65 - Istriku, Cintaku, Duniaku

11K 724 23
                                    

"Mommy dan Daddy mau ke mana?"

Pagi-pagi sekali, Aysele melihat kedua orang tuanya sudah menata koper kecil berisi perlengkapan darurat Archer yang akan selalu bayi itu butuhkan. Saat melewati kamar orang tuanya, Aysele yang melihat pintu kamar sedikit terbuka, langsung saja menerobos masuk, melihat kedua orang tuanya yang sama-sama sibuk menata koper kecil.

"Ke rumah Nenek Dante, sayang."

Kening Aysele berkerut, "Nenek Dante? Ibunya Tante Shamaira?"

Amareia mengangguk, "Benar, sayang."

"Untuk apa Mommy ke sana? Kita kan tidak punya urusan dengan keluarga Dante lagi, Leo juga sama Granny."

Amareia menatap sang suami yang mengangguk, dia pun berdiri, mengajak Aysele duduk di sofa sedangkan Dexter kembali lanjut menata koper kecil agar semua keperluan Archer bisa masuk tanpa kurang satu pun. Di sofa, dengan duduk berdampingan, Amareia mengusap lembut rambut panjang putrinya.

"Tidak ada salahnya menjalin silahturahmi, sayang. Oh ya, Aysele mau tahu sesuatu tidak?"

"Tahu apa, Mom?"

Jemari Amareia begitu lembut menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Aysele, "Kalau Aysele tidak hanya punya satu sepupu."

Keningnya berkerut kian tajam, "Apa? Bukan satu? Bukankah hanya Leo anak Tante Shamaira dan Paman Drake?"

"Ada satu lagi,"

"Siapa, Mom?"

***

Niat awal, ingin ke kota kelahiran Shamaira saat si bungsu sudah siap dan bisa menaiki pesawat menurut kesehatannya. Tapi ternyata, ada hal yang membuat Amareia dan Dexter terpaksa memajukan keberangkatan mereka. Shamaira yang hilang tanpa kabar membuat keluarganya di negara tetangga kelimpungan mencari keberadaan Shamaira.

Amareia memang sudah janji untuk merahasiakan kematian Shamaira dari media mau pun keluarganya, tapi Amareia juga sudah janji untuk sesekali memperhatikan kedua anak Shamaira dan Drake yaitu Leo juga Lea. Kebetulan, Ibu dari Shamaira menghubungi Dexter beberapa hari lalu, menanyakan perihal Shamaira yang tak bisa di hubungi sama sekali.

Dexter sudah terlanjur mengatakan, akan menjelaskan semuanya saat Dexter dan sang istri juga si bungsu tiba di negara kelahiran Shamaira. Dan beberapa jam dalam perjalanan udara, pesawat pribadi yang di tumpangi keluarga kecil Mason itu akhirnya tiba di bandara internasional negara tetangga.

Beberapa pria yang di hubungi Dexter, memberi penjagaan ketat, memastikan ketiga majikannya aman sampai tiba di penthouse. "Kita akan tidur di mana sebelum besok menemui keluarga Dante, sayang?" Tanya Amareia pada Dexter yang berjalan di sisinya. Satu tangan pria itu menggendong Archer dan satu tangannya yang lain, merangkul mesra pinggang sang istri.

"Penthouse, sayang. Kelak jika aku mati bersamamu, semua investasi, kekayaan, apa pun itu yang aku miliki akan menjadi milik anak kita."

Amareia terkekeh, "Apa kamu sangat percaya diri kita akan mati bersama?"

"Tentu saja! Cinta kita sejati,"

"Amin,"

Mobil mewah yang menjemput di bandara, mengantar langsung ke penthouse. Di mana di dalam mobil, si bungsu mulai rewel karena haus ingin isi tenaga. Dengan inisiatif sendiri, Dexter menekan tombol di pintu yang membuat sekat naik menutup akses lihat sopir ke kursi bagian tengah. Dexter juga mengubah kaca jendela menjadi gelap, tak akan bisa di lihat dari luar.

Setelah aman, barulah Amareia menurunkan resleting gaunnya, menyusui Archer yang langsung menyedot seperti sangat kehausan. Melihat sang anak yang sedang isi energi, Dexter menjawil gemas hidung mancung si bungsu. "Kamu kuat sekali minum susunya, sama seperti Daddy setiap malam─ Aw, sayang!" Di kasih cubitan maut sang istri, Dexter mengaduh.

Dan Amareia yang menatapnya dengan mata memelotot, "Memang ada sekat tapi suara kamu bisa mereka dengar! Kondisikan, sayang!"

"Iya, maaf. Lagian aku bicara fakta kok!"

Amareia geleng-geleng kepala, suaminya ini tidak pernah bisa filter kalimat apa yang ingin dia ucapkan saat sedang bersama dirinya, sampai Amareia harus kerja ekstra memberi peringatan tiap kali suaminya bicara.

"Awas ya kamu berani bicara ambigu begitu di depan orang lain!"

"Cuma saat sama kamu, sayang. Kamu kan pawangnya," Dexter mengedipkan sebelah matanya yang kembali di sambut cubitan maut di pinggangnya dari Amareia. "Sayang, kok suka sekali cubit pinggang aku sih?"

"Apa? Maunya di ginjal?"

"Seram sekali istri cantikku ini,"

Amareia berdecih, "Cih! Gombal,"

"Fakta, sayang. Siapa suruh duniaku, istriku, cintaku ini terlahir dengan sangat sempurna? Begitu cantik sampai aku tergila-gila setengah mati,"

Tak urung, meski sering kali mendapat gombalan maut dari suaminya, Amareia tetap merasa malu yang menyebabkan wajahnya memerah, terutama pipinya yang lebih merona padam seperti kena timpuk satu rukun tetangga. Dexter kan jadi gemas, dia mencubit lembut pipi sang istri saking tak bisa menahan gemas.

"Gemas banget sih istriku? Udah punya banyak buntut tapi kenapa semakin gemesin? Mau aku kurung di kamar aja deh rasanya,"

Amareia menepuk pelan bibir suaminya, "Ingat! Istrimu ini masih belum bisa kamu sentuh! Belum juga dua bulan setelah melahirkan,"

Dexter cemberut, "Lama banget sih aku puasanya, sayang? Apa waktu tidak bisa di percepat?"

"Jangan rewel bisa tidak, sayang? Anak bungsu kamu aja tenang-tenang begini, kok kamu yang ribut?"

"Bukan ribut, sayang, ini tuh perihal kewajiban mutlak yang tidak boleh di jeda lama-lama."

"Ck! Dasar suamiku!"

"Hehe, dasar istriku, cintaku, sayangku, duniaku."

***

Jangan lupa untuk,
Follow + vote + koment!

Untuk melihat visualisasi tokoh bisa lihat dan ikuti instagram:
@_jeongsa14
@aicathleen_

Sampai jumpa, seng❤️‍🔥

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang