58 - Kepergian Shamaira

9.5K 725 35
                                    

"Ya Tuhan, sakit ...."

Shamaira menjambak rambutnya sendiri menahan sakit yang seakan tak bisa di seka, wanita itu mengatur napas yang memburu, melihat Amareia masuk ke dalam ruangannya. Wanita yang ingin dia hancurkan, pada akhirnya, menjadi satu-satunya orang yang selalu datang di saat dirinya terpuruk sendirian.

"Shamaira?!" Amareia kaget, melihat wajah pucat pasi Shamaira, dia ingin menekan tombol di dekat kepala brankar namun Shamaira menahan tangannya sembari menggeleng. Amareia membalas dengan menggenggam tangan Shamaira tak kalah erat, "Ada apa? Aku akan panggil Dokter, kamu kesakitan."

"A-Amareia,"

"Iya? Ada apa?"

Shamaira mati-matian mengucapkan kalimat, "T-Tolong sesekali lihat kedua anakku. Aku menitipkan Lea pada Ibuku dan Leo pada mertuamu, t-tolong lihat mereka, apa mereka bahagia atau tidak."

"Itu pasti! Nanti kita lihat Lea dan Leo sama-sama, kamu akan bahagia melihat anakmu bahagia."

Shamaira menggeleng, "A-Aku tidak kuat. Jika aku pergi, tolong tetap rahasiakan tentangku dari media. Aku .... Aku tak ingin orang tuaku tahu apa yang terjadi padaku,"

"Shamaira, kamu akan sembuh. Kamu tahu? Dexter sedang berusaha mencari cara agar dirimu sembuh, kamu akan sembuh dan hidup bahagia dengan kedua anakmu."

"Aku sudah bahagia s-sekarang, Amareia. Aku tidak kuat, maaf dan terima kasih ...."

Tangan dalam genggaman Amareia melemas, jatuh ke sisi ranjang saat Amareia melepasnya. Tatapan Amareia menatapnya nanar dengan bayangan berkaca-kaca, "Shamaira? Kau benar-benar menyerah dengan penyakitmu? Pasti sakit sekali ya? Setiap hari merasakannya seorang diri di sini, selamat jalan, aku akan menjaga kedua anakmu dengan baik dari jauh. Kau juga bisa melihat mereka dari jauh kan?"

"Aku juga janji, aku akan meminta Dexter menutup berita kematianmu dari media."

Hari kematian Shamaira bertepatan dengan hari putusan sidang Dale Chesner, pria itu benar-benar mendapat hukuman eksekusi mati atas semua kejahatannya yang sudah melampaui batas. Selain kasus pembunuhan terhadap Drake, Dale Chesner juga memiliki banyak kasus lainnya. Pemerkosaan, korupsi, bahkan pencucian uang.

Banyaknya kasus yang menjerat Dale Chesner, membuatnya tak memiliki kesempatan untuk banding. Dengan dorongan kekuasaan keluarga Mason, Dale Chesner tak mendapat sedikit pun keringanan dari hasil persidangan. Dia pada akhirnya di hukum mati, atas hukuman semua yang sudah dia lakukan selama ini. Dia pantas, terlebih, menjadi tersangka pemerkosaan yang tak bisa di maafkan.

Dia tak hanya merusak tubuh seorang perempuan tak bersalah tapi juga merusak mentalnya.  Hukuman mati, seperti tak sepadan dengan semua yang dia lakukan selama ini.

Di hari kremasi mendiang Shamaira, Amareia duduk dengan Leo berdiri di depannya. Bocah laki-laki itu tak menangis tapi tatapannya kosong, Amareia mengulurkan "Menangis, sayang. Tidak apa-apa, jangan menahannya atau hatimu akan semakin sakit."

Barulah, sepasang mata indah itu berkaca-kaca. "Leo tidak akan bisa bertemu Mama lagi?"

Tangan Amareia menyentuh pipinya dan mengusap dengan sangat lembut, "Bisa. Suatu saat jika waktu yang tepat tiba, Leo akan bertemu kembali dengan Mama di tempat yang sangat indah."

"Surga?"

"Iya, Leo akan bertemu Mama di sana. Untuk saat ini, Leo harus melanjutkan hidup ke masa depan yang cerah. Leo harus menunjukkan pada Mama, meski Mama sudah pergi, Leo bisa berdiri di atas kaki Leo sendiri. Leo harus buat Mama bangga," Amareia selalu bersikap lemah lembut pada anak-anaknya, terutama pada Leo yang butuh dukungan penuh saat ini.

"Mommy tidak akan meninggalkan Leo seperti Mama?"

"Tidak akan, Mommy akan ada di sisi Leo."

"Leo sayang Mommy,"

"Mommy lebih sayang, Leo."

Di tengah keduanya yang saling memeluk, Leo tiba-tiba berceletuk dengan lugu. "Mommy, kenapa Leo harus datang ke tempat kremasi dalam jangka waktu berdekatan? Kemarin Uncle Drake dan sekarang Mama, Leo takut ...."

Hati Amareia semakin tersayat perih mendengarnya.

"Apa semua orang akan pergi meninggalkan Leo sendiri?"

"Sayang jangan berkata seperti itu,"

Pria kecil itu memeluk Amareia semakin erat dengan tangis yang tak kunjung reda, Amareia yang tak tahan mendengar tangisan Leo, menangkup pipinya, mengecup keningnya dengan mengusap air mata secepat kilat, Leo tak boleh melihatnya menangis atau pria kecil itu akan semakin sedih. Di depan, Dexter memerhatikan keduanya. Memiliki Amareia dan menjadikannya istri seakan menjadi pilihan terbaik selama dia hidup.

Tak salah menambatkan hati sepenuhnya pada Amareia, wanita cantik, baik, lemah lembut, dan begitu penuh kasih sayang. Dexter mendekat, berlutut, ikut memeluk keduanya. "Kalian kesayangannya Daddy, kalian harus bahagia."

Amareia tersenyum mendengar ucapan Dexter.

Di balik kepergian akan selalu ada keikhlasan yang turut adil hadir meski tidak di waktu yang cepat, Amareia percaya, kepergian Shamaira yang berhubungan dengan takdir memang sudah jalannya begini untuk menyadarkan wanita itu atas semua kesalahan yang sudah dia lakukan. Jika tak menderita HIV, Shamaira tak akan pernah berhenti dari segala obsesinya.

Amareia menatap sang suami yang juga menatapnya, dia berharap, kebahagiaan akan terus hadir di tengah keluarga kecilnya. Sebab, kandidat yang begitu terobsesi telah pergi sepenuhnya.

Pada akhirnya, antagonis akan berakhir di tangan antagonis dan antagonis yang sebenarnya, berakhir bersama penyakit yang menemaninya tiba-tiba. Selamat jalan Drake, Shamaira.

***

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang