Chapter 78

648 114 18
                                    

Tidak ada hal menarik selama Mada berada di kantor. Dan juga, tidak ada kabar apa pun mengenai Melati. Gadis itu bagaikan menghilang ditelan bumi dan semua rekan kerja Mada juga terlihat tidak peduli dengan tidak adanya kehadiran Melati di kantor.

Selama bekerja pun, Mada berusaha fokus menyelesaikan pekerjaannya, sampai dia tidak sadar kalau dia menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Tanpa memikirkan julid-an dari rekan kerjanya karena pulang tepat waktu, Mada langsung merapikan semua barang-barangnya dan tidak lupa mematikan komputer miliknya.

Mada berpamitan kepada rekan-rekan kerjanya itu lalu dia berjalan keluar dari gedung.

Mada tidak sabar ingin pulang ke rumah, namun ketika Mada tiba di rumah, dia sudah melihat Nanda sedang berusaha membujuk Renjana di ruang tamu.

"Ren, gue nggak bermaksud bohongin lo, Ren-"

"Terus apa?" potong Renjana dengan nada ketus.

Nanda terlihat bingung sendiri setelah mendengar ucapan Renjana yang terdengar ketus itu. Sampai pada akhirnya, Nanda menoleh dan mendapati sosok Mada berdiri di ambang pintu. Dari tatapan mata Nanda, terlihat sekali kalau dia membutuhkan bantuan.

Mada tertawa dalam hati. Baru kali ini dia melihat Nanda kebingungan sendiri ketika menghadapi seseorang, biasanya orang lain yang kebingungan menghadapi Nanda.

"Haloo, ini ada apa ya? Kenapa suasana di ruang tamu ini agak mencekam?" ucap Mada dan hal itu membuat arah pandang Renjana tertuju ke Mada.

"Nggak kenapa-kenapa sih, bang. Nanda aja yang aneh" ucap Renjana membuat Nanda semakin pundung.

"Aneh kenapa?" tanya Mada lalu dia duduk di samping Renjana.

"Pokoknya Nanda aneh, bang. Nyebelin, jelek, aneh, nyebelin, jelek, aneh, aneh, anaknya aneh banget."

"Ya ampun, Renjanaa, mulutnyaa, nggak boleh ngomong jahat kayak gitu ke orang ganteng. Gue aduin lo ke bokap gue!"

Nanda terdengar tidak terima dikata-katain oleh Renjana. Yang paling dia tidak terima adalah ketika Renjana mengatainya jelek.

Nanda terima saja dibilang jahat dan aneh, asalkan jangan jelek.

Mada tertawa mendengar perdebatan lucu antara Nanda dan Renjana. Dia sebenarnya sudah tahu masalah kedua adiknya ini dari Hadi. Lucu juga kalau Mada pikirkan lagi.

Renjana yang merajuk dengan Nanda adalah suatu hal yang langka. Jadi, Mada merasa terhibur karena Nanda merasakan apa yang selama ini mereka rasakan ketika membujuk Renjana yang merajuk.

"Renjaa, gue itu bohongin lo juga untuk kebaikan lo" ucap Nanda membuat Renjana yang sudah kesal malah semakin kesal.

"Nanda, kamu itu nggak percaya sama aku. Kamu pasti mikir aku nggak mau pergi ke tempat psikiater itu makanya kamu milih berbohong! Itu bukan demi kebaikan, kamu nggak percaya sama aku!"

"Bukan gituuu-"

"KAMU NGGAK PERCAYA SAMA AKU!"

Mada dan Nanda sama-sama terdiam.

Mereka menatap lekat Renjana yang nafasnya terengah setelah menyerukan kalimat tersebut, bibir anak itu sampai bergetar, begitu pun dengan manik matanya yang terlihat berkaca-kaca.

"Renjana, Nanda itu bukan nggak percaya sama lo. Dia cuma nggak mau nyakitin hati lo kalo dia langsung ngajak lo pergi ke sana. Nanda itu tahu kalo lo takut pergi ke psikiater. Kalo dia bilang yang sebenarnya, pasti lo nggak mau pergi ke sana kan?"

Mada mengatakan kalimat panjang itu dengan lembut dan penuh kehati-hatian. Memang tidak mudah berbicara dengan Renjana yang dalam kondisi seperti ini.

Renjana terdiam, dia pun menatap Nanda yang belum membuka mulutnya setelah mendengar seruan Renjana tadi.

[FF NCT DREAM] TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang