Chapter 36

663 94 22
                                    

Renjana tidak membuka mulutnya selama di perjalanan. Rahangnya masih terasa sakit karena John mencengkeramnya dengan kuat. Kedua tangannya saling bertaut, terdapat bekas cengkraman tangan John di pergelangan tangan kanannya, terlihat merah di kulit Renjana yang putih.

Dia tidak tahu ke mana John akan membawanya pergi. Dia gagal meminta bantuan Tio karena ketika Renjana nekat sekali lagi memanggil Tio, John langsung membekap mulutnya dan tidak melepasnya sampai Tio masuk ke dalam restoran.

Hari telah memasuki malam, lampu jalan mulai dihidupkan dan John tidak sekali pun menepikan mobilnya ini ke suatu tempat. Mereka hanya berputar di jalanan ini tanpa ada percakapan yang tercipta di antara mereka berdua.

Tatapan mata John fokus ke jalan tanpa sekali pun melirik Renjana yang hanya melihat pemandangan di luar jendela.

Dia ingin pulang.

Rasanya, Renjana ingin menyesal karena menarik masker yang dikenakan oleh Jamal.

Seandainya dia tidak sok melepas masker di wajah Jamal, mungkin Renjana tidak akan berada di situasi yang rumit seperti ini.

Namun, kalau dia tidak melepas masker Jamal, mungkin, Jiro atau pun Farhan akan dihabisi oleh Jamal tanpa mereka tahu bahwa pelakunya ada di sekitar mereka.

"Lo mau tahu nggak, kenapa Jammy baik banget sama lo?"

Renjana yang sedang asyik melihat pemandangan di luar jendela itu pun menoleh ke John yang masih fokus menyetir.

"Aku lebih ingin tahu kenapa Bang Jamal jahat ke Jiro."

John mendengus mendengar ucapan Renjana itu.

Perlahan, mobil yang dikemudikan oleh John tersebut berhenti di sebuah jalan sempit yang sepi dan minim penerangan. Mereka menepi di dekat pohon besar yang daunnya cukup rimbun sehingga, orang lain mungkin tidak menyadari kalau ada mobil hitam berhenti di sana.

"Jammy nggak jahat ke Jiro, tapi, dia jahat ke Farhan."

Renjana mengernyitkan alisnya tidak mengerti, "Bang Jamal nyakitin Jiro, nusuk Jiro pake pisau, dan itu bukan jahat menurut abang?"

John menatap lekat Renjana, "Kalo pun gue kasih tahu jawabannya. Lo pasti nggak bakalan percaya."

John pun mendekati Renjana lalu membisikkan sesuatu ke anak itu.

Kedua mata Renjana membola tidak percaya.

"Dia sudah gila ya?!" seru Renjana.

Kepala Renjana pusing bukan main karena John membenturkan kepalanya ke kaca mobil.

"JAMMY NGGAK GILA!"

Renjana meringis kesakitan, kepalanya langsung pusing dengan pandangan mata yang berkunang-kunang karena John cukup keras membenturkan kepalanya ke kaca mobil.

John yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Renjana yang ia benturkan.

"Maaf, nggak sengaja" ucap John dengan suara terdengar panik dan khawatir.

Renjana tidak menjawab.

Dia hanya diam tanpa sedikit pun melihat ke John.

Dia takut.

Dia tidak tahu di mana dia sekarang. Keadaan jalan yang sepi dan gelap membuat Renjana tidak tahu posisinya di mana.

Suara deringan ponsel milik John memecah kesunyian di antara mereka berdua.

Renjana dengan lemas menyandarkan kepalanya ke jendela. Menatap nanar keadaan jalan yang sepi. Kalau pun dia nekat kabur, dia pasti akan habis di tangan John.

[FF NCT DREAM] TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang