Janu baru saja bersiap hendak pergi mengambil ponselnya Renjana, tiba-tiba saja Zena masuk ke ruang rawat Jiro sambil tersenyum ramah ke Janu.
Kedatangan Zena itu tepat setelah Satria dan Wina pulang.
Melihat adanya Zena di ruangan ini membuat Janu mengurungkan niatnya untuk pergi mengambil ponsel Renjana.
Janu menyuruh Cakra untuk membawa Mada ke kantin rumah sakit karena dia beberapa kali mendengar perut Mada berbunyi namun Mada tidak tergerak mengisi perutnya.
"Zen! Ya ampun, udah lama banget gue nggak ketemu sama lo!" sapa Farhan dan dia pun memeluk Zena dengan hangat.
Sedangkan Jiro terlihat gugup ketika ia melihat Zena ada di ruang rawatnya itu sambil tersenyum ke Jiro.
Jiro tidak menyangka kalau Zena, yang merupakan bos tempat Jiro bekerja juga mengenal kakaknya.
"Lo nya sibuk sih. Makanya, jadi orang itu jangan sibuk-sibuk banget. Lo nggak kasihan sama Jiro? Nanti dia kesepian gimana?" ucap Zena yang membuat Jiro menghembuskan nafas lega karena Zena tidak ada membahas masalah Jiro yang bekerja di toko sembako miliknya.
Farhan hanya bisa menatap kikuk ke Jiro yang tidak berkomentar apa-apa mengenai hal tersebut.
Jiro sebenarnya tidak terlalu merasa kesepian semenjak dia punya enam manusia yang tinggal satu atap dengannya.
"Jiro gimana? Udah mendingan?" tanya Zena pada Jiro.
"Udah mendingan kok, kak. Lukanya juga nggak terlalu dalam" jelas Jiro yang membuat Zena menganggukkan kepalanya mengerti.
"Jammy, Leo, sama John ada ke sini, Han?" tanya Zena lalu dia duduk di samping Janu yang hanya menyimak sambil memainkan ponselnya.
"Jammy sih tadi ke sini. Kenapa memangnya Zen?" ucap Farhan.
Janu melihat Zena yang beberapa kali melirik ke pintu ruang rawat Jiro yang tertutup.
Zena menatap lekat Farhan dengan tatapan frustasinya ke temannya itu.
"Lo ada masalah apa sih sama Jammy, Han?" tanya Zena yang terdengar jelas kalau dia se-frustasi itu dengan hal ini.
Farhan mengernyitkan alisnya tidak mengerti, begitu pun dengan Jiro dan Janu yang mendengar ucapan Zena.
Jiro melirik kakaknya yang sepertinya tidak tahu menahu dengan masalah apa yang Zena maksud.
"Ya ampun Farhan! Jammy itu gila, Haaan, jangan pernah lo cari masalah sama dia!"
Janu dan Jiro saling bertatapan. Jiro tanpa sadar mencengkram kuat selimut yang ia kenakan. Dia tidak siap mendengar penjelasan selanjutnya dari Zena.
"Gue nggak ada masalah sama Jammy, Zen. Selama ini gue baik-baik aja sama Jammy" jelas Farhan yang yakin sekali kalau dia tidak pernah bertengkar dengan Jamal.
Zena menghela nafas lelah, "Kalo memang begitu, kenapa dia menikam adek lo, Farhan?!"
"Apa?" itu Jiro yang bersuara, dia terlalu terkejut mendengar fakta dari Zena itu.
Janu terdiam di tempatnya.
Dia sekarang mulai mengerti maksud dari semua ucapan Hadi saat itu.
Dan sekarang dia mengerti, kenapa Hadi sangat ingin pindah dari kost.
Ketika Renjana mengatakan bahwa orang aneh itu adalah Jamal. Yang ada di dalam pikiran Janu adalah, Jamal hanya bekerja sama dengan Leo dan Leo menikam Jiro.
Tapi, ternyata, otak dari segalanya adalah Jamal.
"Jangan bercanda lo, Zen" ucap Farhan yang terdengar tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...