Chapter 30

712 98 8
                                    

Nanda memarkirkan mobilnya di carport setelah ia tiba di kost. Ketika ia turun dari mobil, dia melihat Leo duduk di tangga teras sambil menghembuskan asap rokoknya dengan nikmat.

Leo menyadari kehadiran Nanda dan dia pun berdiri sambil memberikan seulas senyum ke anak itu.

"Gue pulang dulu ya, Nan. Bilangin ke Hadi, Janu, dan Renjana" ucap Leo sambil berlalu meninggalkan Nanda.

"Oke bang. Makasih udah jagain mereka, hati-hati di jalan" ucap Nanda sambil tersenyum pada Leo.

Leo pun hanya menganggukkan kepalanya lalu dia menaiki motor besarnya itu keluar dari halaman kost. Nanda memperhatikan semua gerak-gerik Leo sampai pemuda itu benar-benar pergi bersama motor besarnya.

Pandangan mata Nanda tertuju ke bodyguard ayahnya yang menyamar menjadi tukang sate di depan kost dan bodyguard itu memberi kode pada Nanda kalau keadaan di sekitar rumah aman terkendali selama Nanda pergi menemui Pak Hasan.

Nanda pun masuk ke dalam rumah dan mendapati di ruang keluarga sudah ada Janu dan Hadi sedang memakan sate.

"Wah, kebetulan nih ada lo Nan. Udah makan belum lo? Nih, Janu tadi beliin sate yang mangkal di depan rumah" ucap Hadi sambil menunjuk satu kantung plastik di atas meja.

"Makan dulu Nan, satenya enak loh ini, tumbenan banget di depan rumah ada yang jualan sate" ucap Janu yang malah membuat Nanda speechless.

Dia tidak menyangka kalau bodyguard ayahnya ternyata berbakat menjadi tukang sate.

Atau jangan-jangan ayahnya ini memang merekrut tukang sate di pinggir jalan?

"Renja?" tanya Nanda pada Hadi dan Janu yang begitu lahap memakan sate mereka.

Hadi dan Janu serentak menunjuk kamar Renjana dan Mada lalu mereka kembali fokus makan sate. Membiarkan Nanda berjalan menuju kamar Renjana dan Mada yang keadaan pintunya cukup memprihatinkan. Nanda akan memanggil tukang untuk memperbaiki pintu kamar ini.

Nanda melihat Renjana bergelung di dalam selimut. Kedua matanya terpejam dan Nanda melihat kalau mata Renjana terlihat bengkak menandakan kalau anak itu sudah banyak menangis hari ini. Lebam di kening Renjana tertutupi oleh plester kompres demam.

"Renja, hafalin nomor gue."

Renjana yang mendengar hal itu pun langsung mengernyitkan alisnya.

"Ngapain? Kan nomor kamu aku simpan di hape aku?"

Nanda berdecak kesal, "Hafalin aja, siapa tahu butuh."

"Malas ah, Nan."

"Nomor gue nomor cantik. Pasti lo langsung hafal, lo kan pinter."

Nanda menghela nafas lelah. Dia duduk di pinggir tempat tidur Renjana dengan alis bertaut dalam.

"Bang Jamal, lo bisa hubungin Cakra nggak?"  ucap Nanda pada Jamal setibanya dia di rumah sakit.

Nanda saat ini sedang mencoba menghubungi Pak Hasan dan dia kalau mengobrol dengan Pak Hasan terkadang cukup lama.

Sedangkan Nanda butuh salah satu dari temannya ada di rumah sakit karena Nanda harus pergi menemui Pak Hasan dan Mada juga belum bisa pulang dari kantor karena belum jam pulang kerja.

Satu-satunya harapan Nanda hanyalah Cakra dan Nanda ingin Cakra bisa dihubungi secepatnya. Maka dari itu, Nanda meminta bantuan Jamal untuk menghubungi Cakra.

Jamal mengernyitkan alisnya.

"Abang nggak punya nomor Cakra. Di kontak abang cuma ada nomor dek Renja."

[FF NCT DREAM] TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang