73 - Jalang Jadi-jadian

6.4K 259 15
                                    

"Sayang,"

Archer menatap sang Ibu yang kini berdiri di sampingnya, dia mendekat, memeluk Ibunya dengan erat untuk melampiaskan segala kegundahan yang membelenggu dirinya. "Mom,"

"Ya, sayang? Ar mau cerita sesuatu sama Mommy, sayang?"

Pria berusia 27 tahun itu memeluk sang Ibu semakin erat, "Ar takut gagal."

"Takut gagal apa, sayang? Mommy yakin, anak tampannya Mommy ini pasti lebih dari mampu untuk membahagiakan Rhaelyn. Dia gadis yang baik, Ar tahu kan, Nak? Bagaimana Rhaelyn selama ini, dia cocok sama Ar."

Archer menggigit bibir bawahnya, dia menahan matanya yang mulai memerah. Di sisi sang Ibu, Archer yang di luar sana terkenal ketus akan berubah cengeng. Dia mudah sekali menangis jika sudah berada di dekat Ibunya, Archer memang seperti anak-anak tak peduli usianya hampir kepala tiga. "Doakan Ar ya, Mom? Walau Ar sendiri tidak yakin,"

Amareia mengusap punggung putranya, dia paham betul bagaimana perasaan sang anak saat ini tapi tak ada yang bisa dirinya lakukan jika Ibu mertuanya sudah meminta sesuatu dengan mutlak. "Jangan sakiti Rhaelyn ya, Nak? Jaga Rhaelyn dengan baik, sayangi Rhaelyn seperti Ar menyayangi Mommy, bahkan harus lebih, ya Nak?"

Archer tak menjawab, dia memilih puas-puas memeluk Ibunya. Di rasa terlalu lama mengambil waktu sang anak, Amareia kembali ke kamarnya tak lupa meminta sang anak untuk kembali juga ke kamar pengantinnya. Wanita yang sudah berumur ini tampak mengkhianati usianya, wajahnya benar-benar mengkhianati usianya.

Di tinggalkan sang Ibu, Archer merasakan getaran di saku celananya. Pria itu mengambil ponsel, menatap nama yang tertera. Tanpa menunggu lama, Archer mengangkat panggilan tersebut. "My love,"

"Babe? Ada apa dengan suaramu?"

"Aku tidak apa-apa, my love."

"Bohong banget, kamu kenapa? Kangen aku ya?"

Archer mengulum senyum, sejenak melupakan kerisauan hatinya sesaat tadi. "Hm, benar, aku sangat merindukanmu. Kamu lagi apa, my love?"

"Lagi apa ya? Ayo tebak,"

"Aku alihkan video call ya?"

Belum di setujui, Archer langsung mengalihkan panggilan telepon biasa menjadi panggilan video, di sambut senyum manis seorang gadis dari negara tetangga. "Cantik sekali kekasihku,"

Sang gadis di seberang sana tertawa mendengarnya, "Tampan sekali kekasihku," dia meniru ucapan Archer, membuat gema tawa keduanya terdengar. "Babe, kamu tahu tidak? Tadi aku mendengar cerita dari temanku,"

"Cerita apa, sayang?" Archer dengan fokus memperhatikan wajah cantik kekasihnya.

"Temanku punya tunangan, mereka akan menikah beberapa bulan lagi. Tapi kamu tahu apa yang terjadi?"

"Apa, my love?"

"Tunangannya ternyata menikah dengan Kakaknya diam-diam! Sakit sekali jadi temanku,"

Raut wajah Archer berubah pias seketika, "My love."

"Hum?"

"Aku akan sibuk dalam beberapa saat ke depan, aku tidak janji bisa sering menemuimu di Paris."

"Aku mengerti kesibukan kamu, babe. Tetap jaga kesehatan ya, bahagia selalu."

"Kamu juga, sayang."

"Aku tutup ya?"

"Hm, aku mencintaimu, sangat-sangat mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu,"

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang