06 - Dugaan Yang Benar

27.1K 1.5K 124
                                    

"Tuan dan Nyonya, sebelah sini kamar kalian dan sebelah kalian kamar saya. Jika kalian membutuhkan sesuatu, jangan sungkan menemui saya."

Shamaira tersenyum ramah pada Amareia yang mengangguk kecil dan Dexter yang tak minat sama sekali, sepasang suami istri itu pun masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri karena baru tiba dari perjalanan jauh. Hal pertama saat selesai mandi yang Amareia lakukan adalah menghubungi si kembar, dengan duduk bersandar, Amareia menunggu panggilannya ke pengasuh si kembar terhubung.

"Nyonya, selamat pagi."

Perbedaan waktu yang cukup jauh membuat Amareia tersenyum, di sini dia tengah malam tapi di negaranya sudah pagi. "Pagi, Nanny. Maaf saya baru bisa menghubungi jam segini, anak-anak sudah bangun?"

"Sudah, Nyonya. Tuan muda dan Nona muda sedang bersiap ke sekolah,"

"Tolong berikan ponselmu pada mereka ya, terima kasih."

"Baik, sebentar, Nyonya."

Tak lama, keributan terdengar dari seberang sana. Aysele dan Aillard selalu saja berebut ingin menguasai ponsel pengasuh, "Tuan muda, Nona muda, kalian bisa memegang ponsel secara bergantian."

"No!! Hanya aku yang boleh pegang ponselnya!!" Aysele mencak-mencak, dia merasa kesal karena kurang tinggi dan tidak bisa merebut ponsel dari tangan Aillard.

"Dasar bocah! Aku saja! Kau tidak akan benar memegangnya!"

"Aku!"

"Aku!"

Amareia memijat pelipisnya yang berdenyut pusing, dia mendongak menatap Dexter yang keluar dari kamar mandi sambil terkekeh. Pria itu menghampiri ranjang tanpa memakai pakaian, hanya handuk di bagian pinggang ke bawah. Berbaring dengan paha sang istri sebagai bantalan, Dexter mendongak. "Anak-anak berebut ponsel lagi, sayang?"

Amareia mengangguk, "Sini ponselnya." Langsung saja Amareia memberikan ponselnya pada Dexter yang tak mengubah posisi, "Aillard, Aysele, berhenti bertengkar atau Mommy tidak akan Daddy kembalikan ke kalian?!"

"DADDY!!!"

"Okay, okay, sebagai anak pertama yang baik, aku mengalah." Dengan wajah tak ikhlas, Aillard memberikan ponsel pengasuh pada Aysele yang kini tersenyum riang. "Daddy! I miss you so much!"

"I miss you too, baby girl. Bagaimana sekolahmu, hm? Baik-baik saja? Ada yang mengganggumu?"

"Aysele aman, Dad. Aillard akan terus menjaga Aysele,"

"Itu benar, Dad. Dia aman bersamaku, mungkin, hanya Daddy yang tak akan aman di sana jika Mommy tidak menjaga Daddy."

Kening Dexter berkerut, begitu pun dengan Amareia. "Aillard ada apa, Nak?"

"Tidak apa-apa, Mom. Aku hanya tidak bisa memaafkan jika tindakan bodoh yang sama terulang lagi,"

"Tindakan bodoh yang sama?"

"Bercanda, aku hanya bercanda, Mom."

Amareia menatap penasaran pada ucapan putranya yang dia yakin bukan hanya candaan semata, Amareia merasa kejanggalan pada putranya. Sebab Amareia ingat betul, Aillard dan Aysele sangat keras kepala, jika berdebat, mereka tak akan ada yang mau mengalah jika tidak ada yang menangis salah satunya lebih dulu. Tapi sekarang, Aillard bisa mengalah pada Adiknya tanpa menunggu Adiknya menangis lebih dulu.

Hal sama di rasakan oleh Dexter, mereka berdua adalah orang tua yang memang sibuk bekerja tapi tidak pernah melewatkan tumbuh kembang si kembar. Tentu saja Dexter menyadarinya, "Ada yang mengganggu Aillard di sekolah?"

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang