Jiro memicingkan matanya ketika ia melihat siluet seseorang yang terlihat familiar di matanya. Seketika, Jiro menghentikan langkah kakinya dan hanya terdiam di dekat koridor jurusannya.
Dia tidak menyangka kalau Farhan ada di gedung jurusan Jiro. Yang lebih membuat Jiro tidak percaya adalah, dari sekian banyak gedung di kampus ini, kenapa Farhan tahu Jiro ada di jurusan sekarang? Apakah takdir ingin sekali dua saudara itu berjumpa?
Tapi, Jiro belum siap bertatap muka dengan kakaknya.
Lebih teaptnya, dia tidak mau.
"Lah? Lo ngapain berhenti kayak patung gitu? Katanya lo pengen pulang?" ucap Wina yang memang menemani Jiro berkunjung ke gedung jurusan untuk mengurus pendaftaran beasiswa.
Jiro mengerjapkan matanya, dia menoleh menatap Wina yang menyerngit melihat tingkah laku aneh Jiro.
"Lo kenapa pucet gitu?" tanya Wina.
"Win, di sini, ada nggak pintu lain selain pintu depan buat keluar dari sini?" tanya Jiro yang membuat tanda tanya di kepala Wina semakin banyak.
"Ada sih, tapi nanti bakalan jauh jalan ke parkiran. Tapi, masa lo nggak tahu ada pintu lain di gedung ini? Aneh lo!" ucap Wina yang kebetulan membawa mobil ke kampus.
"Nggak pa pa, kita lewat situ aja" ucap Jiro yang terdengar seperti mendesak Wina, dia bahkan mengabaikan ucapan Wina mengenai ketidaktahuannya mengenai pintu lain di gedung jurusannya sendiri.
Wina tentu penasaran, tapi dia juga tidak mau bertanya macam-macam karena melihat kepanikan di raut wajah Jiro. Dia pun pasrah saja ketika Jiro menariknya lalu meminta Wina menunjukkan arah di mana keberadaan pintu yang Wina maksud.
"Jiro!"
Wina menoleh, dia mendapati seorang laki-laki mengenakan kemeja abu-abu dan celana dasar memanggil Jiro serta berlari mendekati Wina serta Jiro.
"Ji, ada cowok ganteng yang manggil lo!" seru Wina tetapi Jiro tidak sedikit pun menoleh ke belakang, bahkan dia tidak menyahuti ucapan Wina.
"Jiro, tungguin kakak!"
Wina mengerjapkan matanya, "Ji, kakak lo manggil tuh" ucap Wina, dia juga melihat beberapa mahasiswa mulai melihat ke arah mereka dengan penasaran.
"Ji, mending lo berhenti jalan dulu deh, kita dilihatin banyak orang, nih, nanti mereka ngira kita lagi dikejar pinjol!" bisik Wina pada Jiro yang terlihat tidak peduli.
Jiro justru semakin mempercepat langkah kakinya sehingga Wina kesulitan menyamakan kaki pendeknya dengan kaki panjang Jiro. Namun, Wina juga tidak ada niatan untuk berhenti. Dia malah semakin mempercepat langkah kakinya supaya tidak ketinggalan dengan Jiro.
Wina juga mencoba melihat Farhan, apakah laki-laki itu mengikuti mereka atau tidak. Tapi ternyata, Farhan berhenti mengejar mereka, laki-laki itu menatap sendu kepergian Jiro.
Jiro sendiri tidak berhenti melangkah sampai dia dengan Wina berhasil tiba di parkiran. Nafas Wina terdengar tersengal karena berusaha keras menyamakan langkahnya dengan Jiro, dia dengan brutal memukul lengan Jiro yang mengaduh kesakitan karena pukulan Wina.
"Lo kalo jalan ngira-ngira dong! Cepet banget! Manusia berkaki pendek kayak gue mana sanggup ngejar lo!" gerutu Wina dan Jiro hanya bisa tersenyum kikuk.
"Maaf, Win. Aku cuma..." Jiro mengatupkan bibirnya.
Kepala anak itu menunduk sehingga Wina tidak tahu ekspresi seperti apa yang Jiro lukiskan di wajahnya saat ini.
Wina hanya bisa menyimpulkan, bahwa hubungan Jiro dengan sosok laki-laki tadi tidak terlalu baik. Terlihat dengan cara Jiro menghindari sang kakak, serta sang kakak yang menatap sendu Jiro ketika melihat Jiro sebegitu kerasnya ingin menjauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...