25 - Leonard Vian Mason

17.9K 1K 370
                                    

"Tuan muda,"

"Di mana Mama, Nanny?"

Ibu pengasuh menatap anak majikannya, "Nyonya tidak pulang malam ini, Tuan muda."

"Tidak pulang? Aku sendirian lagi?"

"Tuan muda,"

"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa sendiri. Aku ke kamar ya, Nanny."

Leo menyeret tasnya menaiki anak tangga menuju kamarnya, dia baru pulang les hari ini. Dia tidak berharap kehadiran Mamanya tapi dia juga tidak berharap Mamanya tidak pulang, Leo takut jika bertemu Mama tapi jika tidak bertemu Mama, Leo khawatir pada Mamanya. Bocah laki-laki itu menaruh tasnya di atas sofa kamar, dia langsung membaringkan tubuhnya ke atas ranjang.

"Aku ingin punya Mama seperti Aunty Amareia, aku ingin di sayang seperti Kak Aysele dan Kak Aillard. Kenapa aku tidak beruntung, Tuhan?"

Sepasang matanya tampak berkaca-kaca, selama dia hidup sebagai anak dari Mamanya, Leo tidak pernah mendapatkan kasih sayang tulus. Mama hanya akan menyayangi dirinya saat ada Ayahnya, jika tak ada Ayahnya, Mama akan bersikap kasar bahkan tak segan mengabaikannya. Berbeda dengan Aysele dan Aillard, mereka pernah tidak tinggal serumah dengan Ibu mereka tapi mereka tak pernah kekurangan kasih sayang.

Leo tinggal serumah tapi kekurangan kasih sayang, berkebalikan dengan si kembar. Tapi sekarang, si kembar sudah tinggal serumah dengan penuh kasih sayang pula, betapa beruntungnya mereka berdua. Tidak seperti Leo, "Haruskah Leo sakit dulu baru Mama akan menyayangi Leo?"

"Tuan muda, Anda belum membersihkan diri?"

"Nanny, Nanny boleh pulang. Aku ingin sendiri,"

"Tapi Tuan muda,"

"Tidak apa-apa, lagi pula Mama tidak akan pulang. Aku ingin sendiri dulu,"

Pengasuh tidak benar-benar pulang seperti ucapan Leo, wanita itu hanya pergi ke dapur dan menangisi nasib Tuan mudanya. Bukan kemauan Leo lahir di keluarga yang tak pernah memberikannya kasih sayang, bukan pula kemauan anak lain yang terlahir mirip dengan nasib Leo. Dia hanya anak laki-laki yang membutuhkan figur seorang Ibu dalam hidupnya.

Di dalam kamar, Leo menangis sampai kelelahan. Dia mendudukkan diri dengan mata yang bengkak, dia juga tertawa, melihat wajahnya di depan cermin. "Mama akan memukulku jika tahu aku menangis, tapi tidak apa-apa, Mama kan sayang aku kalau pukul aku."

Dia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dengan riang, Mama memintanya agar dewasa dan tidak manja, maka Leo akan berusaha mewujudkan.

***

Dale Chesner berkali-kali mendapat telepon dari sutradara yang ingin memulai syuting film erotis yang akan di mainkan oleh Amareia Yvette juga Dylan Thomas. Namun sayangnya, sampai detik ini, Dale Chesner belum juga bertemu dengan Amareia. Dia berencana akan datang ke rumah Amareia sekarang, ke rumah yang dia dapat setelah susah payah membayar seseorang untuk mencari.

Di rumah, Amareia tahu jika Dale Chesner akan mendatangi cepat atau lambat. Pria seperti Dale Chesner memiliki watak yang sangat mudah di tebak, dia tidak mungkin memikirkan harga diri jika sudah kepepet. Dia akan melakukan apa pun termasuk memungut sisa harga dirinya yang berceceran, buktinya, tanpa tahu malu juga rasa bersalah, Dale Chesner bisa duduk di hadapan Amareia.

"Rei, kau tidak lupa kan? Kita bersama dalam waktu yang lama, aku tidak pernah mencurangi dirimu, Rei. Aku berani bersumpah!"

Amareia ingin sekali mencibir, tapi dia menahannya. "Aku tahu, Chesner. Kau memang manager dan sahabat terbaikku, mana mungkin kau tega mencurangi aku?"

"Kau tahu itu kan, Rei? Mana mungkin," Dale Chesner merasa lega karena berpikir, Amareia masih begitu bodoh seperti dulu yang gampang sekali dia hasut. "Jadi sekarang, apa kau sudah berubah pikiran untuk ikut syuting? Sebagai manager dan sahabat terbaikmu, aku tidak ingin kau di penjara karena melalaikan kontrak kerja."

Aih! Pria ini benar-benar tidak tahu malu, dia sangat percaya diri karena berpikir, Amareia tak menaruh kebencian padanya setelah apa yang terjadi. "Tapi, Chesner. Untuk film yang kau sebutkan, aku benar-benar tak bisa melakukan syuting. Aku tak ingin mempertontonkan tubuhku, kau tahu itu, bahkan untuk ciuman pun, aku menolak dengan tegas!"

"Rei, aku sangat merasa bersalah padamu karena sudah tanda tangan kontrak tanpa membaca isi di dalamnya lebih dulu." Dale Chesner memasang wajah penuh penyesalan, berbanding terbalik dengan isi hatinya yang mencibir. Amareia pun sama, sama-sama mencibir di dalam hati tentang kemunafikan yang ada pada Dale Chesner.

"Aku tahu, kau memang selalu begitu sejak dulu, Chesner."

Dale Chesner tersedak padahal tidak minum apa pun, "M-maksudmu, Rei?"

"Selalu mewakiliku membuat keputusan,"

"O-oh iya, kau benar." Dale Chesner berdehem beberapa kali, "Lalu sekarang bagaimana? Kita tidak punya pilihan lain, aku juga tak ingin melihatmu berakhir di jeruji besi."

Di balik jeruji besi? Apa Dale Chesner lupa? Di penjara adalah suatu kemustahilan yang tidak akan pernah Amareia rasakan sepanjang hidupnya. "Tidak ada pilihan lain ...."

".... Aku harus masuk ke jeruji besi."

Senyum Dale Chesner memudar, dia menatap tak percaya pada Amareia di depannya. "Rei? Maksudmu?!"

"Prinsipku itu kuat, Chesner. Jika aku bilang A maka akan tetap A, sekali pun kau yang memintanya, keputusanku tidak akan pernah berubah. Kau bisa pergi sekarang, aku ingin mempersiapkan diri untuk penangkapan besok."

Amareia berdiri, dia berlagak sedih dan pergi meninggalkan Dale Chesner yang syok.

"Tidak, tidak! Aku tidak mau masuk ke tempat sialan itu lagi!"

Dale Chesner ketakutan setengah mati.

***

"Kemarin kau membuatku melayang, sekarang kau hilang seperti tertelan."

Amareia berdiri di balkon kamarnya, dia menatap pemandangan belakang rumah dengan tatapan yang lurus ke depan sana. Pemandangan balkon yang lebih indah ada di balkon kamar putrinya, Amareia betah menghabiskan sepanjang sore di balkon kamar putrinya. Tapi hari ini, Amareia ingin berdiri di balkon kamarnya sendiri.

"Aku takut, hasil tes DNA tidak sesuai harapanku."

Amareia menggigit bibir bawahnya dengan kuat, "Jika Leo benar-benar anak kandung Dexter dan Dexter benar-benar menikahi Shamaira. Apa itu artinya, yang aku lakukan kemarin adalah kesalahan? Meski kami saling mencintai, kami tidak memiliki hubungan apa pun. Tunggu─"

"─ Apa aku masih mencintainya?"

Amareia menyentuh dadanya yang berdebar kencang, dia mencoba menenangkan tapi sepintas bayangan wajah Dexter lewat di kepalanya, jantungnya pun semakin tidak karuan. "Aku benar-benar mencintainya? Masih mencintainya sampai detik ini? Bahkan setelah dia mengkhianatiku? Setelah kami bercerai? Benarkah? Oh astaga, aku tidak percaya pada diriku sendiri yang ternyata sangat bodoh perihal cinta!"

Dia mengetuk keningnya sendiri berkali-kali namun terhenti saat mengingat apa yang mereka lakukan malam itu, tangannya pun beralih turun menyentuh perut datarnya.

"Apa aku bisa hamil karena malam itu?"

***

300 komentar untuk double up!! Kalau target tidak terpenuhi, aku hanya up sehari sekali yaa seng

Byeee

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang