Hari pertama bekerja.
Belum apa-apa Nanda rasanya ingin pulang saja dari kantor lalu mengunjungi Renjana di rumah sakit.
Pagi itu, Cakra baru membalas pesan dari Hadi dan mengatakan bahwa dia memiliki banyak kelas sehingga dia tidak bisa menjaga Renjana selama mereka semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Alhasil, Cakra meminta bantuan ibunya untuk menjaga Renjana.
Mereka semua memulai hari mereka dengan perasaan tenang karena yakin ibunya Cakra bisa menjaga Renjana sampai salah satu di antara mereka tidak ada kegiatan lain lagi. Namun, sepertinya hanya Nanda yang tidak merasa tenang.
Di hari pertama Nanda bekerja, dia diajak berkeliling kantor dan mengenal beberapa karyawan dan staff di perusahaan tersebut. Semua orang di sana memperlakukan Nanda bak tuan muda dari keluarga konglomerat mengingat Nanda adalah anak dari seorang pengusaha ternama dan tempat Nanda bekerja ini adalah anak perusahaan milik ayahnya.
"Kok kursinya kayak gini sih, pak?" tanya Nanda sambil menunjuk kursi kerja miliknya yang jika dilihat tidak terlalu buruk. Tetapi, bagi Nanda, kursi tersebut tidak nyaman untuk ia duduki.
Nanda ingin kursi yang sangat nyaman supaya dia bisa fokus bekerja.
"Maaf?" ucap Pak Rahmat selaku penanggung jawab serta kepala divisi yang lebih tepatnya adalah bosnya Nanda.
Tapi, tingkah laku mereka berdua, membuat semua orang berpikir bahwa Nanda lah yang bosnya.
"Kursinya jelek. Saya nggak bisa kerja kalau punya kursi kayak begini. Saya mau ganti kursi" ucap Nanda lalu dia melirik meja kerjanya yang terdapat komputer serta keyboard di atas meja.
"Saya juga nggak mau kerja pake komputer, saya sukanya pake laptop saya sendiri atau ipad" ucap Nanda lagi membuat Pak Rahmat serta beberapa staff yang ada di sana cengo mendengar ucapan Nanda.
Nanda menghela nafas lelah melihat kelemotan Pak Rahmat serta antek-anteknya.
Dia pun mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi suruhan ayahnya yang ia suruh mereka berdiri di dekat pintu masuk kantor, membuat orang-orang yang berlalu lalang menatap ngeri dua pria bertubuh besar dan berotot mengenakan pakaian serba hitam dengan wajah datar serta kaku mereka.
"Iya, bawain langsung ke sini" ucap Nanda lalu setelahnya ia menatap Pak Rahmat.
"Jadi, apa pekerjaan pertama saya pak?" tanya Nanda pada Pak Rahmat yang sepertinya masih shock karena mendapat karyawan ajaib seperti ini.
Mana karyawannya anak bosnya lagi.
"Kamu duduk aja di sini sambil merhatiin rekan-rekan kerja kamu. Pelajari saja mereka. Iya, untuk hari ini, kamu hanya perlu seperti itu" ucap Pak Rahmat dan Nanda tidak keberatan sama sekali dengan usulan Pak Rahmat.
"Oke" jawab Nanda sekenanya lalu dia mulai berjalan menghampiri salah satu rekan kerjanya yang tempatnya tidak jauh dari meja kerja milik Nanda.
Pak Rahmat sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala lalu memijit pangkal hidungnya.
"Apa salah dan dosa hamba Ya Tuhan, sehingga engkau memberikan saya karyawan ajaib ini?"
***
Mada fokus menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda karena sempat tidak masuk dan lupa mengabari HRD. Beruntung, Mada dibantu oleh Melati yang dengan sigap memberikan alasan pada HRD, yaitu alasan sakit. Melati ternyata memiliki teman seorang dokter dan bisa membuatkan surat keterangan sakit untuk Mada.
Maka dari itu, Mada berniat ingin mentraktir Melati segelas kopi seperti yang gadis itu pinta walaupun Mada tidak tahu apakah pesan yang Melati kirimkan padanya itu hanyalah candaan atau bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...