"Gila lo, Cak! Lo kemarin rugi banget nggak ikut kuis!" seru Satria pada Cakra yang saat ini malah terlihat melamun sambil memakan kentang goreng pesanannya.
Cakra menemui Satria ketika dia mendapatkan begitu banyak pesan dan panggilan tidak terjawab dari temannya itu. Satria sangat khawatir karena Cakra tidak kunjung datang ke kelas dan sulit dihubungi karena hari itu dosen mereka mengadakan kuis yang katanya, nilai dari kuis tersebut akan membantu nilai ujian akhir semester mereka nanti.
Awalnya, Cakra tidak mau menemui Satria dan ingin di rumah sakit saja menemani Renjana. Namun, Mada meminta Cakra untuk menemui Satria. Mada meminta Cakra untuk mencari ketinggalan informasi atau pun materi kuliah selama dia tidak masuk perkara Renjana pulang dalam keadaan terluka.
Mada juga menyuruh Hadi dan Jiro pergi bekerja. Jadi, yang ada di rumah sakit hanya Mada dan Janu yang memang tidak bekerja di Hari Minggu.
Kalau Nanda hanya memberi kabar di grup kalau dia sementara menginap di rumah ayahnya. Sedangkan Leo, si penyelamat Renjana, memutuskan untuk pulang dan akan kembali lagi nanti bersama Jamal yang kemarin tidak ada berkunjung ke rumah sakit.
"Cak?"
Cakra mengerjapkan matanya, dia menoleh menatap Satria yang saat ini juga sedang menatapnya dengan cemas.
"Kemarin lo kenapa nggak masuk dan nggak ada kabar kayak gitu? Bahkan Jiro juga, kata Wina, Jiro susah banget dihubungin kemarin" ucap Satria dengan nada pelan dan hati-hati.
Cakra menghembuskan nafas lelah. Dia mulai menceritakan apa yang terjadi semalam. Satria yang mendengarnya pun beberapa kali terlihat cemas, takut, dan ikut bersedih ketika tahu kondisi teman kos Cakra itu dipenuhi dengan ketakutan dan trauma yang bahkan tidak disadari oleh dirinya sendiri.
"Ya ampun, kasihan banget abang kos lo itu, Cak. Pasti berat banget buat dia. Pastinya lo juga cemas banget waktu tahu dia nggak pulang. Mana gue ngasih tahu lo ada kasus begal lagi. Pasti lo panik banget" ucap Satria pada Cakra yang hanya menganggukkan kepalanya.
Kejadian ini benar-benar di luar prediksi mereka semua. Dan kejadian ini membuat mereka menjadi semakin waspada dengan keadaan di sekitar mereka. Mada bahkan sampai meminta mereka semua jangan ada yang sendirian di rumah. Kalau pulang malam, usahakan minta dijemput dan ponsel selalu dalam keadaan stand bye (kalau yang ini, sepertinya akan sulit bagi Nanda).
"Semuanya panik, Ya. Abang Renja nggak pernah kayak gitu, hilang tanpa kabar. Tiba-tiba aja hilang, nggak pulang semalaman, sekalinya pulang, dia malah pulang dalam keadaan kacau."
Cakra terdiam cukup lama.
"Dan Bang Renja kuat banget. Dia sama sekali nggak ngeluh walaupun dia udah ditimpa masalah bertubi-tubi."
Dan Cakra merasa, dia semakin tidak berhak untuk mengeluhkan seluruh keluh kesah yang ia rasakan, ketika ia melihat bagaimana Renjana masih terlihat baik-baik saja walaupun kondisinya yang sebenarnya jauh dari itu.
"Dia bukan nggak ngeluh, Cak. Dia pengen, tapi nggak bisa?"
Cakra menatap Satria yang saat ini sedang mengaduk cappucino pesanannya.
"Sama kayak lo. Lo pengen ngeluh tapi nggak bisa."
Cakra tercekat, dia menatap lekat Satria yang terkekeh pelan karena melihat ekspresi Cakra.
"Lo pikir gue nggak tahu, Cak? Akhir-akhir ini lo kelihatan uring-uringan terus. Lo kayak pengen cerita tapi lo tahan-tahan. Cerita aja kalo emang itu yang bikin lo lega. Mumpung lo masih punya tempat buat ngeluarin keluh kesah lo" ucap Satria membuat Cakra teringat dengan teman-teman di kosnya.
Dia juga teringat dengan ucapan Mada yang selalu memintanya untuk tidak sungkan bercerita padanya.
Walaupun begitu, kenapa Cakra masih tidak mau menumpahkan semua yang ia rasakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...