14 - Tawaran Film Erotis

19.8K 1K 331
                                    

"APA?!"

Shamaira mengepalkan tangannya yang menggenggam alat tes kehamilan, garis satu yang sangat jelas dan kabar dari Dale Chesner tentang Dexter yang sarapan di apartemen Amareia semakin membuat dadanya berkobar penuh amarah. Shamaira berharap pagi ini dia hamil, tapi nyatanya tidak. Di tambah dengan berita jika Dexter memilih sarapan di apartemen Amareia alih-alih pulang ke kediaman.

"Aku membencimu, Amareia."

"Mama?"

Kepalanya menoleh ke arah belakang, dia melihat Leo datang dengan seragam taman kanak-kanak. "Apa?" Jawabnya dengan nada sinis bahkan tatapannya tampak tak bersahabat ke arah Leo yang kini menundukkan kepalanya.

"Aku mau sekolah,"

"Ya sudah sana sekolah! Kenapa masih di sini? Merusak suasana pagi saya saja!"

Sepasang mata itu tampak berkaca-kaca, dia tak pernah mendapatkan perhatian Ibunya kecuali ada sang Ayah di rumah. Dengan bahu terjatuh lesu, Leo pergi meninggalkan kamar Ibunya. Bocah laki-laki itu ke ruang makan, dia sarapan seorang diri dan pergi ke taman kanak-kanak di antar oleh sopir juga pengasuhnya.

Sepanjang jalan, Leo hanya diam menatap keluar kaca jendela. Pengasuh yang tahu bagaimana kehidupan Tuan mudanya hanya bisa menghela napas pelan, "Tuan muda. Anda ingin makan sesuatu sebelum kita sampai ke sekolah?"

"Tidak, Nanny. Aku hanya ingin segera sampai ke sekolah,"

Tuan mudanya yang malang, dia masih berusia 5 tahun tapi sudah mendapat perlakuan buruk dari Ibu kandungnya sendiri. Ingin lapor pada Tuannya tapi tak berani sebab tahu betapa nekatnya sosok sang Nyonya kediaman. "Tuan muda yang sabar ya, kelak, Tuan muda akan dapat kasih sayang dan perhatian penuh dari Nyonya."

"Mungkin hanya saat Leo masuk rumah sakit,"

"Tuan muda," Pengasuh menatap ke kursi belakang sepenuhnya, dia kaget akan jawaban tak terduga Leo tapi tak sepenuhnya salah. Dulu, Leo demam sampai kejang. Dia di bawa ke rumah sakit, barulah Shamaira merawatnya 24 jam karena ingin mencari perhatian Dexter, bukan benar-benar ingin merawat putranya sendiri.

Sesampainya di sekolah, Leo turun di dampingi pengasuhnya. Dia berada di sekolah yang sudah ada jenjang taman kanak-kanak, sekolah dasar, menengah pertama, sampai menengah atas. Gedung taman kanak-kanak dan menengah pertama menjadi satu, memiliki satu lobi yang sama pula. Karena itu, Leo bisa melihat sebuah mobil berhenti di depan lobi.

Di susul Dexter yang turun dari kursi pengemudi, Amareia, dan si kembar. Melihat pemandangan di depannya, Leo bergumam juga ingin seperti itu karena Leo tak pernah merasakannya. Dia melihat Amareia yang mengecup kening si kembar, Dexter juga melakukan yang sama. Sambil melambaikan tangan melepaskan kepergian si kembar ke kelas, mereka berdua juga tersenyum sangat tulus.

"Tuan muda, Anda baik-baik saja?"

"Nanny, kenapa Aunty Amareia bukan Ibuku? Kenapa tidak Aunty Amareia saja yang menjadi Ibuku?"

***

"Satu dua tiga!"

Cekrek!

Amareia menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga, wanita cantik yang baru menyelesaikan pemotretan paginya itu duduk di sebuah kursi tunggu sambil membaca majalah terbaru tentang produk yang dirinya iklankan. Hampir semua produk memakai dirinya sebagai model mereka. Tak kaget jika Amareia dikenal semua orang di negara ini mau pun negara tetangga.

"Rei,"

Amareia ingin mengabaikan Dale Chesner tapi dia ingat pada rencana pembalasannya, dia pun bersikap biasa pada dirinya. "Ya? Ada apa?"

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang