12 - Alasan Kebencian

19.3K 1.2K 221
                                    

"Mom! I'm really happy! Aku tidak menyangka, kalau aku akan tinggal bersama Mommy!"

Amareia mengusap lembut pipi kemerahan putrinya, "Mommy juga sangat bahagia bisa tinggal bersama dengan anak-anak Mommy."

Si kembar memeluk Amareia dengan erat, setelah pulang piknik, Amareia menyampaikan jika si kembar akan tinggal bersama dengan Amareia atas persetujuan Dexter. Tentu saja kedua anak itu sangat bahagia, mereka cukup tertekan harus tinggal dengan Dexter dan wanita licik itu, terutama anak wanita licik itu yang si kembar anggap sebagai lintah.

"Apa Kakak tidak akan kembali ke rumah?" Keduanya menatap ke arah Leo yang bicara dengan kepala tertunduk, Aysele tentu saja mencela dirinya dengan tajam. "Jangan harap! Aku tak akan pernah mendatangi kandang rubah sepertimu dan Ibumu itu!"

Amareia menggeleng pelan, wanita itu mengusap bahu Aysele agar lebih memperhalus ucapannya pada Leo. Karena mau bagaimana pun, Leo baru berusia 5 tahun, sebentar lagi genap 6 tahun. "Aysele, Mommy tidak suka dengan cara bicaramu pada Leo. Lebih lembut, sayang. Mommy tidak pernah mengajarkan kamu untuk bersikap kasar dengan anak kecil,"

Andaikan bukan Amareia yang menasihatinya, Aysele tak akan pernah mendengar. Tapi karena ini Ibunya, dia pun mengangguk dengan wajah malas. "Aku hanya membenci rubah itu dan keturunannya, Mom."

Tiap kali menyinggung Shamaira dan Leo, Dexter tak pernah angkat suara. Dexter terlalu banyak melukai anak-anaknya, dia takut kembali melukai mereka jika membela Leo di hadapan mereka. "Aysele, Mommy benar, kau tidak boleh bicara kasar pada Leo." Aillard menatap kasihan pada bocah yang tak berdosa itu, yang salah Ibunya, bukan Leo.

"Kau membela dia sekarang, Aillard?!"

"Bukan begitu,"

"KALIAN SAMA SAJA!"

Aysele pergi ke kamarnya dengan membanting pintu, membuat Amareia memejamkan matanya dengan helaan napas kasar. Dia pun berlutut agar bisa berhadapan dengan Leo, "Sayang, jangan dimasukkan ke hati ya? Aysele hanya sedikit cemburu dengan kedekatan Leo dan Daddy. Nanti, aku akan menasihati Aysele."

"Tidak usah menasihati Kak Aysele, Aunty. Aku yang tidak akan dekat-dekat Daddy,"

Kali ini, Dexter ikut berlutut di depan Leo. "Dengarkan Daddy, Leo tidak boleh mengatakan hal yang hanya melukai hati Leo."

"Tapi jika tidak mengatakannya, Kak Aysele yang terluka."

Aillard mengerjap, dia kaget mendengar jawaban Leo atas ucapan Ayahnya. "Leo, Mommy dan Daddy benar. Jangan masukkan ucapan Aysele ke hati atau pun menjauhi Daddy, Aysele hanya belum menerima, nanti jika sudah lama, Aysele akan larut sendiri. Percayalah,"

"Kak Aillard tak membenciku?"

Aillard melipat bibirnya ke dalam, sebelum kembali ke masa lalu, Aillard memang membenci kehadiran Leo tapi setelah kembali ke masa lalu dan balik lagi ke masa depan, kebencian itu sirna. Dia sadar, Leo tak salah di sini. Dia tak pantas mendapatkan perlakuan buruk atas apa yang tidak pernah dia perbuat.

"Aku .... Aku tak membencimu,"

Dexter menatap putranya dengan bangga juga haru, pria itu menarik Leo dan Aillard kedalam dekapannya dengan erat. "Kalian anak-anak Daddy, Daddy bahagia jika kalian akur seperti ini."

Amareia juga menatap ketiganya dalam diam, hatinya menghangat meski luka dihatinya belum benar-benar sembuh.

***

"Sayang, boleh Mommy singkap selimutnya?"

Aysele tidak menjawab, Amareia pun tak ingin memaksa. "Mommy dengar, Aysele cemburu ya pada Leo? Karena Leo lebih dekat dengan Daddy?"

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang