Sambil mencuci piring dan gelas kotor, Hadi terus memikirkan cara Renjana menatap John.
Selama Hadi berada di dapur, dia tidak bisa mengalihkan pikirannya dari wajah Renjana yang pucat pasi dan menatap takut ke arah John.
Setahu Hadi, yang mengenal Bang John hanya Mada dan Jiro. Itu karena mereka berdua bekerja di restoran milik Bang John ini. Tapi, raut wajah yang Renjana tunjukkan, seolah mengatakan kalau Renjana pernah bertemu dengan Bang John sebelumnya.
"Tapi, kenapa lo harus kelihatan takut gitu, Ren?"
Hadi berhenti mencuci piring, dia pun melepas sarung tangannya karena dia ingin menemui Renjana yang sudah cukup lama ia tinggalkan di luar bersama Bang John.
Namun, Hadi berhenti melangkah karena ponselnya yang bergetar. Dia melihat ada panggilan dari Mada dan tepat saat itu terdapat notifikasi pesan dari Melati. Hadi membaca pesan dari Melati terlebih dahulu.
Kedua mata Hadi membulat, dia mematikan panggilan dari Mada lalu dia menelepon Melati dan berlari keluar dari restoran mengabaikan panggilan Tio sambil melambaikan sebuah ponsel ke arahnya.
"Woi! Mau ke mana lu, Di?!" seru Tio tetapi Hadi malah mengacuhkannya. Dia menatap hampa ponsel yang ia temukan di atas meja.
Waktu Tio tanya ke Sekar mengenai ponsel yang terletak di atas meja dekat ruang karyawan, Sekar menjawab kalau ponsel itu milik Renjana.
"Soalnya tadi yang duduk di sana Kak Renjana, temannya Kak Hadi. Mungkin aja itu ponsel dia."
Dia tentu kebingungan karena ponsel Renjana ada di atas meja, tapi orangnya malah tidak ada di sana.
Sedangkan Hadi, dia sudah keluar dari restoran dan mencari ojek pengkolan yang biasanya nongkrong di dekat butik yang terletak di seberang restoran.
"Halo? Melati? Gimana keadaan Hana? Dia baik-baik aja kan?!" panik Hadi.
"Bang! Ojek bang!" seru Hadi sambil berlari menuju tukang ojek yang sepertinya baru pulang dari mengantar seseorang.
"Hana baik-baik aja, Di. Tapi, dia belum sadar."
"Bang, ke rumah sakit" ucap Hadi dengan masih menelepon Melati.
"Kenapa Hana bisa masuk rumah sakit, Mel?! Adek gue kenapa?!" isak Hadi.
Tangis Hadi pecah ketika ia tahu kalau keadaan adiknya tidak baik-baik saja saat ini.
Hana tidak pernah menceritakan masalahnya ke Hadi dan selalu menjawab kalau dia baik-baik saja setiap Hadi menanyakan keadaan anak itu.
"Makanya hari itu, gue pengen ketemu sama lo, Di. Ada yang pengen gue ceritain ke lo, tentang Hana."
Hadi sesenggukan sambil menghapus air matanya.
Dia akan menjadi lemah jika menyangkut tentang adiknya. Dia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terhadap Hana.
"Tolong jagain Hana, Mel, bentar lagi gue ke sana" ucap Hadi.
Tidak membutuhkan waktu lama, Hadi tiba di rumah sakit. Dia pun berlari menuju tempat adiknya dirawat.
Hadi bertemu dengan Melati yang bersandar di dinding menunggu kedatangan Hadi.
"Apa yang terjadi sama adek gue, Mel?" tanya Hadi dengan tatapan kosongnya ke Melati.
Adiknya ditemukan dalam keadaan babak belur di gang menuju tempat kost nya.
Hari itu, Hana pulang tengah malam karena baru selesai bekerja dan Nanda tidak bisa menjemputnya karena sulit dihubungi. Jika seperti itu, pertanda kalau Nanda sedang sibuk. Jadi, Hana nekat pulang sendirian karena tidak mau terjebak di jalan terlalu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...