55 - Bukti Penyesalan

10.9K 750 57
                                    

"Aku selalu mengagumi cara Tuhan menyadarkan manusia dari dosa dan kesalahan mereka, aku pun pendosa, Shamaira. Aku suka melakukan hal salah, kita sebenarnya sama, tapi cara kita di beri hukuman yang berbeda."

Shamaira menggenggam kedua tangan Amareia, "Rei. Boleh aku titip anak-anak padamu? Aku tahu, hidupku tidak akan lama di dunia. Aku pasti akan pergi bersama kematian, aku .... Sekarang aku memikirkan anak-anakku, lucu ya, Rei? Dulu aku menelantarkan mereka tapi sekarang, aku khawatir meninggalkan mereka padahal tahu, mereka hidup damai sekali pun tanpa aku."

"Hush, jangan begitu. Itu nalurimu sebagai seorang Ibu yang pernah kau abaikan, manusiawi, kau khawatir anak-anakmu tidak ada yang menjaga jika kau pergi. Tapi tenang saja, ada aku dan Dexter. Kami akan selalu menjaga anak-anakmu, Leo dan Lea. Mereka akan hidup bahagia dengan mengingat dirimu sebagai malaikat pelindung mereka,"

"Malaikat pelindung? Bahkan aku lebih mirip iblis untuk hidup mereka, Rei."

"Jangan katakan kalimat yang melukai hatimu sendiri, Shamaira."

"Tapi aku memang pantas di benci kedua anakku,"

"Mereka tak akan pernah membencimu, mereka hanya sedikit kecewa, kenapa kamu tidak menatap mereka saat ada kesempatan? Dan kesempatan itu sekarang, habiskan banyak waktu dengan kedua anakmu. Jemput Leo, Leo ada di kediaman utama Mason saat ini. Habiskan waktu dengannya, buat memori indah tentang dirimu di dalam hati Leo, jangan sisakan memori buruk di hatinya atas dirimu sedikit pun."

"Amareia, kau terlalu baik, pantas jika Dexter mati-matian mempertahankan dirimu."

"Tidak, Tuhan saja yang terlalu bermurah hati menyembunyikan aib diriku hingga semua orang berpikir, aku begitu baik dan sempurna. Tapi kenyataannya, aku tak sempurna dan tak sebaik yang mereka pikir."

Shamaira kembali berpikir, kenapa dulu dirinya bisa sangat jahat pada wanita sebaik Amareia?

Andaikan tak menderita HIV, apa dirinya akan sadar? Atau malah lanjut menggoda Dexter?

Jika bisa kembali ke masa lalu, Shamaira sangat ingin menampar dirinya sendiri saat membuat rencana bersama Dale Chesner untuk menghancurkan rumah tangga Amareia dan Dexter.

***

"Leo,"

Leo mengerjap, insting membuat Leo melangkah mundur secara otomatis. Dia terbiasa di minta berjaga jarak atau akan di pukul, kebiasaan itu membuatnya tanpa sadar seakan menjauh dari Ibunya yang mencoba mendekat. Shamaira tak bisa menyembunyikan senyum penuh lukanya, melihat anak kandungnya sendiri yang takut berada di dekatnya.

Tidak, Shamaira tak menyalahkan Leo. Tapi menyalahkan dirinya sendiri yang menjadi dalang atas alasan, mengapa Leo bisa mundur saat dirinya mendekat. Di perlakukan kasar sejak kecil, menumbuhkan ketakutan tersendiri saat berhadapan dengan Ibunya, meski Ibu kandung sekali pun. Shamaira tahu, dirinya adalah awal dari semua pengalaman buruk yang anak sulungnya ini rasakan.

"Leo, boleh Mama peluk, sayang?"

Leo diam, jika menolak, Mama akan memukulnya, dia pun mengangguk. Membiarkan Shamaira memeluknya dengan tangis yang kembali pecah seketika, "Leo. Anakku, maafkan Mama, Nak. Maafkan Mama, Mama tahu, Mama tidak pantas mendapatkan maaf darimu setelah apa yang Mama lakukan padamu."

"Leo selalu memaafkan Mama karena kesalahan dimulai sejak Leo lahir, Leo yang salah, bukan Mama."

Tangis Shamaira semakin pecah, ternyata Leo masih mengingat ucapannya yang kasar dan tajam ketika melampiaskan amarah pada pria kecil itu. "Tidak, Leo tidak pernah salah. Mama yang salah selama ini, Mama yang bodoh. Leo boleh balas pukul Mama, Leo boleh bentak Mama, lakukan apa pun yang ingin Leo lampiaskan, Mama akan menerimanya."

"Mommy bilang, seorang Ibu adalah surga. Leo tidak boleh menyakiti hati Ibu jika Leo ingin ke surga, Leo mau surga yang indah, Leo mau kehidupan selanjutnya yang indah, Leo tak akan pernah menyakiti surganya Leo yaitu Mama."

Hati Ibu mana yang tidak tersentuh mendengarnya? Bahkan hancur lebur rasanya, mendengar anak kandung yang selalu dirinya siksa, kini bicara dengan bijak. Amareia, wanita yang telah Shamaira sakiti hatinya itu berhasil mendidik Leo dengan sangat hebat. Dia menjadikan Leo sosok yang bijaksana, memilah masalah dengan sangat baik. Shamaira tiba-tiba merasa malu, dia hanya bisa membuat anak-anaknya lahir ke dunia tanpa bisa mendidik mereka dengan baik.

Benar kata para wanita tua Mason, Amareia adalah menantu idaman semua mertua. Dia cantik, pendidikan bagus, karier cemerlang, pandai menyenangkan suami, dan hebat mendidik anak. Kekurangan Amareia hanya satu, sulit di taklukkan dan keahlian Dexter, berhasil membuat Amareia takluk hingga menjadi istrinya sampai detik ini.

"Leo benci Mama?"

Leo menggeleng, "Mommy bilang, tidak sepantasnya menaruh kebencian di hati karena hati tempatnya mencintai dan menyayangi bukan menyimpan kebencian, iri, dan dengki."

Ya Tuhan, Amareia kembali memberi peran luas untuk tumbuh kembang seorang Leonard Vian Mason. Putra kandung Shamaira dan Drake namun dalam asuhan Dexter juga Amareia, andaikan dalam asuhan orang tua kandung, tak akan ada Leo yang seperti hari ini. "Tapi Leo kesal sama Mama kan? Leo boleh marah, Nak. Jangan di pendam, Mama pantas mendapat kemarahan anak Mama."

"Leo tidak kesal atau marah, Leo hanya bingung, Leo salah apa, Ma? Jika Leo salah, Mama bisa katakan di mana kesalahan Leo karena Leo benar-benar tidak tahu di mana letak kesalahan itu."

"Leo tidak salah, Mama yang salah di sini. Maafkan Mama, Nak."

"Leo selalu memaafkan Mama,"

Tangan mungil Leo tergerak, menghapus air mata di pipi sang Ibu. Dia tersenyum, "Mama cantik jika marah, jangan menangis, Leo tidak suka melihat Mama menangis, lebih baik Mama marah saja pada Leo."

"Putra Mama!"

Shamaira benar-benar menumpahkan tangisnya, kenapa dia bisa mengabaikan darah dagingnya sendiri?! Apa yang dia pikirkan dulu?!

***

Spam koment untuk selanjutnya!

Jangan lupa vote dan follow juga! Bye seng!

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang