68 - Perjalanan Bisnis

6.7K 521 4
                                    

"Bye, Daddy! Hati-hati di jalan!"

Berbeda dengan Amareia, si kembar, juga si bungsu Archer yang melepas kepergian Dexter dalam perjalanan bisnis dengan riang penuh harapan kembali dalam keadaan sehat, kondisi kediaman asisten Hans tampak memanas. Istri dari tangan kanan kepercayaan Dexter itu tampak berat melepas kepergian sang suami, berkali-kali ditahan untuk tak pergi mendampingi Dexter.

"Sebentar saja, sayang. Hanya dua hari," Hans mencoba membujuk istrinya lagi tapi sang istri tetap kekeuh menggeleng.

"Kamu tidak boleh pergi! Kamu tidak lihat?! Aku sedang hamil setelah penantian panjang kita! Apa kamu tega pergi lama meninggalkan aku dan bayi di kandunganku?"

Hans memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, kejadian ini bukan sekali dua kali tapi hampir tiap hari. Tiap Hans pamit ingin berangkat kerja, istrinya akan memulai drama tak ingin di tinggal. Ingin selalu berada di dekatnya, Hans juga maunya seperti itu tapi apalah daya jika pekerjaannya sebagai tangan kanan Dexter, membuatnya memiliki banyak keterbatasan waktu libur.

"Sebentar ya? Setelah selesai perjalanan bisnis, aku akan langsung pulang ke rumah tanpa ke perusahaan lebih dulu. Boleh, sayang?"

"Terserah!"

Istri Hans merajuk, pergi ke dalam kamar dengan membanting pintu. Melihat itu, Hans kembali menghela napasnya sembari melihat jam yang semakin berjalan. Tak ada waktu lagi untuk membujuk istrinya, Hans pun pergi meninggalkan kediamannya juga sang istri yang masih merajuk. Mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju kediaman Tuannya.

Sampai di kediaman sang Tuan, wajahnya yang tak terbaca di sadari oleh Amareia yang tengah menggendong si bungsu. "Wajahmu tak enak sekali dipandang, Hans. Ada apa? Istrimu merajuk?"

Hans meringis saat sang Nyonya dapat menebak dengan tepat sasaran, dia pun mengangguk. "Begitulah, Nyonya. Saya hanya mencoba memaklumi suasana hati istri saya yang sedang hamil muda,"

Amareia mengangguk paham mendengar ucapan tangan kanan dari suaminya, "Tidak perlu khawatir, Hans. Setelah perjalanan bisnis kali ini, kamu akan lengser dari posisi sebagai asisten suamiku."

Hans tampak kaget, "Ya, Nyonya? Apa saya membuat kesalahan fatal?" Hans menatap bergantian antara Dexter juga Amareia.

"Tidak ada kesalahan fatal yang kamu lakukan, Hans. Semuanya terbaik, sebagai seorang istri, aku memahami perasaan istrimu yang ingin banyak waktu bersama denganmu apalagi di masa-masa kehamilan seperti ini. Jadi setelah perjalanan bisnis, kamu bisa mengundurkan diri sebagai asisten suamiku lalu bekerja di perusahaan suamiku sebagai wakil Direktur."

Hans menatap penuh haru pada kedua majikannya yang sungguh memahami posisinya, "Nyonya, Tuan, terima kasih banyak!"

"Tidak perlu berterima kasih, Hans. Tanpa kamu, mungkin suamiku akan jauh lebih sibuk dari sekarang. Terima kasih juga sudah mau direpotkan suamiku,"

***

"Tuan, saya pernah berjanji akan mengabdikan diri saya seumur hidup pada Anda, bagaimana bisa saya berhenti sebagai asisten Anda?"

Setelah turun dari pesawat, di lanjut menumpangi kendaraan darat yang tidak lain mobil. Hans mengutarakan yang sejak di pesawat mengganggu isi kepalanya, "Bisa. Kamu akan tetap mengabdi di perusahaanku, untuk sekarang, prioritas kan dulu istrimu yang sedang hamil, Hans. Bukankah itu penantian kalian berdua setelah sekian lama?"

"Tuan, saya tidak tahu lagi harus membalas segala budi Anda dengan apa."

Dexter menepuk bahu tangan kanannya dua kali, "Cukup buktikan jika keluarga kecilmu bisa terus bahagia sampai maut memisahkan. Supaya─"

Dor!

"Shit!"

Dexter mau pun Hans sama-sama mengumpat kaget, keduanya menatap ke belakang di mana 3 mobil hitam mengejar mobil yang mereka tumpangi. "Tuan, kita di serang!"

Dexter mengepalkan kedua tangannya erat, "Sial! Siapa yang berani membocorkan kedatanganku ke negara ini?!"

Hans menatap sopir yang jelas ahli di bidangnya, dia pun mengeluarkan pistol dari saku belakangnya yang selalu dia bawa ke mana-mana untuk jaga-jaga memastikan keamanan sang Tuan. "Tuan, Anda bersembunyi saja, biar saya yang urus mereka."

Harusnya, seperti yang sudah-sudah tiap ada penyerangan, Dexter akan langsung bersembunyi, tahu jika Hans bisa menyelesaikan tapi kali ini situasi berbeda. Dexter ikut mengambil senjata api dari bawah kursi mobil, "Kau tidak boleh melawan mereka sendirian. Sekarang bukan hanya aku yang memiliki mereka yang menungguku pulang dengan selamat, kau juga, ada istri dan calon anak kalian yang menunggu kepulanganmu dengan sehat."

Hans kembali tersentuh, dia mencoba fokus untuk melindungi Tuannya juga melindungi dirinya sendiri. Seperti apa kata sang Tuan, di rumah ada sang istri yang tengah merajuk juga calon anaknya. Mereka pasti menunggu kepulangannya dengan selamat meski di selingi sang istri yang merajuk. Hans tidak boleh menyepelekan keselamatannya sekarang, dia harus pulang dengan sehat dan bisa memeluk istrinya kembali.

Hans ingin mendampingi istrinya melahirkan nanti.

Dor!

"Tuan, hati-hati!"

Dexter terkekeh, "Situasi ini sudah biasa aku hadapi, Hans. Kau juga sebaiknya hati-hati, jangan lengah, jangan pikirkan aku, pikirkan dirimu sendiri untuk saat ini."

"Baik, Tuan! Tapi saya akan tetap memastikan keamanan Anda juga,"

"Kau keras kepala sekali, Hans."

"Saya hanya menjalankan tugas, Tuan."

"Kau, aku pecat! Tak perlu menjalankan tugas sebagai asistenku, lindungi dirimu sendiri!"

"Meski di pecat, sebagai bentuk pengabdian terakhir, saya akan tetap melindungi Anda, Tuan."

"Terserahlah!"

***

Jangan lupa untuk,
Follow + vote + koment!

Untuk melihat visualisasi tokoh bisa lihat dan ikuti instagram:
@_jeongsa14
@aicathleen_

Sampai jumpa, seng❤️‍🔥

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang