41 - Terlalu Dingin & Cuek

15.4K 891 303
                                    

Di sebuah kamar hotel, Shamaira sengaja mengajak Dale Chesner bertemu di sini. Keduanya tengah menatap ponsel Dale Chesner, menunggu Marlene menerima panggilan sebab mereka tengah menunggu hasilnya. Apakah berhasil membujuk atau tidak, tapi melihat rasa percaya diri Dale Chesner, Shamaira sedikit memercayai jika rencana ini berhasil.

Tersambung.

"Honey? Bagaimana hasilnya?"

Shamaira tanpa sengaja mendelik mendengar panggilan Dale Chesner pada penerima telepon, "Honey, maafkan aku. Aku gagal membujuknya, dia tidak bisa dibujuk jika masalah kecurangan." Marlene bicara dengan nada penuh penyesalan karena pasti, membuat kekasih gelapnya kecewa.

"Gagal? Kenapa kau tidak usaha semakin keras, Marlene?"

"Maafkan aku, Honey."

Shamaira yang kesal menekan tombol merah di layar ponsel Dale Chesner, wanita itu mendengus. "Sialan! Pacarmu tidak bisa diandalkan," Dale Chesner hanya mendelik ke arahnya, sudah untung Marlene mau mencoba padahal Dale Chesner tahu, hubungan pasangan suami istri itu benar-benar tak sehat.

"Kau usaha sendiri kalau begitu! Aku sudah mencobanya!"

Shamaira berdecak, "Siapa nama suami kekasih gelapmu itu? Apa dia orang penting?"

"Ya, pemilik rumah produksi tempat Amareia bernaung."

Pemilik? Senyum Shamaira langsung terbit, "Aku yang akan turun sendiri kalau begitu. Siapa namanya?"

"Damian Dumont,"

Setelah mendapat nama pimpinan rumah produksi tempat Amareia bernaung selama ini, Shamaira pun meninggalkan hotel. Dia duduk di mobilnya dengan mengutak-atik ponsel, mencari identitas Damian Dumont di media sosial. Dia menemukan banyak sekali foto Damian, "Sangat tampan. Aku tidak akan menyesal menggodanya meski berakhir gagal,"

Dia menyeringai, mengendarai mobilnya menuju sebuah salon. Dia ingin menyiapkan tubuh sebaik mungkin sebelum menggoda seorang pria kaya yang tidak lain, pimpinan rumah produksi terbesar. "Aku tak sabar, dia pasti sangat perkasa dan bisa dengan mudah aku hasut. Jika berhasil, karier Amareia akan benar-benar tamat."

Yang di bicarakan, malah tengah berbaring dengan kepala berbantal kan lengan suaminya juga tangannya yang lentik, mengusap dada bidang suaminya yang di penuhi bulu. Dexter hanya diam, membiarkan tangan nakal istrinya, membuat gelenyar aneh menjalar di tubuhnya. "Dex,"

"Kenapa, sayang?"

"Kamu cinta aku tidak?"

"Pertanyaan aneh macam apa itu? Sudah jelas aku mencintaimu, tak perlu menanyakan hal yang jawabannya sudah pasti, sayang."

Dexter berbaring miring agar bisa berhadapan dengan istrinya, dia menempelkan keningnya dengan kening sang istri. "Sekarang aku yang mau tanya sama kamu,"

"Apa itu?"

"Kamu bahagia enam tahun tanpaku?"

Amareia terdiam.

"Bahagia,"

Dan Dexter tersenyum getir mendengarnya, "Aku tidak, sayang. Hidupku berantakan, dingin, dan sepi selama enam tahun tanpa kamu di sisiku. Aku rasanya mau mati setiap saat, karena yang biasanya, aku melihat dirimu di saat mau tidur dan bangun tidur, selama enam tahun, aku tak merasakannya. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu,"

Amareia mengusap dada suaminya pelan, "Kalau aku berpikir realistis. Perceraian bukan akhir dari hidupku tapi awal lembaran baru dalam hidupku, masa depanku masih harus berjalan, aku tak bisa berhenti hanya karena patah hati."

"Ya, tapi aku tidak bisa seperti kamu. Kamu segalanya, tak mungkin aku mampu hidup tanpa segalanya dalam hidupku."

"Dex, apa ada yang kamu tahu tapi tidak aku tahu tentang enam tahun lalu?"

Dexter menatap dalam sepasang mata indah istrinya, "Sebelum Shamaira datang ke kediaman kita, dia mendatangiku ke perusahaan untuk meminta sebuah pertanggungjawaban. Aku tak merasa pernah menghamilinya, tapi dia kekeuh mengatakan jika hamil anakku. Apa spermaku bisa di transfer dengan e-wallet ke rahimnya sampai dia hamil anakku?"

Ucapan terakhir Dexter membuat Amareia terkekeh, "Kamu benar-benar tak pernah menyentuhnya selama ini?"

"Aku berani bersumpah, tidak pernah, sayang. Hanya kamu, wanita pertama, satu-satunya, dan akan menjadi yang terakhir. Tak ada yang lain,"

"Aku terharu, terima kasih, Dex."

"Hm, aku mencintaimu."

Berbeda dengan yang dirinya katakan, tapi Amareia tetap terkekeh mendengarnya. Dia menenggelamkan wajahnya di depan dada bidang sang suami, memejamkan mata dengan menghirup dalam harum tubuh suaminya yang masih terdapat sisa keringat, anehnya, harum itu malah menjadi candu untuk Amareia hirup lama-lama.

***

Dengan sudah payah, Shamaira membuat janji dan akhirnya bisa bertemu dengan sosok Damian Dumont di sebuah club malam. Dia berjalan dengan sedikit cepat, tak sadar menghampiri Damian yang duduk seorang diri dengan pandangan dingin. Benar-benar tipe ideal seorang Shamaira.

Tiba di dekatnya, Shamaira langsung duduk di samping Damian. Shamaira tak basa-basi, "Tuan Dumont, saya merasa istimewa karena Anda mau datang memenuhi janji yang saya ajukan."

Damian meliriknya dengan dingin, tak tertarik sama sekali akan senyum memikat seorang Shamaira. "Ya,"

Dingin dan cueknya seorang Damian membuat Shamaira semakin menyukainya, "Bersulang? Setidaknya, untuk pertemuan pertama kita malam ini."

Damian kembali mengabaikan Shamaira, pria itu meminum minumannya tanpa menyambut gelas Shamaira yang telah terangkat tinggi. Demi menekan malu, Shamaira tersenyum canggung, dia menurunkan tangan dan meminum minumannya dengan perlahan.

"Tuan Dumont, Anda tampak sangat memikat malam ini."

"Ya,"

Shamaira tak kehabisan topik pembicaraan, "Bagaimana jika kita memesan kamar? Rasanya, di sini kurang leluasa."

"Tidak,"

Shamaira mulai kesal dengan pengabaian Damian, dia mirip Dexter jika begini. Karena Damian tak ingin memesan kamar, Shamaira pun melancarkan aksinya di sini saja. Dia merapatkan duduk dengan Damian, tangannya terulur, menyentuh paha Damian. Tiap kali menggoda, pria yang pahanya dia sentuh, tidak akan pernah menolak.

Dan dia merasakan hal sama dari Damian, Damian tak menolak tangannya atau menepis tangannya yang ada di paha pria itu. Tak ada penolakan yang terjadi, Shamaira semakin berani. Dia bergerak mendekati selangkangan Damian, sengaja menyentuhnya dengan sedikit menekan. Dia juga mendongak, menatap wajah tampan Damian yang tak bereaksi selain datar.

Shamaira bingung, wajahnya sangat datar meski tangan Shamaira tengah bergerilya di area terlarangnya. Saat tangan Shamaira akan masuk ke dalam celana, pria itu tiba-tiba berdiri dari duduknya. "Saya rasa Anda tidak memiliki kepentingan yang berarti," Damian pergi begitu saja, meninggalkan Shamaira yang menganga tak percaya.

Dia kira, menggoda Damian akan semudah menggoda Tuan Robinson. Tapi ternyata, Shamaira salah menafsirkan. Damian tak tersentuh, dia bahkan tak bereaksi saat Shamaira mencoba menggodanya. Benar-benar mirip Dexter.

"Sialan! Dia menolakku?!"

Shamaira tak terima sentuhannya di tolak oleh pria kedua, Damian. Karena pria pertama yang menolak sentuhan Shamaira adalah Dexter, pria itu tak hanya menolak, bahkan menghadang saat kejadian tiba. Dia tak suka di sentuh wanita lain selain istrinya. Kalau wanita itu Amareia, Dexter akan dengan senang hati pasrah di sentuh.

Tapi ini Shamaira, wanita yang sangat di bencinya.

***

300 komentar untuk selanjutnya!!

Bye sengku

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang