zen! Bang Leo!" sapa Hadi ke Zena dan Leo.
Mereka berdua yang sedang mengobrol dengan Tio pun menolehkan kepala mereka. Hadi berjalan mendekati ketiga penghuni kost lama di rumah dua lantai milik Jamal itu.
"Gimana keadaan adek lo? Udah lebih baik?" tanya Leo.
"Udah, bang, mudah-mudahan besok dia udah bisa pulang" jawab Hadi yang suasana hatinya langsung baik karena pada akhirnya kondisi sang adik semakin membaik.
Dari segi fisik dan batin, Hana bisa dikatakan baik. Padahal, sebelumnya kondisi benar-benar memprihatikan, Hadi bahkan takut kalau Hana tidak bisa kembali seperti sebelumnya. Tapi, ternyata, semua kekhawatiran Hadi tidak terjadi. Walaupun, Qoni tetap menyuruh Hadi untuk membawa Hana ke tempat kenalannya Nanda bernama Sheline.
"Renjana gimana? Jiro?" tanya Tio.
"Mereka berdua juga baik, cuma si Renja lagi rawat inap di rumah sakit, tapi keadaannya udah makin membaik, kok" jawab Hadi.
Sebenarnya kalau kata Darma, Renjana itu sudah bisa istirahat di rumah. Tapi, karena Renjana anaknya keras kepala dan bandel (kalau kata Mada), pada akhirnya, Darma memutuskan untuk membiarkan Renjana dirawat sehari lagi di rumah sakit.
"Syukur deh, kalo mereka berdua baik-baik aja" ucap Tio setelah dia menghembuskan nafas lega mendengar kabar baik dari Jiro dan Renjana.
"Kita tutupnya nanti agak cepat, ya, nanti abang antar kalian pulang. Kalau untuk Tio, kita iringin kok nanti di jalan. Pokoknya jangan pulang sendiri, oke? Kalau abang lama datang, tungguin abang di sini, oke?" ucap Zena ke Hadi dan Tio yang menganggukkan kepala mereka.
"Haah, kabarnya Farhan sama John udah ditangkap. Tinggal Jammy yang belum" ucap Leo membuat mereka semua terdiam karena sebenarnya, semua ini belum berakhir.
Jamal masih belum bisa mereka taklukan karena laki-laki itu masih berkeliaran di sekitar mereka dan entah rencana apa yang akan dia lakukan kepada mereka semua yang terlibat dalam aksi balas dendamnya.
"Tapi, pasti ada yang bikin Jamal jatuh. Setiap orang pasti punya kelemahan, nggak mungkin hidup Jamal se-sempurna itu, kan?" ucap Hadi walaupun dia mengatakannya dengan tidak yakin.
***
Janu tidak menyangka bahwa orang tuanya akan datang ke kantor padahal sudah jelas tadi di telepon kalau Janu tidak bisa bertemu dengan mereka karena "sibuk".
Padahal, Janu hanya ingin menghindari orang tuanya karena rasa kecewa itu masih ada walaupun di bibir Janu pernah mengatakan bahwa dia memaafkan orang tuanya.
Langkah kaki Janu terasa berat ketika mendekati orang tuanya yang berdiri di lobby sambil menatap Janu dengan sendu.
Janu bahkan sedikit sulit melukiskan senyum di wajahnya padahal yang ia hadapi saat ini adalah orang tuanya kandungnya.
Di dalam hati kecil Janu, dia sebenarnya tidak tega berbuat seperti ini ke orang tuanya. Namun, rasa kecewa itu begitu besar sehingga Janu tidak tahu harus bagaimana ketika menghadapi orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...