39 - Si Manis Aillard

14.6K 821 305
                                    

"Biar aku saja, Mommy."

Amareia tersenyum lembut, menatap sang anak yang semakin tumbuh remaja dan kini bisa membantunya membuat sarapan. Amareia membiarkan Aysele mengoleskan selai coklat ke dalam roti, lalu dirinya yang akan membakar. Selesai membuat sarapan singkat, Amareia dan Aysele menatanya ke atas meja, bertepatan dengan kedatangan Dexter dan Aillard yang seperti kembar beda usia.

"Kok malah Daddy dan Aillard yang wajahnya kembar padahal yang kembaran Aillard itu aku," Aysele protes. Wajah Ayahnya dan Aillard terlalu mirip, sampai dirinya yang kembaran murni Aillard saja kalah mirip.

"Karena kamu bukan kembaranku, kamu hanya anak pungut, makanya tidak mirip."

"AILLARD!!" Aysele cemberut, Aillard selalu membuat suasana hatinya memburuk di pagi hari, Aillard yang berhasil menjahili Adiknya hanya acuh tak acuh.

"Siapa suruh secantik Mommy,"

Aysele yang ingin marah malah malu-malu, "Aku secantik Mommy?"

Aillard memasang wajah datar berbeda dengan ucapannya yang semanis tebu, "Tentu saja. Aku setampan Daddy, dan kau sangat cantik seperti Mommy. Tuhan adil memberikan porsi kesempurnaan untuk kita berdua,"

"Aaaaaa! Aillard! Aku senyum-senyum sendiri padahal masih pagi,"

Amareia dan Dexter sampai ikut senyum-senyum mendengar ucapan manis Aillard. "Ya Tuhan, anak-anakku manis sekali." Amareia tak kuasa menahan tawanya, wanita itu mengecup bergantian puncak kepala si kembar. "Kalian umur berapa sih sekarang? Kok bisa cepat sekali besarnya? Mommy jadi tidak rela melihat kalian semakin dewasa dan bisa menata hidup dengan mandiri,"

"Mommy, kami akan tetap jadi bayi kecilnya Mommy. Kami tidak tumbuh besar, kami masih kecil! Mommy jangan khawatir," Aillard selalu bisa menenangkan hati Ibunya. Pria kecil itu meraih tangan sang Ibu dan mengecup punggung tangannya dengan lembut, "Sekali pun kami sudah dewasa. Kami akan tetap anak kecilnya Mommy, benarkan?"

"Tentu saja, Mommy akan melupakan fakta tentang usia kalian sekarang. Kalian harus tetap bayi-bayi mungilnya Mommy," Amareia merentangkan kedua tangannya, tak hanya si kembar yang menyambut, biang sekaligus pabrik utama pembuatan si kembar juga ikut memeluk. Keempatnya saling berpelukan sebelum mengisi amunisi dan menghabiskan energi menjalani sepanjang hari.

Pagi yang keluarga kecil ini rasakan sangat berbanding terbalik dengan yang Leo rasakan.

Di kediaman utama Mason, Leo menikmati sarapan di dampingi Granny dan Grandpa. Dia memang memilih untuk tinggal bersama Kakek Neneknya dari sang Ayah ini, dia masih sungkan untuk tinggal bersama Amareia juga si kembar, apalagi jika harus tinggal dengan Ibu kandungnya, dia tak ingin sama sekali karena takut kembali di pukuli.

Leo yang banyak diam dan melamun, membuat Tuan dan Nyonya besar Mason menatapnya dengan penuh iba. Kedua pasangan baya ini menyayangi Leo, karena Leo darah daging Drake yang sialnya terlahir dari rahim seorang wanita yang tak bisa menyayanginya dengan tulus. Karena itu, Tuan dan Nyonya Mason memohon pada Dexter untuk menjaga Leo, mereka tak ingin Leo terlantar.

Dexter juga pernah mengatakan, siapa yang meminta Dexter menjaga Leo dan itu bukan Drake mau pun Shamaira. Jawabannya, Tuan dan Nyonya besar Mason yang meminta Dexter untuk menjaga serta menjadi Ayah Leo. Si putra kedua Mason─ Drake Vincent Mason tidak akan pernah mau di anggap Ayah oleh anak kandungnya sendiri terutama anak laki-laki.

Jerat Takdir Dua MasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang