Sebenarnya, enam adik-adik lucu nya Mada sudah terbiasa tinggal di kampung. Padahal, keenam pemuda itu cuma beberapa hari saja berada di kampungnya Mada tetapi mereka sudah betah dan terbiasa tinggal di sana.
Apalagi Cakra yang beberapa hari ini paling semangat menimba air di sumur.
"Abang mau mandi? Sini biar gue yang timba airnya bang!"
Ternyata, yang dikatakan Jiro itu benar.
Suasana kampung benar-benar nyaman dan begitu tenang. Orang-orang di sana juga baik dan ramah, bahkan anak kecil di kampungnya Mada pun sangat ramah dan sopan. Anak-anak kecil itu suka menyapa tujuh bujang yang duduk di teras ketika anak-anak itu baru saja pulang dari mengaji.
"Kita beneran balik nih, besok? Perasaan baru kemarin, deh kita nyampenya" ucap Hadi yang tidak menyangka kalau mereka sudah empat hari ada di kampungnya Mada.
Ada banyak tingkah ajaib yang diciptakan oleh adik-adiknya Mada ini. Dan untungnya, semua warga di kampungnya Mada tidak mempermasalahkan tingkah keenam adiknya yang terkadang membuat orang-orang mengelus dada. Bahkan, Jiro yang biasanya kalem dan tidak banyak bicara, malah menjadi anak yang aktif selama berada di kampungnya Mada. Anak itu banyak bertanya, persis seperti balita yang menanyakan banyak hal ke orang tuanya.
"Bang, kita sebulan aja di sini, yuuk" ucap Cakra membuat Mada mendelik ke adiknya yang berada di urutan nomor satu sebagai manusia paling banyak tingkah di kampung ini.
"Gue harus kerja, Cak. Ini aja gue harus berjuang dapat cuti. Udah cuti begini, gue udah beberapa kali ditanyain bos kapan pulang" gerutu Mada, dia sebenarnya masih ingin tinggal lebih lama di kampung. Tapi, yaah, dia sudah bekerja dan tentu saja dia harus segera kembali kalau tidak mau dipecat.
Mada sudah susah payah mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar. Jadi, dia tidak mau kehilangan pekerjaan walaupun tempat kerjanya membuat Mada banyak mengelus dada.
"Bang, mending lo kerja sama bokap gue aja. Kalo bisa lo semua kerja di bokap gue aja deh" ucap Nanda lalu dia menyeruput kopi hitamnya dengan nikmat.
"Emangnya ada posisi kosong di tempat kerja bokap lo?" tanya Janu yang sepertinya tertarik dengan usulan Nanda itu.
Selama yang menjadi CEO masih ayahnya Nanda, Janu mau saja bekerja di perusahaan ternama seperti milik ayahnya Nanda. Walaupun, tingkah laku Darma Graciano tidak jauh berbeda dengan Nanda Graciano.
Yaaah, mereka kan ayah dan anak.
"Nanti gue tanyain. Lo semua beneran mau kerja di tempat bokap gue? Bokap gue keras looh, dia juga disiplin orangnya, kalo kerja harus serius, tekun, nggak ada main-main" ucap Nanda, menakut-nakuti teman-temannya ini.
"Elu sama bokap lu aja kagak pernah serius. Gayaan aja lu!" gerutu Hadi, dia yakin kalau Nanda cuma ingin menakut-nakuti mereka saja.
Nanda berdecih, padahal yang ia harapkan adalah ekspresi panik teman-temannya karena tidak menyangka kalau sang ayah ternyata di tempat kerja serius. Tapi, sepertinya teman-temannya ini tidak percaya dengan bualan Nanda.
"Tapi, nanti abang-abang dijulidin sama karyawannya Om Darma. Nanti kalian digosipin pake orang dalam!" ucap Cakra yang tiba-tiba saja membayangkan nanti kalau Mada, Renjana, Janu, dan Hadi benar-benar bekerja di bawah perusahaan Darma Graciano.
Nanda mendengus, "Halaah! Nggak usah khawatir lo sama begituan! Rata-rata di perusahaan bokap gue, isinya orang titipan semua!"
"Orang titipan itu apa ya kak?" tanya Jiro.
"Itu loh Jiro, sama kayak nitip anak di daycare. Jadi, di perusahaan ayahnya Nanda itu ada tempat penitipan anak, naah, mereka semua dititipin disitu" ucap Janu yang kepalanya langsung terkena pukulan dari Hadi dan Mada.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...