Cakra menjadi waspada dan selalu gelisah setiap dia berjalan di tempat yang ramai.
Dia tiba-tiba ketakutan sendiri setelah mengetahui bahwa Julian ditangkap polisi karena ketahuan menggunakan obat-obatan terlarang.
Walaupun Cakra tidak tahu apakah rokok yang pernah dia coba itu mengandung obat-obatan tersebut atau tidak, Cakra selalu saja membayangkan kalau tiba-tiba ada polisi yang menangkapnya lalu menyeretnya ke penjara.
Cakra tidak fokus memperhatikan dosen yang menerangkan materi di depan.
Cakra juga tidak terlalu menyimak curahan hati Satria karena di benaknya saat ini selalu terbayang-bayang kalau dia akan mendekam di balik jeruji besi.
Pikiran Cakra sudah ke mana-mana.
Di kondisi seperti ini, Cakra justru sedang bersitegang dengan ayahnya karena ketahuan merokok.
Sampai detik ini, hubungan Cakra dan ayahnya belum membaik. Cakra juga tidak ada keberanian pulang ke rumah walaupun dia sudah berjanji kepada ibunya kalau dia akan pulang.
Jadi, Cakra tidak bisa membayangkan akan semurka apa ayahnya jika sang ayah tahu bahwa Cakra terlibat dengan barang haram itu.
"Cak, lo baik-baik aja? Pucet banget muka lo."
Cakra mengerjapkan matanya, dia menatap Satria yang saat ini menatapnya dengan cemas.
Bagaimana bisa Satria tidak cemas?
Kulit Cakra yang memang sudah pucat malah menjadi lebih pucat dengan keringat dingin mengalir dari pelipis anak itu. Cakra terlihat gelisah dan pandangan matanya tidak fokus ke Satria.
Cakra mengusap wajahnya.
"Satria, kayaknya, gue nggak enak badan, deh. Tolong anterin gue ke kost dong. Gue nggak masuk deh ke kelas berikutnya."
Satria yang mendengar ucapan Cakra itu pun, langsung mengantar Cakra pulang.
Dia jadi panik dan menawarkan dirinya untuk menemani Cakra di kost karena kata Cakra di kost tidak ada orang. Namun, Cakra tidak mau merepotkan Satria, dia juga tahu kalau Satria paling anti skip kelas, jadi Cakra menolak tawaran Satria dengan dalih kalau salah satu abang kost nya sebentar lagi akan pulang.
"Yakin nih, nggak mau ditemenin?" tanya Satria yang sudah bersiap kembali ke kampus.
"Yakin.., paling bentar lagi ada yang pulang, kok" ucap Cakra, mencoba meyakinkan Satria.
Setelah melihat Satria pergi bersama motornya, Cakra pun masuk ke dalam kost yang entah kenapa, setelah mengetahui sifat Jamal yang sebenarnya, membuat Cakra merasa asing dengan dua rumah lantai yang selalu ia nggap sebagai rumah.
***
Mada tiba di rumah Zena dan alisnya saling bertaut ketika ia melihat keadaan di dalam rumah Zena cukup mengkhawatirkan. Terlebih, dia mendengar suara teriakan dari dalam, dan Mada tahu kalau itu suara Jiro.
Mada buru-buru turun dari motor lalu membayar driver ojek online yang telah mengantarkannya ke rumah Zena. Bahkan, Mada sampai melupakan kembalian uangnya karena dia mendengar suara benda yang pecah dari dalam rumah Zena.
Mada berlari masuk ke rumah Zena yang pintunya terbuka lebar, sekilas Mada melihat ada beberapa tetangga Zena yang mengintip karena penasaran dengan suara-suara perdebatan serta suara benda yang pecah dari dalam rumah Zena.
"Jiro.., tolong tenangin diri kamu.." ucap Renjana yang langsung terbangun setelah mendengar suara ribut-ribut dari luar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF NCT DREAM] Teduh
Fanfiction*Lanjutan dari cerita Tempat Untuk Pulang* Tujuh pemuda yang melanjutkan hidup mereka dengan tenang di rumah dua lantai. Namun, namanya hidup, walaupun kita ingin hidup bahagia, tentu saja akan ada cobaan yang menyertai. 1. Mark Lee as Mada Cazim 2...