24 - Sudut Pandang Dexter

19.3K 987 168
                                    

"Aku─"

Ceklek.

"Tuan, rapat akan segera di mulai."

"SARAH!"

Wanita cantik itu terperanjat kaget mendengar suara teriakan dari Hans, dia pun mengusap dadanya. "Apa?! Bisakah bicara dengan nada biasa saja? Apa Anda memang selalu sensitif terhadap saya?!"

"Anda mengganggu sesi mencurahkan isi hati antara saya dan Tuan!"

"Dih? Mencurahkan isi hati kata Anda?!"

Sarah dan Hans memang sulit sekali akur, padahal Sarah itu sekretaris Dexter yang berarti mau tidak mau, Sarah dan Hans akan terus saling terhubung satu sama lain. "Tuan, abaikan saja rapat itu, Anda masih membuat saya penasaran."

Dexter menatap bergantian antara Sarah dan Hans, "Kalian memang Adik Kakak sejati. Baiklah, Sarah, gantikan aku dalam rapat."

"Ya, Tuan? Gantikan?" Sarah menatap nyalang pada Hans yang tersenyum penuh kemenangan. Dengan malas-malasan, Sarah pergi menggantikan sang Tuan dalam rapat sedangkan Hans kembali meminta Dexter agar melanjutkan cerita yang sempat tertunda.

"Sebenarnya, aku dan istriku tidak pernah bercerai, Hans. Istriku hanya cemburu, tapi kau tahu kan? Cemburunya istriku itu selalu membuatku kewalahan, tidak ada keputusan lain jika istriku sudah memutuskan A maka A."

Hans mengangguk dengan cepat, dia setuju dengan ucapan Tuannya yang satu itu. Sang Nyonya termasuk wanita yang super keras kepala, beruntung dia menikah dengan Dexter yang sabarnya tiada batas. "Lalu bagaimana dengan perceraian itu, Tuan? Cemburunya Nyonya apa benar-benar sampai meminta cerai?"

"Benar, Hans. Istriku meminta cerai, karena aku tak ingin menceraikannya, dia yang menceraikan aku."

Hans mengusap tengkuknya yang mendadak merinding, kasihan juga jadi Tuannya ini. Dia sudah sangat sabar menghadapi semua sifat keras kepala istrinya, di tambah pula dengan di ceraikan mendadak. "Tapi Anda tidak menandatangani surat cerai itu?"

"Iya, aku tidak pernah menandatangani surat cerai itu."

"Tapi kenapa Anda membiarkan Nyonya keluar dari kediaman kalian, Tuan?"

"Demi keamanannya,"

"Maksud Anda?"

Dexter menatap lurus dengan pikiran mundur ke 6 tahun lalu, "Kau ingat siapa yang mengincar kematian istriku?"

Hans terdiam, "Mereka masih meneror Nyonya, Tuan?"

"Tentu saja, mereka tidak akan pernah berhenti sebelum aku hancur setelah mereka menghancurkan istriku. Karena itu, aku pikir, membiarkan istriku pindah ke apartemen dan mempublikasikan rumor tentang perceraian kami akan membuat istriku lebih aman. Mereka tidak akan mencecar istriku untuk menghancurkan aku lagi, karena yang mereka tahu, aku sudah tidak punya hubungan lagi dengan istriku."

"Tunggu sebentar, Tuan. Bahasa Anda membuat saya bingung, berarti kalau saya simpulkan. Anda sengaja membiarkan Nyonya dan semua orang tahu jika kalian sudah bercerai agar Nyonya tetap aman?"

"Iya, begitu."

"Lalu sekarang, kenapa Anda mendekati Nyonya kembali?"

"Kau tahu sulitnya menahan rindu selama enam tahun?"

Hans mengerjap, "Tidak, Tuan. Karena saya tidak pernah memendam kerinduan selama itu, istri saya selalu ada di rumah."

"Ck! Harusnya kau tahu, menahan rindu selama enam tahun itu benar-benar menyiksa! Apalagi, melihat istriku beradu akting dengan pria lain. Kau tahu? Rasanya, aku sangat ingin mencekik leher semua pria sialan itu! Berani-beraninya mereka menatap istriku padahal aku sendiri tengah menjaga jarak dengannya."

"Sekarang, Anda sudah berubah pikiran? Anda ingin kembali menjadi suami yang protektif?"

"Ya!"

"Bagaimana jika keselamatan Nyonya terancam?"

Dexter menghela napasnya kasar, "Serba salah kan menjadi aku? Mendekat, sama saja seperti mendekatkan istriku pada kematian. Menjauh, sama saja seperti mendekatkan diriku sendiri pada kematian."

"Apa, Anda berniat backstreet, Tuan?"

"Apa itu backstreet yang kau maksud?"

"Menjalin hubungan diam-diam dengan Nyonya, agar musuh Anda tidak tahu jika hubungan Anda dan Nyonya baik-baik saja. Anda juga tetap bisa menggunakan Nyonya Shamaira sebagai tameng,"

"Tumben kau pintar, Hans."

***

Shamaira menatap nanar pahanya yang di perban sebab mendapat luka tembak dari Drake dan pelaku yang menembakkan peluru ke pahanya, kini duduk di sofa dengan wajah yang begitu dingin. "Kau tahu apa kesalahan fatalmu, Shamaira?"

Wanita itu menunduk, jika di minta untuk memilih, lebih baik di intimidasi oleh Dexter atau Drake, maka Shamaira akan dengan lantang memilih Dexter. Dexter memang dingin dan kejam, tapi dia tidak sadis seperti Drake pada semua orang termasuk wanita. "Maafkan aku,"

"Kau salah karena mempertahankannya, Shamaira."

"Maaf,"

Drake berdecih, dia berdiri dengan melangkah mendekati Shamaira yang semakin ketakutan. Tanpa memasang raut lain selain datar, Drake mengulurkan tangannya, pria itu menarik ke atas baju pasien yang Shamaira kenakan. Dia menatap intens pada sepasang mata Shamaira yang menatapnya penuh ketakutan. Drake terkekeh pelan secara tidak terduga.

"Kau takut padaku?"

Drake lebih gila dari orang yang kehilangan kewarasannya sekali pun, dia benar-benar mengerikan. Siapa yang tidak takut pada sosoknya? Dengan tato elang di punggung juga sepasang mata yang penuh intimidasi, siapa pun akan tunduk jika di hadapannya. Dengan suasana hati buruk, Drake menurunkan celana dalam yang Shamaira kenakan.

Jemari pria itu menekan milik Shamaira dengan tampang yang tak juga berubah, "Kau melahirkannya dari sini tapi kau membiarkan yang lain masuk ke sini tanpa seizinku. Kau tahu sudah sangat lancang selama ini, Shamaira?"

Shamaira mengigit bibir bawahnya kuat-kuat, "Drake .... Maafkan aku, maafkan aku!"

"Sekarang kau minta maaf tapi saat aku lengah, kau akan kembali mengulanginya lagi. Haruskah aku mengurungmu?"

Mata Shamaira membulat sempurna mendengarnya, "Jangan! Tolong jangan kurung aku! Aku mohon,"

"Cih!" Drake menarik tangannya dari milik wanita itu, dia mengambil rokoknya yang dia tinggalkan di atas meja, membawa rokok yang menyala itu mendekati Shamaira bahkan tanpa rasa bersalah, Drake menekan rokok menyala itu ke paha Shamaira yang tak tertembak.

"ARGH! S-SAKIT!"

"Ini hukuman ringan untukmu yang lancang,"

Setelah mengatakan kalimat itu, Drake pergi meninggalkan Shamaira yang menggigil ketakutan juga menahan sakit. Tujuan Shamaira terus mendekati Dexter karena Shamaira tahu, membuat Dexter mencintainya akan membuatnya terlepas dari siksaan seorang Drake. Drake memang sadis, tapi dia selalu mendengarkan ucapan saudara kembarnya, Dexter.

Ibarat kata, malam itu, enam tahun lalu di wilayah kota Size menjadi penyesalan mendalam untuk Shamaira karena memulai penyiksaan untuk dirinya sendiri. Melewati satu malam dengan Drake, membuatnya terus terjerat kekejaman pria itu. Hanya Dexter yang mampu melindunginya, karena itu, Shamaira rela menahan sakit atas semua hukuman yang Drake berikan tiap kali dia ketahuan menggoda Dexter.

Shamaira percaya, hanya butuh sebentar lagi untuknya berhasil membuat Dexter jatuh cinta. Shamaira akan di ratu kan oleh Dexter dan mendapat perlindungan dari kekejaman Drake. Shamaira akan menyingkirkan Amareia dan si kembar dari dunia ini sebagai akhir dari semua tujuannya untuk tercapai.

***

Jahat ya Shamaira? Tapi lebih jahat Drake.

300 komentar untuk selanjutnya yaa!!

Bye sengku!!

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang