Chapter 06

813 102 2
                                    

Malam itu, semuanya berkumpul di ruang keluarga. Padahal, waktu telah menunjukkan pukul 12 lewat 30 malam. Namun, mereka semua masih terjaga karena Hadi yang iseng membuat kopi serta mengeluarkan cemilan milik Nanda dan meletakkannya di atas meja. Alhasil, mereka semua malah mengobrol seru sambil meminum kopi (kecuali Cakra, Jiro, dan Renjana).

Jiro berusaha tidak menatap Cakra yang memicingkan matanya pada anak itu. Jiro melihat ke segala arah dan yang terpenting dia tidak melihat Cakra karena temannya itu telah memergoki Jiro bekerja di toko sembako.

"Orang aneh itu ada lagi. Kayaknya, kita harus lapor ke Pak RT sama Bang Jamal. Takutnya dia beneran maling" ucap Hadi yang langsung membuka percakapan baru ketika suasana di sekitar mereka begitu hening.

"Dan lo, Tuan Nanda Graciano, ada baiknya lo tutup lagi pagar setelah lo keluar sama mobil mahal lo itu" ucap Hadi lagi sambil mendelik sebal pada Nanda yang sedang membuka kulit kacang.

"Kemarin gue tawarin ganti pagar jadi pagar yang otomatis tutup sendiri, kalian nggak mau" gerutu Nanda lalu memakan kacang yang sudah ia kupas kulitnya itu dengan kesal.

"Lah? Lo bilangin ke Bang Jamal lah kocak! Rumah ini punya diaaa, lo juga kalo mau pasang CCTV juga ngomong dulu ke diaaa, kalo ini rumah lo ya terserah mau lo apain. Mau lo pasang meriam di atapnya pun terserah lo!" sahut Janu yang gregetan dengan Nanda.

Nanda mengernyitkan alisnya, "Lah? Kita kan bayar sewa, berarti ini juga rumah kita doong. Jadi, terserah kita juga mau diapain nih rumah" ucapnya sambil mengedikkan bahu tidak peduli.

"Tahan Janu, jangan kebablasan, lo ini emang mudah banget main tangan!" gerutu Mada sambil menepuk pelan tangan Janu yang sepertinya sudah gatal ingin memukul kepala Nanda.

"Tapi kayaknya bakalan susah deh ngasih tahu Bang Jamal. Akhir-akhir ini Bang Jamal susah dihubungin" sahut Renjana sebelum suasana di antara mereka semakin panas karena perdebatan antara Hadi, Janu, dan Nanda.

"Sok ngartis banget si Jamal" gerutu Nanda.

"Bang Jamal kan orang sibuk, bang. Yang gue tahu dari daddy, Bang Jamal itu punya bisnis gitu" ucap Cakra yang teringat akan ucapan ayahnya mengenai alasan dia bisa tahu dengan Jamal si pemilik rumah dua lantai ini.

Itu semua karena Jamal memiliki kerjasama dengan perusahaan milik ayahnya Cakra. Tetapi, ketika Cakra ingin bertanya kerjasama apa, ayahnya malah mendapatkan telfon dari rekan bisnisnya, sehingga percakapan tentang Jamal itu terlupakan begitu saja.

"Bisnis apaan tuh? Jangan-jangan bisnis ilegal! Makanya, ada orang aneh di depan rumah. Jangan-jangan itu intel?"

Hadi dengan imajinasinya.

"Jangan aneh-aneh kamu, Di. Kalau memang itu intel, ngapain dia mantau rumah ini? Mending dia mantau rumah Bang Jamal dari pada rumah ini" ucap Renjana lalu dia geleng-geleng kepala karena tidak habis pikir dengan cara berpikir Hadi.

"Bener tuh, lagian penghuni di rumah ini nggak ada yang beres. Kayak, nggak ada gunanya intel kemari" sahut Mada.

"Memang cuma gue yang normal di rumah ini" celetuk Nanda dan langsung disoraki oleh semuanya.

"Kalo memang Kak Jamal susah dihubungin, paling nggak kita lapor Pak RT, kak" ucap Jiro yang sepulang dia dari toko, melihat ada orang aneh berdiri tidak jauh dari rumah.

Mereka semua menoleh ke Jiro.

"Oke deh, besok gue ke rumah Pak RT, kalian hati-hati ya, kalo ada orang aneh itu, usahain jangan pulang dulu, tunggu ada temen baru pulang, oke?" ucap Mada.

"Kalo yang dari rumah mau keluar, gimana tuh bang?" tanya Hadi.

"Lo tonjok aja dia, beres kan?" celetuk Janu dengan tidak bersalahnya.

[FF NCT DREAM] TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang