70 - Yang Selamat Dan Tidak

4.4K 388 4
                                    

"Apa yang membuat suamiku tega meninggalkan aku?"

"Tembakan di kepalanya,"

Istri Hans luruh ke lantai, jatuh tak sadarkan diri setelah mendapat kabar atas tragedi yang menimpa suaminya juga bos sang suami. Ketika di bawa kembali ke negara kelahiran masing-masing mereka, Hans sudah dalam kondisi tak bernyawa berbeda dengan Dexter yang masih bisa di selamatkan dan kini dalam perawatan intensif.

Amareia ingin menangis di depan ruang ICU suaminya, tapi melihat kondisi istri Hans, Amareia tahu jika istri Hans juga butuh pelukan serta dukungan seseorang. Amareia mendekatinya, memeluknya saat dia sadar dari pingsan. "Maafkan aku, tolong maafkan aku. Harusnya, Hans tidak bekerja untuk suamiku maka semua ini tidak akan pernah terjadi."

Istri Hans tak menjawab apa pun, hanya menangis dalam dekapan Amareia. Bahkan, sampai proses kremasi berjalan dengan di dampingi Sarah selaku Adik iparnya, tatapan istri Hans terus kosong. Amareia merasa bersalah, "Tolong maafkan kelalaian suamiku,"

Istri Hans menggeleng, "Tidak, Nyonya. Semua ini sudah takdir," Ucapnya dengan suara serak yang khas. Amareia semakin tak bisa membendung perasaannya yang campur aduk.

Apalagi, suaminya masih dalam penanganan intensif di rumah sakit. Penyerangan tiba-tiba yang membawa 2 korban tewas─ Hans juga sopir, serta 1 korban luka-luka berat yaitu Dexter. Dalam hati, Amareia sangat bersyukur, sebab suaminya masih dalam kondisi baik-baik saja. Tuhan begitu baik memberikan takdir untuk keluarga kecilnya, bahkan tidak mengambil suaminya untuk kembali ke alam lain.

"Dok, bagaimana suami saya?"

"Tuan sudah berhasil melewati masa kritisnya, Nyonya. Tinggal menunggu kapan Tuan terbangun dari pingsannya,"

Amareia kembali mengucap syukur, anak-anaknya sudah tahu terkait kondisi Ayah mereka. Tentu saja rasa khawatir membludak, tapi mereka juga tak ingin membuat sang Ibu semakin terbebani oleh segala jenis pikiran di kepala. "Terima kasih banyak, Dok."

"Sudah tugas kami, Nyonya. Kami permisi kalau begitu,"

Amareia mengangguk kecil, sepeninggalan Dokter, Amareia masuk ke dalam ruangan sang suami. Dia duduk di kursi besi dengan meraih jemari suaminya yang tak terpasang infus. "Sayang, kapan kamu bangun? Kamu tahu tidak? Hans rela berkorban demi kamu, aku merasa bersalah."

***

Beberapa bulan kemudian ....

"Bagaimana dengan istri Hans?"

"Pasien sedang dalam tindakan, Nyonya."

Amareia mengusap wajahnya dengan kasar, di sisinya ada Dexter yang selalu siaga menemani. Terlepas dari kematian Hans yang membuat Dexter ikut merasa bersalah bukan main, harusnya saat itu, Dexter yang mengemudikan mobil, biar saja dirinya yang tertembak di bagian kepala, jangan Hans.

Hans masih memiliki kehidupan yang belum dia sempurnakan, sedangkan dirinya, katakan saja jika sudah lumayan disempurnakan, tak apa-apa dirinya yang tertembak di kepala tapi takdir sudah berjalan sejauh ini. Dan hari ini, saat Dexter hendak berangkat ke perusahaannya, pelayan kediaman Hans menghubungi Amareia, mengatakan jika istri Hans terjatuh dari tangga yang membuatnya mengalami pendarahan.

Dilarikan ke rumah sakit, istri Hans langsung masuk ruang operasi untuk menyelamatkan anak yang di kandungnya. Sekian lama menunggu, akhirnya lampu di atas pintu ruang operasi mati. Amareia harap-harap cemas, saat Dokter keluar dari dalam ruang operasi.

"Bagaimana kondisi Ibu dan anaknya, Dok?"

Raut wajah tak terbaca Dokter di hadapan Amareia, membuat perasaan Amareia semakin campur aduk. Dia meremay jemarinya sendiri, "Dok? Tolong jangan buat saya berpikir negatif,"

Dexter yang berdiri di sisi sang istri berusaha menenangkannya meski Dexter sendiri juga sama khawatir dan panik. Kematian Hans seperti meminta Dexter untuk bertanggung jawab atas kehidupan istri Hans juga anak dari pria itu yang masih di kandung istrinya. Bahkan, Dexter yang sepakat dengan istrinya, akan menuntaskan segala biaya kehidupan anak Hans sampai maut datang.

"Maaf, Nyonya, Tuan. Kami gagal menyelamatkan pasien namun kedua bayi yang di kandung pasien, berhasil kami selamatkan."

Amareia hampir luruh terjatuh jika Dexter tak cepat-cepat menahan pinggangnya, "Dexter ...."

Bergegas Dexter membawa sang istri ke dalam pelukannya, "Tidak apa-apa. Semua akan berjalan baik-baik saja, kita urus kedua bayi Hans dulu ya, sayang."

Amareia mengangguk, air matanya semakin tumpah saat melihat wajah polos sepasang bayi di dalam inkubator. Keduanya baru saja lahir ke dunia tapi sudah tak memiliki kedua orang tua, Ayah dan Ibunya sudah lebih dulu pergi dari dunia ini. Mereka hanya berdua, "Sayang, aku tak sanggup melihat mereka berdua. Bagaimana dengan masa depan mereka?"

Dexter memeluk istrinya semakin erat, dia tahu kekhawatiran istrinya saat ini. "Kita rawat bersama-sama ya? Akan banyak pengasuh yang membantu, asal mereka tak kekurangan kasih sayang orang tua. Sayang, jujur, aku masih merasa bersalah atas kematian Hans."

Amareia juga paham perasaan sang suami, dia hanya bisa terus menangis dengan memeluk erat suaminya.

"Mereka harus tumbuh dengan sehat, Dex."

"Iya, harus, dalam pengawasan kita ya, sayang."

***

Sudah tersedia versi pdf dengan halaman 300+++ dan bab 100+++

Mumpung masih harga promo, belum kembali ke harga asli, cepat beliii!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mumpung masih harga promo, belum kembali ke harga asli, cepat beliii!!

Versi pdf sudah tamat dengan alur yang jauh lebih jelas!!

Di Wattpad sengaja, banyak yang aku skip tapi di pdf jelas lengkap semuanya tanpa skip!!

Aku tunggu kalian berpartisipasi!!

Oh ya! Pembelian hanya bisa melalui nomor, 0858-6330-2854 atas nama Jeongsa14

Dan pembayaran hanya bisa melalui e-wallet:
- Dana
- Gopay
- Ovo
- Shopee pay
- Pulsa

Sekian, terima kasih banyak!!

Bye sengku❤️‍🔥

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang