Hingga pagi menjelang, Farhan tidak kunjung kembali ke ruang rawat Jiro. Hal ini membuat Jiro semakin tidak tenang. Dia sampai tidak bisa menikmati sarapan yang dibelikan oleh Nanda (dan merupakan bubur ayam kesukaannya). Jiro hanya mengaduk bubur ayam itu dengan tidak berselera.
Padahal, hari ini, Jiro akan keluar dari rumah sakit, dia diperbolehkan pulang oleh dokter dan Farhan justru tidak menampakkan batang hidungnya.
Mada, Janu, Nanda, dan Cakra sudah kembali ke kost setelah adzan subuh berkumandang. Lalu, sekitar pukul setengah delapan, Nanda kembali ke rumah sakit sambil membawa bubur ayam untuk Jiro, Renjana, dan Hadi yang katanya jam 10 siang nanti akan pergi ke kampus.
Nanda bahkan sudah pergi kerja pun, Farhan tidak juga muncul ke ruang rawat Jiro sehingga anak itu semakin cemas saja.
Pesan dan telefon dari Jiro pun tidak dibalas dan diangkat.
"Ji, ayo makan dulu, kasihan Nanda udah beliin bubur ayam buat kamu tapi malah nggak kamu makan" bujuk Renjana, dia sudah duduk manis di kursi yang ada di dekat tempat tidur Jiro, sudah rapi dan wangi, dia sudah siap pulang ke rumah bersama Jiro hari ini.
Jiro menatap Renjana dengan sendu, "Aku nggak selera makan, kak. Aku.., aku takut Kak Farhan kenapa-napa" ucap Jiro.
Mana bisa dia makan dengan nikmat jika dia tidak tahu bagaimana keadaan kakaknya dan tidak tahu di mana keberadaan kakaknya.
Renjana menatap Hadi yang juga sudah tidak tahu lagi bagaimana cara membujuk Jiro untuk makan.
Hadi yang memang sudah gemas dengan Jiro, langsung saja mengambil bubur tersebut lalu dia menyendokkan bubur itu untuk ia suapkan ke Jiro. Namun, Jiro langsung mengelak sehingga Hadi berdecak kesal.
Hadi pun mencengkram pelan dagu Jiro dan memaksa bubur ayam itu masuk ke mulut Jiro, membuat Jiro terpaksa menelan bubur ayam yang disuapkan secara paksa oleh Hadi.
"Nah, lo mau makan sendiri atau mau gue suapin? Itu tadi cara gue buat nyuapin lo."
Renjana sampai bergidik melihat Hadi dalam mode emak-emak galaknya.
"Makan sendiri" ucap Jiro dengan lirih, dia pun mengambil bubur yang ada di tangan Hadi lalu menyuapkan bubur ayam itu ke mulutnya dengan tidak berselera.
Pintu ruang rawat Jiro terbuka, memperlihatkan Zena dan Tio yang tersenyum ke arah tiga pemuda itu.
"Oalah, ternyata Jiro udah makan" ucap Zena yang ternyata membawa sebuah tas yang sepertinya berisikan makanan.
"Iya bang, tadi Nanda ke sini beliin kita bubur" jelas Hadi, dia jadi tidak enak dengan Zena yang sudah repot-repot membawakan makanan tapi ternyata mereka sudah makan.
"Ya udah, ini buat makan siang aja" ucap Zena sambil meletakkan tas tersebut di atas meja.
"Hai, Tio!" sapa Renjana ke Tio yang sudah cukup lama tidak ia jumpai.
"Hai, Renjana" sapa Tio.
"Kalian udah mendingan?" tanya Tio sambil berjalan mendekati Renjana dan Jiro.
"Udah, kok, ini nanti juga mau pulang" jelas Renjana ke Tio.
Tio menatap Jiro yang memakan bubur ayamnya dengan tidak berselera, wajah anak itu begitu lesu membuat Tio mengernyitkan alisnya bingung karena Jiro begitu pendiam. Jiro seperti tidak peduli jika di dalam ruangan itu ada dua tamu.
"Jiro kenapa, Ren?" tanya Tio, berbisik ke Renjana yang menghembuskan nafas lelah.
"Kakaknya nggak pulang-pulang dari kemarin, Yo" jawab Renjana, dia merasa kasihan dengan Jiro karena Farhan menghilang bagaikan ditelan bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...