61 - Nama Si Bungsu

11.5K 821 36
                                    

"Sayang baik-baik saja? Mau makan sesuatu? Mau beli sesuatu? Nanti Mama belikan,"

Amareia tersenyum ke arah Ibunya, dia meraih tangan sang Ibu dan mengecup punggung tangannya penuh kasih sayang. Amareia tahu bagaimana perjuangan menjadi seorang Ibu yang mengandung 9 bulan, merasakan sakitnya melahirkan, belum lagi mengurus anak sampai dia dewasa.

Amareia tahu rasanya, makanya, rasa sayang dia pada sang Ibu semakin melambung tinggi. "Ma, terima kasih telah memperjuangkan aku."

Sepasang mata Nyonya besar Yvette berkaca-kaca, "Hadirnya kamu adalah keinginan terbesar Mama, jangan berterima kasih, Nak. Tetaplah hidup dengan bahagia karena Mama mencintaimu sangat-sangat besar,"

Tuan besar Yvette melihat kisah haru istri dan anaknya, dia mendekat, mengecup kening istrinya lalu mengecup kening anaknya. "Anak Papa hebat sekali, berhasil melahirkan cucu Papa dengan selamat."

Amareia tersenyum, "I love you, Pa!"

"I love you too, sayang."

Kabar Amareia yang melahirkan di sambut bahagia seluruh keluarga besar Yvette mau pun Mason, mereka menjenguk bergantian tapi yang tak ingin pulang, Nyonya besar Yvette dan Mason. Keduanya keras kepala dan ingin tetap di rumah sakit padahal para suami meminta mereka pulang untuk setidaknya tidur di rumah, ini sudah malam.

"Mama, kalian pulang saja dan tidur di rumah, besok pagi, datang bersama anak-anakku setelah mereka pulang sekolah."

Dengan berat hati, pada Nyonya akhirnya memutuskan untuk pulang dan tidur di kediaman masing-masing. Meninggalkan Amareia, Dexter, dan juga si bungsu Mason yang terlelap nyenyak setelah kenyang. Dexter menghampiri istrinya, mengecup kening dan bibirnya penuh cinta.

Rasa cintanya pada sang istri selalu bertambah setiap saat, apalagi setelah melihat perjuangannya istrinya melahirkan buah cinta mereka. Dexter semakin jatuh cinta dan ingin membahagiakan istrinya sampai maut datang kelak. "Masih sakit, sayang?" Rasanya ngilu, membayangkan favoritnya menjadi jalan lahir ketiga anaknya.

Rasanya sempit dan istrinya harus melahirkan anak-anaknya yang jelas tidak kecil, istri Dexter hebat sekali. Dexter tak pernah sungkan memuji istrinya sendiri, itu yang dia lakukan yang secara tidak langsung, menjadi obat penyemangat Amareia.

"Sudah tidak, istri kamu ini kan hebat."

"Benar, istriku sangat hebat. Aku mencintaimu,"

"Aku juga mencintaimu,"

***

"Adik tampan sekali,"

Aysele, Aillard, dan Leo datang ke rumah sakit sepulang sekolah mereka masih menggunakan seragam masing-masing, di depan ruang rawat Amareia juga ada pengasuh dari ketiganya yang menunggu dengan membawa kantong kertas, berisi pakaian ganti si kembar dan juga Leo. Tapi ketiganya tengah sibuk mengagumi Adik mereka yang baru saja lahir.

Di atas ranjang, Amareia juga tersenyum menatap semangat juga antusias ketiga anaknya. Dexter? Pria itu pulang sebentar untuk membersihkan diri dan ganti pakaian, karena dia masih memakai pakaian yang semalam. Sebenarnya, Dexter enggan pulang dan ingin meminta Hans saja yang mengantarkan pakaian untuknya tapi Amareia memaksa, memintanya agar pulang saja lalu istirahat sebentar di kediaman.

Karena pawang yang sudah angkat bicara, Dexter pun tak bisa lagi menolak. Dia terpaksa sepulang ke kediaman untuk membersihkan diri tanpa istirahat seperti yang istrinya katakan. Sudah di bilang, sedetik tak melihat Amareia, rasa rindunya melebihi yang tak bertemu berabad-abad.

Kedua orang tua Dexter mau pun Amareia juga memutuskan untuk ke butik depan rumah sakit, mereka tidak pulang, tapi menumpang mandi di sana, bercanda, maksudnya membeli baju dan mandinya di hotel, menyewa secara dadakan.

"Mommy tidak kesakitan?"

"Sedikit, sayang."

"Tapi sekarang sudah baik-baik saja?"

"Tentu,"

Aysele tersenyum manis, "Mommy hebat. Mommy juga dulu melahirkan aku dan Aillard seperti itu kan? Terima kasih Mommy, kami menyayangi Mommy!"

"Sama-sama, sayang. Mommy juga menyayangi kalian,"

Si kembar dan Leo antusias mengajak bicara Adik mereka yang baru lahir, sedangkan para Tuan dan Nyonya besar yang baru tiba usai membersihkan diri, kini memenuhi sofa kecuali kedua Nyonya besar yang menghampiri Amareia. "Sayang, kamu sudah mempersiapkan nama untuk cucu bungsu kami ini?" Tanya Nyonya besar Mason sembari mengambil buah apel, mengupas kulitnya, memotong kecil, lalu menyuapkan ke Amareia yang dengan senang hati membuka mulut.

"Sudah, Ma. Nanti ya tunggu Dexter, biar dia yang mengatakan siapa nama anak kami."

Nyonya besar Mason mengangguk setuju, dirinya juga tidak terburu-buru ingin tahu nama sang cucu karena sadar, Dexter tak ada di sini. "Suami kamu sudah lama pulangnya, sayang?"

"Sudah─"

Ceklek.

Amareia menghela napas berat, dia meminta suaminya agar istirahat sebentar di kediaman tapi kini, sudah datang kembali. "Kamu tidak istirahat dulu, Dex?"

"Tidak, sayang. Aku merindukanmu dan anak-anak," Dengan tampang lurus-lurus saja, Dexter menaruh makanan yang dia beli ke atas meja sofa untuk ketiga anaknya. "Sayang-sayangnya Daddy, makan siang dulu, Nak."

"Siap, Dad!"

Dexter menggantikan posisi Ibunya sedangkan sang Ibu melipir melihat cucunya di dalam box bayi. "Ya Tuhan! Cucu bungsuku tampan sekali, Aillard dan Leo punya saingan, Aysele tambah pangeran." Nyonya besar Mason berceletuk, di balas tepuk tangan riang dari Aysele.

Gadis itu merasa bangga, karena dia satu-satunya anak perempuan di antara saudaranya yang laki-laki semua. "Aku Princess! Aku yang paling spesial!"

"Tentu saja, cucu Granny ini yang paling spesial!"

Suasana bahagia sangat terasa di ruang rawat Amareia, mereka menyambut penuh bahagia pada si bungsu dua keluarga besar. "Dex, kau sudah menyiapkan nama untuk anakmu yang bungsu ini?" Tanya Nyonya besar Mason.

Dexter yang tengah memotong buah apel mengangguk, "Sudah."

"Siapa namanya? Cepat kasih tahu, Mama penasaran."

Dexter menyuapi istrinya sepotong apel sebelum menjawab, "Archer."

"Selamat datang di keluarga Mason dan Yvette, Archer tampan!"

"Selamat datang Adik Archer!"

Amareia tersenyum, dia menolak tegas saat Dexter menginginkan nama depan anak mereka dari huruf D biar sama dengan nama Dexter. Dexter pun hanya pasrah dari pada sang istri merajuk, jadilah nama Archer yang keduanya sepakati.

Aillard.

Aysele.

Archer.

Semua dari A, tidak ada yang dari D. Kasihan Dexter tidak memiliki sekutunya sendiri.

***

Jangan lupa untuk,
Follow + vote + koment!

Untuk melihat visualisasi tokoh bisa lihat dan ikuti instagram:
@_jeongsa14
@aicathleen_

Sampai jumpa, seng❤️‍🔥

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang