Sesekali Mada melirik ke arah meja kerja Melati.
Tanpa Mada sadari, dia sibuk memperhatikan Melati yang sedang fokus dengan pekerjaannya. Melati terlihat cekatan dalam mengerjakan pekerjaannya. Mungkin, itu lah alasan mengapa Melati bisa pulang tepat waktu dari pada yang lain.
Mada langsung mengalihkan pandangannya ketika ia melihat Ulfa memergokinya sedang memperhatikan Melati. Kedua mata Ulfa memicing curiga sehingga Mada reflek kembali memfokuskan dirinya ke pekerjaan.
Dengan kedua tangan mengetik di keyboard, Mada kembali teringat dengan dirinya yang awalnya berniat mengajak Melati meminum secangkir kopi sepulang kerja, berakhir dengan Mada yang malah mengajak Melati pergi menonton bioskop di akhir pekan.
Mada sampai bingung kenapa kalimat yang sudah ia susun rapi di dalam otak malah tidak sesuai dengan apa yang terucap melalui lisannya.
Namun, kabar baiknya, Melati menerima ajakan Mada.
Mengingat hal itu, Mada langsung mengulum senyum dan kembali mengerjakan laporannya dengan semangat.
Setelah Mada menyimpan hasil kerjaannya itu, ia pun meregangkan tubuhnya yang pegal karena duduk berjam-jam di depan komputer. Mada melepas kacamata bacanya lalu dia mencuri-curi pandang, takut ketahuan oleh kepala divisi kalau dia bermain ponsel di jam kerja.
Mada meraih ponselnya yang ia taruh di dekat mouse. Alis laki-laki itu saling bertaut ketika ia melihat begitu banyak panggilan tidak terjawab dari Renjana.
Dia juga melihat banyak notifikasi dari chat grup dari Renjana. Tapi, dia kebingungan karena isi chat tersebut hanyalah kata-kata random. Renjana seperti mengetik tetapi tidak melihat keypad smartphone nya.
Mada pun mencoba mengirim pesan pada Renjana dan tidak ada balasan setelah sekian lama Mada memandangi layar ponselnya. Dia pun mencoba mengirim pesan ke seluruh teman-teman kosnya yang lain.
Dan sama saja, tidak ada balasan.
Tiba-tiba, Mada merasakan firasat yang tidak enak.
***
"Cak, udah, lo nggak kasihan apa sama paru-paru lo?"
Cakra mengindahkan peringatan dari Satria karena sedari tadi tidak berhenti merokok.
Setelah pertengkaran hebat antara Cakra dengan ayahnya karena ketahuan merokok. Anak itu tidak pernah kembali ke rumah orang tuanya. Dia juga mengabaikan panggilan dan pesan dari ibunya. Bahkan, kuliah Cakra semakin terbengkalai karena selalu membolos. Dia lebih suka menghabiskan waktunya di kos Julian.
Semenjak Cakra ketahuan merokok oleh anak-anak kos dan reaksi mereka kurang menyenangkan (menurut Cakra), dia memutuskan untuk tidak merokok di kos. Terlebih, Renjana tidak suka dengan perokok dan sedang dalam masa pemulihan. Cakra hanya tidak mau asap rokok akan membuat keadaan Renjana semakin buruk. Alhasil, Cakra lebih sering menghabiskan waktunya di kos Julian.
Cakra tidak bisa berhenti merokok.
Dia ketagihan.
Cakra seolah merasakan seluruh beban di hidupnya terbawa bersama asap rokok yang menghilang ditiup angin.
"Gue lebih kasihan sama nasib gue sih, Sat" ucap Cakra lalu kembali menikmati sebatang rokok yang langsung direbut oleh Satria.
Satria membuang rokok itu ke tanah lalu menginjaknya dengan kesal.
"Gila ya lo?!" seru Cakra kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...