16 - Pembalasan Dari Amareia

19.6K 1.1K 321
                                    

"Mommy tahu ketakutan terbesarku?"

Semalam, Amareia sudah tidur dengan putrinya, malam ini, Amareia menemani si tampan Aillard. Dengan berbaring berbantalkan lengan sang Ibu, Aillard mendongak, menatap wajah cantik Ibunya dengan Amareia yang juga menatapnya lembut. "Apa, sayang?"

"Kehilangan Mommy,"

Amareia tertegun, senyumnya sempat pudar karena terkejut mendengar ucapan Aillard. "Aillard takut kehilangan Mommy?"

"Itu sudah pasti, Mom. Mommy bagiku itu arah, jika aku kehilangan Mommy maka aku juga kehilangan arah. Aku tak ingin kehilangan Mommy, dengan cara apa pun. Mommy harus selalu ada di sisiku sampai maut yang menjemput kita bersama," Aillard menyampaikan apa yang selama ini dia takutkan di dalam hatinya.

Dia pernah kembali ke masa lalu, berpikir jika bisa mengubah masa depan tapi ternyata, Aillard tetap kembali ke masa depan tanpa bisa mengubah apa pun. Dia menyesali semua itu, harusnya, Aillard lebih giat mendekatkan kedua orang tuanya agar tak ada perceraian di masa depan. "Sayang, tidak ada yang tahu tentang kapan maut datang, entah menjemput sendiri atau bersama. Tidak ada yang tahu,"

"Tapi aku akan terus berdoa pada Tuhan, Tuhan harus mendatangkan maut untukku dan Mommy di waktu yang sama. Aku tak ingin kehilangan Mommy,"

"Sayangnya Mommy," Amareia memeluk erat putranya. Dia selalu meleleh dengan semua ucapan manis sang anak, "Maafkan Mommy ya. Maafkan Mommy yang belum bisa menjadi Ibu terbaik untuk Aillard dan Aysele,"

"No, Mom. Mommy adalah Mommy terbaik sepanjang masa, Aillard bangga memiliki Mommy."

"Mommy jauh lebih bangga memiliki kesayangannya Mommy ini,"

Amareia menemani putranya sampai benar-benar terlelap, setelah Aillard nyenyak tertidur. Amareia pergi ke kamar sebelah, dia mengecup kening Aysele dan memperbaiki letak selimut anak perempuannya. "Selamat tidur, sayang. Mimpi indah,"

Amareia keluar kamar putrinya, dia masuk ke dalam kamarnya sendiri untuk bersiap. Jangan lupakan, jika malam ini, Amareia ada pertemuan yang sudah di atur. Dan karena anak-anaknya sudah tidur, Amareia sengaja memanggil pelayan pribadinya semasa masih tinggal bersama orang tuanya dulu─ Leena Farrow, dia datang untuk menjaga kedua anaknya selama Amareia pergi. Karena malam ini, dia berencana memberi Dale Chesner hadiah yang sangat menarik.

"Leena, aku titip kedua anakku ya. Mungkin aku akan pulang terlambat,"

"Baik, Nyonya. Hati-hati,"

Amareia mengangguk pelan, wanita itu pun pergi meninggalkan apartemen menuju tempat yang sudah di pesan. Dia tentu saja berangkat bersama Dale Chesner padahal sebenarnya, melihat wajah pria itu, membuat Amareia mual juga muak. "Amareia, mereka yang pernah beradu akting denganmu akan datang hari ini. Juga beberapa petinggi perusahaan dan staf, aku yakin, kau sudah mempersiapkan segalanya."

Satu alis Amareia terangkat, "Aku tidak butuh persiapan apa pun."

Dale Chesner melirik sekilas Amareia dan tak lagi bicara, tidak lama kemudian, mobil yang keduanya tumpangi sudah tiba di lobby sebuah hotel. Mereka memesan restoran khusus di dalam hotel ini, dengan pakaian yang elegan, Amareia melangkah anggun juga tegas di dampingi Dale Chesner. Andaikan tak kembali ke masa lalu, Amareia tak akan pernah menyadari kebusukan Dale Chesner selama ini.

Dia lebih pandai berakting dari pada aktor ternama sekali pun, buktinya, bertahun-tahun dia berlagak menjadi yang paling setia di sisi Amareia tapi ternyata tidak lebih dari duri yang siap menusuk. Semua uang yang Amareia dapatkan masuk ke bawah kendali Dale Chesner, Amareia sekarang sadar, Dale Chesner menggunakan dirinya untuk dijadikan mesin uang. Benar-benar pria yang licik.

"Akhirnya, bintang kita malam ini datang juga."

Amareia memang datang terlambat, terlambat 2 jam dari waktu yang sudah ditentukan. Alasannya, tentu saja karena Amareia harus menemani Aillard tidur dan memastikan kedua anaknya tidur dengan nyaman. Jika tidak begitu, Amareia tak akan bisa pergi dengan tenang. "Ya," Amareia mengambil posisi duduk di sofa tunggal, dia sedang malas berbasa-basi dengan orang lain.

"Cheers, Rei?"

Amareia sebenarnya tak suka alkohol, tapi dia bisa minum alkohol jika ada acara tertentu seperti ini. Dia pun mengambil gelas berisi anggur di atas meja, mengangkat dan mendenting kan gelas bersama yang lainnya. "Cheers!"

Dia menenggak anggur dengan anggun, sembari memperhatikan sekitarnya. Ada banyak orang yang memenuhi restoran ini, seluruhnya mengenal Amareia namun Amareia sendiri tidak mengenal mereka. "Rei, aku dengar, kau akan memulai syuting film baru bersama dengan aktor tampan itu? Kalau tidak salah, namanya Dylan Thomas."

Dylan Thomas? Amareia mengangkat bahunya, "Aku tak merasa."

Bukan rahasia umum, jika si cantik yang satu ini teramat cuek dengan kehidupan sekitarnya. "Kau tak mengenal Dylan Thomas?"

"Tidak," Amareia kembali meminum anggurnya. Dia tidak bisa langsung habiskan satu gelas, karena Amareia memang tak suka.

"Kau aneh, dia adalah aktor yang sedang terkenal sekarang. Dia memainkan beberapa film erotis yang langsung melambung tinggi,"

Film erotis? Sontak saja, Amareia melirik ke arah Dale Chesner yang tengah berbincang dengan aktor yang lain. Amareia sempat mencibir di dalam hati, dia yakin, pasti Dylan Thomas menjadi lawan mainnya di film yang sempat Dale Chesner katakan. Film erotis? Cih! Amareia tidak akan pernah melakukannya sampai kapan pun.

Dia menjaga tubuhnya dengan baik selama ini, hanya satu orang yang pernah melihat tubuhnya tanpa penghalang, Dexter Vance Mason. Dia satu-satunya pria yang tahu bagaimana rasanya Amareia Yvette, Amareia juga tidak pernah mengambil adegan yang menuntutnya harus bersentuhan kulit selain pelukan singkat dengan lawan mainnya.

Tak di pungkiri, banyak penggemar yang menyukai Amareia karena wanita itu terlalu menjaga batasan di setiap peran yang dia ambil. Dia tak pernah terlihat melakukan ciuman dengan lawan mainnya dalam film, mentok-mentok hanya pelukan dalam beberapa detik. "Chesner mengatakan, kau akan main film dengan Dylan. Apa kau akan main film erotis untuk pertama kalinya?"

"Tidak,"

Amareia menaruh gelas di atas meja, dia mendadak tidak nyaman dengan situasi sekarang. Tapi dia ingat dengan rencananya, "Khusus malam ini. Semua pembayaran akan di bayar oleh Dale Chesner!"

Mendengar seruan membawa namanya, Dale Chesner terbatuk. "Aku?"

"Ya! Semua orang harus tahu jika managerku sangat royal,"

Dale Chesner salah tingkah diperhatikan semua orang, dia dikenal banyak publik figur karena menjadi manager Amareia. Karena Amareia sudah koar-koar, dia tak memiliki pilihan lain selain tertawa paksa. Amareia pun diam-diam menyeringai ke arahnya, "Hei! Tolong berikan total semua pesanan malam ini ke sini!"

"Rei, aku bisa membayarnya ke kasir."

"No, harus di sini, supaya semua tahu kau sangat royal."

Dale Chesner merasa malu sendiri, dia pun ke kursi tempat Amareia duduk untuk melihat jumlah seluruh pesanan di restoran ini. Melihat angka yang tak sedikit, Dale Chesner merasa kepalanya pening. Tapi dia tidak bisa mempermalukan dirinya sendiri, dia pun mengeluarkan kartu hitam yang sebenarnya milik Amareia.

"Silakan,"

Pelayan itu tersenyum, mencoba menggeser kartu namun tak bisa. "Apa ada kartu lain, Tuan?"

"Sebentar,"

Jantung Dale Chesner mulai berdebar cepat, dia mengeluarkan dompetnya dan mengganti kartu lain. Setelah semua dicoba, hasilnya tetap sama, tidak bisa. Dale Chesner semakin panik, "Masa tidak bisa? Semua kartuku terisi uang sangat banyak!"

Diam-diam, Amareia menahan tawa melihat wajah Dale Chesner. "Chesner, kenapa semua kartumu kosong? Apa kau terlalu berfoya-foya dengan uangku?"

***

300 komentar untuk selanjutnya yak!!

Bye seng!!

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang