48 - Adik Untuk Si Kembar

16.1K 779 304
                                    

"Enak, sayang?"

Amareia mengangguk antusias dengan mulut penuh daging yang baru saja di bakar, "Enak!" Ucapannya sedikit tidak jelas dengan pipi menggembung, membuat Dexter yang gemas, mencuri satu kecupan di pipinya.

Malam ini, secara tak terencana, sepasang suami istri itu mendirikan tenda di halaman depan kediaman dengan api unggun, lengkap dengan peralatan memanggang. Hans benar-benar totalitas menyiapkan semuanya, dari tenda, kasur plastik, aneka makanan untuk di panggang, bahkan peralatan memanggangnya pun lengkap di siapkan.

"Sudah semakin dingin, sayang. Mau masuk tenda, hm?"

Amareia sudah menghabiskan banyak daging, sosis, bakso, dan lain jenisnya yang di panggang langsung oleh seorang koki. Iya, Dexter tak segan-segan memberi perintah koki kediaman untuk turun memanggang di acara kemah dadakan ini. Dan karena dingin yang memang terasa semakin menusuk sampai ke tulang, Amareia pun setuju untuk masuk ke dalam tenda.

Dia berbaring dengan Dexter di sampingnya, "Dex."

"Kenapa, sayang?"

"Perut aku rasanya keras banget tahu,"

"Oh ya? Coba aku usap," Dexter mengulurkan tangan, dia menyingkap baju yang istrinya kenakan dan mengusap lembut perut istrinya. Bahkan tak segan menunduk, meninggalkan beberapa kecupan yang memberi sengatan ke seluruh syaraf juga Amareia yang kini mengulum senyum. "Sayang,"

"Iya?"

"Kita bercinta tanpa absen, aku tidak pernah puasa karena kamu datang bulan. Kapan terakhir kamu datang bulan?"

Gerakan tangan Amareia yang tengah mengusap belakang kepala Dexter langsung terhenti, "Datang bulan?" Lirihnya pelan.

Dan mendengar suara lirih istrinya, Dexter mendongak. "Kamu belum datang bulan dari awal kita rujuk?"

Amareia mengangguk kaku dengan menggigit bibir bawahnya, Dexter pun mengerjap. "Sayang, kita satu pemikiran tidak?"

Melihat tingkah istrinya beberapa hari terakhir yang sangat aneh dan sensitif, apalagi, istrinya dalam mode senggol bacok. Kadang juga, Amareia meminta itu lebih dulu, hal yang sangat jarang wanitanya Dexter itu lakukan kecuali saat hamil. Karena tiap hamil, nafsu istrinya jauh lebih meningkat. Dia selalu meminta lebih dulu dengan wajah malu-malu kadang sangat agresif.

Sepasang mata Amareia mulai berkaca-kaca, "Dex .... Dex bagaimana kalau aku hamil?! Huwa!!!"

Mendengar itu, Dexter terkesiap, dia langsung membawa istrinya duduk dan menariknya ke dalam dekapan eratnya. "Kalau kamu hamil, itu anugerah, sayang. Kamu juga punya suami, ini suami kamu loh, kenapa harus tanya bagaimana kalau kamu hamil? Tidak akan ada yang menghakimi kamu, berkas pernikahan kita sah semua."

Tangis Amareia langsung terhenti, wanita itu mendongak. "Aku lupa, kita suami istri ya?"

Dengan gemas, Dexter menarik hidung mancung istrinya hingga memerah lalu meninggalkan kecupan lembut di keningnya. "Bisa-bisanya kamu lupa kalau kita tetap suami istri sampai kapan pun,"

Amareia cengengesan, dia bahkan lupa sempat menangis karena takut hamil.

"Kita cek ya, sayang?"

Amareia mengangguk.

***

"Ya Tuhan! Terima kasih,"

Dexter berlutut di depan Amareia, pria itu mengecup perut Amareia berkali-kali lalu berbisik. "Anak Daddy, sehat-sehat, sayang. Daddy dan Mommy menunggu kelahiranmu dengan sehat tanpa kurang satu pun,"

Air mata Amareia akhirnya tumpah, dia menjadi ingat saat dulu, untuk kali pertama mengandung si kembar. Dexter juga memberi reaksi yang sama, pria itu sangat bahagia sampai tiada henti mengucap syukur. Dexter berdiri, pria itu beralih mengecup kening Amareia sangat lama, tak lupa mengecup dengan memberi lumatan lembut di bibir Amareia.

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang