"Anak-anak di kos tahu kamu kerja?"
Pertanyaan dari Jamal itu membuat Jiro mengatupkan bibirnya.
"Iya, kak, mereka tahu" jawab Jiro sekenanya.
Jiro juga tidak merasa dia berbohong dengan Jamal. Anak-anak di kos kan memang tahu kalau dia bekerja? Mereka tahu kalau Jiro kerja part time di restoran tempat Hadi bekerja. Mereka hanya tidak tahu kalau Jiro bekerja di dua tempat.
Jamal hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Dia pun meminum soda kaleng yang ia beli di toko milik Bang Zen yang ternyata temannya Jamal dan penghuni di kos sebelumnya.
"Gimana kabar anak-anak di kos? Mereka baik-baik saja kan?" tanya Jamal.
Jiro langsung teringat dengan orang aneh yang suka berdiri di dekat kos. Walaupun tadi ketika Jiro berangkat ke kampus, orang aneh itu tidak ada di sana. Tetap saja Jiro ingin menceritakan orang aneh itu kepada Jamal.
"Beberapa hari ini, ada orang aneh di dekat rumah, kak" ucap Jiro membuat Jamal mengernyitkan alisnya.
"Orang aneh?"
Jiro menganggukkan kepalanya, "Kak Renja cerita, waktu dia mau nutup pintu pagar, dia ngeliat ada orang aneh, kata Kak Renja, badannya tinggi, dia pake jaket hitam, dia nutupin kepalanya pake tudung hoodie dan wajahnya nggak kelihatan jelas karena make masker. Kata Kak Renja, orang aneh itu berdiri di dekat pagar dan mau masuk ke dalam rumah. Tapi, Kak Renja langsung masuk ke dalam dan nutup pintu."
Jamal mendengarkan cerita Jiro dengan seksama. Dia mulai memutar otak, memikirkan siapa orang aneh yang mengganggu ketenangan dan kenyamanan tujuh bujang di rumah dua lantai miliknya. Bahkan sampai ingin masuk ke dalam rumah.
"Makasih udah kasih tahu kakak, Jiro. Kakak bakalan nyaritahu siapa orang itu" ucapnya dan Jiro menganggukkan kepala.
Jamal membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, namun pada akhirnya dia memilih bungkam.
Dia sebenarnya ingin menceritakan bahwa dia adalah teman Farhan, selaku kakaknya Jiro. Dia juga ingin memberitahu Jiro, bahwa saat ini, keadaan Farhan semakin jauh dari kata baik karena terus memikirkan Jiro tetapi Farhan tidak berani menemui Jiro karena takut penolakan yang akan ia dapatkan dari adik kandungnya sendiri.
"Renjana kabarnya gimana?" pada akhirnya Jamal memilih menanyakan hal lain dari pada mengatakan keadaan Farhan pada Jiro.
"Kak Renja kabarnya baik kok, kak. Kenapa emangnya, kak?" tanya Jiro yang menurutnya, Jamal ini selalu saja menanyakan Renjana kalau mampir ke rumah atau pun ketika mereka tidak sengaja berpapasan.
Jamal hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
"Nggak ada, cuma nanyain aja."
***
"Dia nggak ada ngabarin di grup" ucap Hadi ketika dia men-scroll percakapan yang ada di dalam grup.
Dia juga mencari pesan dari Renjana tetapi anak itu tidak ada mengirim pesan apa pun ke Hadi.
"Mungkin dia nginep di tempat temennya, terus ponselnya mati, jadi nggak sempat ngabarin" ucap Mada berusaha untuk berpikir positif.
"Bang, kalo emang dia nginep di tempat temennya, seharusnya dia bisa numpang charger di tempat temennya itu buat ngabarin kita" jelas Janu yang membuat Mada terdiam.
"Oke, gue sama Hadi nyariin Renja di luar, abang sama Janu di rumah dan kabarin kita kalo Renja udah balik" ucap Nanda akhirnya dan mereka semua pun sepakat dengan usul Nanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...