Chapter 38

685 103 36
                                    

Sekembalinya Cakra dan Mada dari kantin rumah sakit, mereka melihat Zena dan Farhan di depan ruang rawat Jiro.

Zena dan Farhan terlihat berdebat dengan sengit.

Lalu, mereka berdua melihat Zena menunjuk Farhan dengan emosi meletup-letup sebelum akhirnya ia berjalan pergi meninggalkan Farhan yang menghembuskan nafas lelah dan mengusap wajahnya dengan kesal.

Cakra dan Mada melihat Zena berjalan melewati mereka.

Terlihat sekali kalau Zena kesal dengan Farhan. Namun, karena mereka berdua tidak tahu dengan Zena, mereka hanya menganggap kalau Zena hanyalah teman Farhan dan mereka bertengkar karena sesuatu.

Farhan menyadari kehadiran Mada dan Cakra. Wajah kesal dan frustasinya pun hilang dan tergantikan oleh senyum.

"Abang mau merokok dulu ya, tolong jagain Jiro sebentar" ucap Farhan lalu dia berjalan meninggalkan Mada dan Cakra yang mengiyakan ucapan Farhan lalu mereka masuk ke ruang rawat Jiro.

"Janu? Lo nangis?" tanya Mada terdengar tidak percaya karena melihat Janu menangis bersama Jiro ketika ia masuk ke ruang rawat Jiro.

"Bang.." ucap Janu sambil menghapus air matanya.

"Kayaknya, kita terlibat sama seseorang yang berbahaya" ucap Janu membuat Mada dan Cakra menatapnya tidak mengerti.

"Kak, aku takut Kak Renja kenapa-napa kak.." isak Jiro.

"Kalian kenapa?" tanya Cakra yang cemas melihat dua temannya ini menangis dan mengatakan sesuatu yang membuat jantung Cakra berdetak cepat.

Janu menatap lekat kedua temannya itu.

"Selama ini, kita ditipu sama Jamal."

***

Nanda menatap hampa Hana yang terbaring di ruang rawat tersebut, di dekat Hana sudah ada Hadi yang menggenggam tangan Hana yang terbebas dari infus.

Hadi mencium tangan adiknya dan sesekali air mata lolos membasahi pipi Hadi.

Nanda menghembuskan nafas lelah. Penyesalan yang ia rasakan begitu menyakitkan sehingga dia tidak sanggup masuk ke ruang rawat Hana hanya untuk melihat keadaan gadis itu.

Seandainya malam itu, Nanda tidak mengabaikan panggilan yang terus masuk ke ponselnya, mungkin Hana tidak akan mengalami kejadian seperti ini.

"Maafin gue, Hana..." gumam Nanda dengan tangan terkepal kuat.

"Nanda."

Nanda menoleh, mendapati sepupunya berjalan mendekatinya. Sang sepupu bernama Lukman dan dia adalah anak dari pemilik rumah sakit ini.

"Wuih, gila, kacau bener lo, Nan?" tanya Lukman yang cukup khawatir melihat penampilan Nanda. Tidak biasanya Lukman melihat penampilan sepupunya kucel  seperti ini.

Nanda tidak menjawab pertanyaan dari Lukman itu.

"Gimana? Udah beres?" tanya Nanda pada Lukman yang mengacungkan jempolnya.

"Berees, petugasnya bentar lagi ke sini buat bawa pacar lo itu ke rumah sakit tempat temen lo dirawat."

Nanda menganggukkan kepalanya mengerti dengan pandangan matanya tertuju ke arah ruang rawat Hana.

"Kayaknya, pacar lo bakal ngalamin trauma, Nan. Jadi, gue saranin lo bawa aja dia ke Sheline. Dia paling bisa ngurus masalah beginian" ucap Lukman.

[FF NCT DREAM] TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang