51 - Sebuah Tragedi

11.5K 757 253
                                    

"Ssh,"

Amareia menyentuh tengkuk lehernya yang sakit, dia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru yang jelas bukan kamarnya atau pun kamar lain yang tak asing di matanya. Di mana dirinya sekarang? Dia mencoba duduk, namun baru sadar jika kedua kakinya terikat dan kedua tangannya terbebas.

"Apa yang terjadi?!" Amareia mencoba mengingat yang terakhir terjadi, wanita itu meringis dengan menekan kepalanya yang berdenyut hebat. "Ya Tuhan, siapa mereka yang menculik aku?!"

Ceklek.

"Sayang, akhirnya kamu bangun juga."

Deg.

"Drake?"

"Iya, sayang?"

Pria itu mendekat, duduk di tepi ranjang, membuat Amareia ingin beringsut duduk namun kaki yang terikat dengan sisi ranjang, membuatnya tak bisa bergerak. Drake pun tersenyum, mengulurkan tangan mengusap lembut pipi Amareia, bergerak mengusap bibir Amareia yang langsung wanita itu tepis dengan kasar.

"Jangan menyentuhku!"

"Galak sekali, sayang. Aku tidak akan menyakitimu, aku hanya ingin menyentuhmu dengan lembut."

Drake mendekati wajahnya dengan wajah Amareia, membuat wanita itu langsung meludah ke wajahnya. Dia mendengus, "Kau tidak akan bisa menyentuhku!!"

Drake mengusap pipinya yang terkena ludah Amareia, rahangnya mengeras, "Kau nakal sekali, sayang. Apa kau tidak takut padaku?"

"Takut pada bajingan sepertimu? Mustahil!"

Drake yang hilang kesabaran mencengkeram kuat dagu Amareia, bahkan tangannya terulur, ingin mencengkeram perut Amareia namun Amareia sudah lebih dulu menepis tangan pria itu. Saat cengkeraman di dagunya terlepas, Amareia menatapnya tajam. "Kau tidak akan bisa menyentuhku apalagi menyakiti bayiku!!"

"Biarkan aku melenyapkannya, sayang. Setelah itu, kita akan membuat yang baru. Anak kandung aku dan kamu," Drake tetap mencoba sabar dengan tersenyum manis meski pun Amareia menatapnya penuh kebencian.

"Aku tak pernah membenci seseorang sehebat ini, Drake. Tapi padamu, pengecualian. Aku membencimu!!"

"Dan kamu akan mencintaiku, sayang. Ah, aku tidak sabar untuk melenyapkan bayi itu lalu kita buat yang baru, pasti hidup kita akan bahagia."

"Bangun! Mimpimu sudah keterlaluan, bajingan!!"

Drake menyeringai, "Aku rasa bukan mimpi. Aku akan mewujudkannya setelah memberikan tontonan gratis untukmu,"

Tak berselang lama, pintu kamar terbuka, seorang pria berbadan besar mendorong tubuh ramping seorang wanita hingga jatuh ke atas lantai. Amareia menutup mulutnya terkejut, melihat siapa yang jatuh ke atas lantai, apalagi saat Drake mendekati wanita itu. Drake memaksanya berdiri, merobek kasar pakaian yang di kenakan wanita itu.

"Nikmati tontonan dirimu, sayang. Aku akan membalaskan dendammu padanya, bukankah aku sangat bermurah hati?"

"Drake! Jangan!" Bukan, bukan Amareia yang bicara melainkan wanita yang kini dalam cengkeraman tangan Drake. Ya .... Dia, Shamaira Dante. Yang harusnya menculik dan menyiksa Amareia namun perbuatannya tercium oleh Drake, pria itu yang marah karena Shamaira berniat melukai pujaan hatinya pun langsung bertindak, dia menyelamatkan Amareia dari penculik lalu berbalik menculik Shamaira yang dalam perjalanan menuju tempat biasa.

Melihat bagaimana Drake mendorong Shamaira hingga jatuh tengkurap di atas lantai tanpa pakaian, di susul Drake yang melepas celananya. Drake tersenyum ke arah Amareia, namun wanita itu memalingkan wajahnya tak ingin melihat apa yang terjadi di depan sana. Apa lagi, saat desahan dan erangan terdengar bersahutan, Amareia menutup mata dengan tangan menutup kedua telinganya.

"Drake! Akh!"

Amareia semakin erat menutup mata dengan tangan yang menutup telinga, semakin dia kuatkan. Wanita itu menggigit bibir bawah, tak tega sebenarnya mendengar rintihan kesakitan Shamaira. Rintihan dan teriakan kesakitannya semakin terdengar, namun Amareia merasakan sentuhan lembut di pipinya. Sontak, Amareia membuka kedua kelopak matanya.

Dia menepis tangan Drake yang ada di pipinya, tatapan Amareia beralih pada Shamaira yang terus berteriak kesakitan namun Drake ada di sampingnya. Menyadari tatapan Amareia, Drake tersenyum dengan lembut. "Mainan aku yang menyiksanya, sayang. Dia tersiksa tapi menikmatinya, jangan dipikirkan."

"Enyah dari hadapanku!!"

"Tidak akan, sayang. Kamu tidak ingin melewati surga dunia bersama denganku? Nanti di tonton musuhmu,"

"Aku tak pernah punya musuh!"

"Baik, maksudku, orang yang menyakitimu."

Drake berdiri, dia melepas seluruh pakaiannya di hadapan Amareia yang kembali memalingkan wajah. Di susul pria lain yang masuk ke dalam kamar, pria berbadan besar itu mendekat Shamaira yang beringsut mundur. Tak memberi ampun, pria berbadan besar itu menyentuh Shamaira dengan kasar. Suara teriakan kesakitannya, membuat Amareia memalingkan wajah dengan menggigit bibir bawah.

"Bagaimana, sayang? Kekesalan dirimu padanya sudah berkurang?"

Tak mendengar jerit kesakitan Shamaira, Amareia memberanikan diri menoleh, dia menatap Shamaira yang juga menatapnya dengan tatapan tak terbaca. Amareia tertegun, dia memang menaruh kekesalan pada Shamaira tapi bukan berarti, empatinya hilang. Apalagi dirinya tengah hamil, perasaannya saat ini jauh lebih sensitif.

"Jika sudah hilang rasa kesal dirimu, dia akan aku gantung hidup-hidup, dia harus tersiksa secara perlahan."

Drake semakin menunjukkan kekejamannya, bahkan dia sengaja membawa Amareia ke tempat yang tidak akan terlacak oleh kembarannya, Dexter. Drake sudah merencanakan kejadian hari ini dari jauh-jauh hari, semua persiapan sudah matang, dia sangat yakin, jika Dexter tak akan bisa menemukan keberadaan Amareia.

Drake kembali menyentuh pipi Amareia, namun lagi-lagi di tepis oleh wanita itu. "JANGAN MENYENTUHKU!!"

"Turunkan nada suaramu, sayang."

Amareia dan Shamaira tak sengaja bertemu pandang, Shamaira tersenyum ke arahnya sebelum wanita itu angkat bicara dengan suara seraknya. "Pujaan hatimu sangat sampah, Drake. Dia tak pantas menjadi wanita idamanmu,"

Drake yang ingin mencium paksa Amareia langsung mengangkat kepala, dia menatap tajam pada Shamaira yang tersenyum miring. "Sialan! Kau tidak aku izinkan menghina pujaan hatiku!"

"Dia memang jalang! Pelacur!"

Drake tak suka Amareia-nya di hina, dia pun mendekati Shamaira, menampar pipinya berkali-kali, bahkan melakukan penyatuan dengan kasar. Amareia kembali menutup matanya rapat-rapat, dia tak berani melihat ke arah sana. Tapi sesuatu yang dingin terasa menyentuh kakinya, dia membuka mata.

Ada pisau lipat di dekat kakinya.

Pandangannya beralih pada Shamaira yang tengah di siksa, wanita itu dengan susah payah menggerakan bibirnya tanpa suara, dia seakan mengatakan, "Pergi, Amareia."

Amareia terkejut, tapi dia dengan cepat duduk, mengambil pisau lipat dan memotong tali yang mengikat kakinya. Drake tak mungkin menggunakan rantai, dia tak akan menyakiti Amareia makanya menggunakan tali yang sangat mudah di potong. Setelah ikatan di kakinya terlepas, Amareia kembali menatap Shamaira yang mengangguk, wanita itu menarik leher Drake, mencium bibir pria itu sebagai bahan pengalihan.

Amareia menggigit bibir bawahnya, dia tidak bodoh, tempat ini pasti memiliki keamanan ketat. Dia turun dari ranjang, melihat sebuah pistol di atas meja. Dengan tangan gemetar, Amareia mengambilnya. Dan ....

Dor!

***

Kira-kira, siapa yang Amareia tembak??

Shamaira lumayan baik ya ....

300 komentar untuk selanjutnya!!

Bye sengku

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang