Semuanya kompak bangun kesiangan.
Alhasil, pagi itu semua penghuni yang bekerja hanya sarapan dengan roti tawar yang diolesi oleh selai cokelat. Mereka semua grasak-grusuk pagi itu dan ditonton oleh dua bocah (Jiro dan Cakra) yang kebetulan mendapatkan jadwal kuliah di siang hari. Dan kebetulan juga Jiro tidak ada jadwal bekerja di restoran karena Bang John memutuskan untuk tutup hari ini entah alasannya apa.
Orang-orang yang punya jadwal pagi hari itu, bergegas pergi ke tempat mereka masing-masing. Seperti Mada, Renjana, dan Janu yang pergi ke tempat kerja. Lalu, Hadi yang pergi ke kampus karena ada kelas pagi. Sedangkan Nanda, dia bilang ada urusan penting pagi ini dan ketika ditanya, jawabannya cukup membuat semua penghuni di kos kesal.
"Ini urusan CEO, kalian budak korporat nggak bakalan ngerti kalau gue jelaskan."
Tersisa di rumah dua lantai itu hanya Jiro dan Cakra yang dengan santai menikmati sarapan ala kadar mereka pagi itu.
"Lo pengen gue yang bilang ke abang-abang semua, atau lo sendiri yang bilang?" ucap Cakra memecah keheningan di antara mereka berdua.
Jiro nyaris tersedak roti yang ia makan ketika mendengar ucapan Cakra.
"Cak, kan aku udah bilang buat nggak bahas masalah itu lagi? Aku juga minta tolong sama kamu buat nggak bilang sama kakak-kakak yang lain kalo aku sekarang kerja di dua tempat" jelas Jiro yang memang langsung memohon pada Cakra untuk tidak memberitahu kepada penghuni kos yang lain mengenai masalah ia bekerja di dua tempat.
Cakra menghembuskan nafas jengkel, "Lo ngapain sih harus kayak gitu? Kakak lo beneran berhenti ngirimin lo duit atau gimana?" ucap Cakra yang tidak habis pikir dengan tindakan Jiro.
Cakra saja yang hanya kuliah tanpa bekerja seperti Jiro atau pun Hadi sudah merasa stress menjalani hidupnya bahkan sampai mengalihkan tekanan yang ia rasakan itu dengan sebatang rokok. Namun, Jiro justru bekerja di dua tempat sambil kuliah sekaligus. Bukankah, Jiro terlalu tangguh?
Apa gue terlalu berlebihan, merasa hidup gue ini berat banget? Jiro aja sanggup kerja sambil kuliah dan dia masih terlihat baik-baik saja.
Cakra sibuk berperang dengan isi kepalanya.
"Aku..., aku mau lepas dari bayang-bayang Kak Farhan, Cak" cicit Jiro membuat Cakra berhenti berdebat dengan isi kepalanya dan menatap lekat Jiro yang menundukkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya Cakra sambil menatap Jiro tidak mengerti.
Cakra tahu bahwa Jiro sangat kecewa dengan kakaknya dan sampai detik ini pun Jiro belum ada tanda-tanda ingin memaafkan kakaknya dan akur dengan kakaknya.
Jiro yang mendengar pertanyaan Cakra itu hanya bisa mengatupkan bibirnya.
"Entahlah Cak..., aku juga nggak tahu alasannya..."
***
Janu sesekali menguap lebar sambil menunggu hasil fotocopy laporan. Di tangan kanannya terdapat satu gelas plastik yang berisikan kopi instant. Sepertinya, dia tidak mau tidur terlalu larut lagi karena ternyata dia akan sangat mengantuk di pagi hari. Belum lagi pekerjaan yang menanti di tempat kerja.
Berbeda ketika dia masih kuliah. Kalau dia mengantuk, dia bisa sesuka hati tidak masuk kelas yang penting jatah absennya masih ada. Tapi, kalau dia sudah bekerja seperti ini, yang ada dia langsung dipecat.
"Heh, anak baru."
Janu memutar kedua bola matanya dengan malas, dia menoleh dan mendapati sudah ada makhluk halus (sebut saja namanya Aji) di dekatnya. Kehadiran makhluk halus itu berhasil membuat Janu ingin sekali melempar gelas berisi kopi panas ini ke wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...