62 - Kepulangan Amareia

9.6K 571 8
                                    

"Pelan-pelan, sayang."

Amareia sebenarnya bisa berjalan sendiri ke lobi, tapi Dexter yang posesif melarang dirinya dan memaksa Amareia untuk duduk di kursi roda. Malas berdebat dengan sang suami, Amareia pun menurut. Dia duduk di kursi roda dengan Dexter yang mendorong di belakang, sedangkan Archer di gendong Nyonya besar Yvette di temani Nyonya besar Mason.

Mereka berbeda mobil, atas keinginan para Nyonya besar yang bilangnya mau puas-puas menghabiskan waktu bersama si bayi sebelum di monopoli orang tua kandungnya dan mereka kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Dexter tak mungkin melarang, nanti bisa kena semprot sana sini jadi biarkan saja.

Dalam perjalanan pulang dengan menggenggam tangan istrinya, Dexter tak pernah bosan mengecup punggung tangan sang istri. "Maaf ya, sayang, buat kamu kesakitan saat melahirkan anak kita."

Rasanya bosan mendengar Dexter terus meminta maaf seakan dia sangat bersalah, padahal sudah tugas dirinya sebagai seorang istri juga Ibu yaitu melahirkan keturunan untuk suaminya dan melahirkan anaknya ke dunia ini. "Aku menikmati segala prosesnya, Dex. Selagi kamu selalu ada di sisi aku, aku baik-baik saja."

"Aku akan selalu ada untukmu, sayang."

Amareia tersenyum, membalas genggaman tangan Dexter dengan menyandarkan kepalanya di bahu lebar sang suami. "Dex,"

"Iya, sayang?"

"Aku tiba-tiba mau somtam, tadi aku lihat di ponsel."

Kening Dexter berkerut mendengarnya, "Sayang, kamu baru melahirkan, aku juga belum hajar kamu lagi, masa udah ngidam aja?"

Dengan gemas, Amareia mencubit lengan suaminya. "Aku enggak hamil apalagi ngidam! Aku cuma mau somtam, ih kamu mah."

Dexter pun terkekeh, "Selama hamil kamu jarang banget ngidam. Apa ngidamnya setelah melahirkan?"

Amareia mengangkat bahunya acuh tak acuh, "Aku mau somtam, Dex. Aku lihat segar sekali, pakai banyak seafood."

"Iya, nanti kita minta tolong Hans untuk beli ya."

Dengan antusias, Amareia menganggukkan kepala. Sepertinya benar kata Dexter, Amareia ngidam setelah melahirkan alih-alih ngidam saat hamil. Tapi ini murni keinginan Ibunya bukan keinginan bayinya saat ngidam di posisi masih mengandung.

Setibanya di kediaman, Amareia kembali duduk di kursi roda atas permintaan Dexter sedangkan bayinya sudah dalam asuhan kedua Neneknya. Jadi Dexter bisa leluasa memanjakan sang istri, dia memijat kaki istrinya dengan lembut, melayani sang istri benar-benar tulus membuat Amareia terharu melihatnya.

"Tangannya pegal juga, sayang?"

"Enggak, Dex. Aku tidak pegal,"

"Pijat saja kalau begitu,"

Amareia membiarkan Dexter memijat tangannya, bahkan pria itu juga tak sungkan mengupas buah, memotong, lalu menyuapi istrinya. "Istriku ini sudah berjuang dengan sangat hebat melahirkan buah cinta kita, sudah sepantasnya istriku yang paling cantik ini mendapatkan perhatian khusus dariku,"

Amareia tersenyum, "Terima kasih, sayang."

Gerakan tangan Dexter yang tengah memotong apel langsung terhenti, dia mendongak menatap istrinya sembari mengerjap. "Tadi kamu panggil apa? Coba ulangi, sayang."

Amareia pura-pura membuang pandangannya, "Apa? Aku enggak bilang apa-apa kok,"

"Sayang, telingaku tidak terganggu, tadi kamu panggil aku apa? Coba ulangi sekali, sayang."

Amareia melipat bibirnya, dengan malu-malu dia bicara, "Sayang ...."

"Iya, sayang?" Dexter langsung memeluk istrinya dengan hati-hati, berkali-kali juga dia mengecup puncak kepala istrinya. "Aku suka panggilan itu, I love you and everything about you."

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang